oleh : Oesman Ratmadja
Bondan nggak nyangka, jika gayanya , yang apa adanya, membuat dua ibu yang
baru melahirkan, berbarengan minta diantar suaminya ke tempat pipis.
Untung, keduanya berjenis kela min sama. Jika yang satu perempuan dan
satunya lagi lelaki, pasti repot. Nah, sejenis saja mereka ragu.
Tapi, karena kedua suaminya sepakat, mengijinkan isteri
masing-masing untuk sekamar mandi berdua.
"Saya mohon maaf, pada bapak berdua. Sumpah, saya tidak punya maksud apapun
ter lebih niat membuat bapak-bapak susah.,” Bon dan, bergegas
menghampiri kedua pria yang ma sing-masing menunggu isterinya di
pintu kamar mandi.
“Waah,anda tidak salah apa-apa, kok. Tadi, kita malah bingung karena pak
Sabar nangis dan kemudian isterinya mewek. Sekarang, malah senang
karena lagi susah malah bisa ketawa”
"Iyaa,dik. Benar, kok, nggak apa-apa. Saya pribadi, malah senang. Nggak
nyangka, di rumah sakit dapat kesegaran dan kita bisa tertawa tanpa
rencana “
"Itulah hebatnya boss saya, pak. Hidup nya, selalu senang dan seharian ini,
saya nggak pernah melihat boss saya susah. Senang teruuuuus
“Aaah,semua ini, kan, gara-gara lu nge bohongin gue. Coba, kalau gak
bilang isteri lu le bih cakep dari Jupe, nggak mungkin gue berani
ngomong jujur “
"Boss..suami yang mencintai isterinya de ngan jujur, suami yang sayang
isterinya dengan ikhlas, nggak bakalan ikhlas kalau bilang isteri nya
tidak cantik. Pokoknya, isteri saya itu, lebih cantik dari isteri
siapa pun. Iya, kan, pak ?”
"Saya pikir, setiap suami harus bersikap seperti itu,” bapak berkaus
hijau dan bercelana blue jeans, menanggapi dengan cepat.
"Tapi,bapak yang bercelana putih, dengan baju koko dan memakai kopiah, baru
menjawab setelah berfikir sejenak ?"
"Kalau menurut saya, tergantung dari bagaimana setiap pribadi menilai
kondisi isterinya.Sebab,melihat kecantikan harus dari luar dan da ri dalam. Tidak bisa hanya dilihat dari satu aspek semata “
"Waaah maaf, pak. Bukan saya nggak ter tarik dengan masalah ini. Cuma, saya
takut ng gak kebagian waktu buat nengok anaknya bang Sabar. Oh, iya,
saya pamit dulu ke isteri abang. Baru antar saya nengokin anak abang” Bondan
segera menuju ke ranjang Ariya ni.Ia langsung minta izin karena takut
kehabisan waktu buat melihat bayi mereka.
"Boss…terima kasih banyak. Tadinya, saya tidak percaya. Tapi, setelah
diceritakan, bang Sabar, melihat bingkisan dan melihat fakta lainnya,
saya yakin, boss sangat baik. Terima ka sih, boss. Semoga Allah
membalas semua kebai kan boss. Selalu memberi karunia dan hidayah
pada boss. Saya dan bang Sabar, nggak tahu ba gaimana cara membalas
semua kebaikan boss pada kami. Huhuhuhuuuhuuhuuu….Yaa Allah,
lindungilah dan berikanlah kepada boss, Rahmat terbaik dari sisiMU “
Bondan,yang semula hanya ingin pamit, menghargai isteri Sabar, yang kepingin
sekali memeluknya. Bondan tak ragu memeluk Ariyani , yang
sesenggukan.
"Mbak… saya nggak punya dan nggak bisa apa-apa. Saya pun gak hanya sebatas
ingin berbagi.Soalnya, Allah kan begitu baik, Allah tidak pelit
kepada para hambanya. Jadi, jika hambanya pelit, maka kepelitannya
tidak akan pernah berarti apa apa bagi Allah. Sekarang, ijinkan sa ya
nengok bayi mbak, yaa ?”
"Silahkan,boss. Terima kasih banyak untuk yang sudah kami terima “"
Sebenarnya berat sekali Ariyani melepas pelukan. Ia masih ingin menikmati degup
kebaikan yang bermukim di jiwa Bondan. Ia ingin, degupnya menjalar
ke hati suaminya, ke dirinya, ke bayinya. Ke kedua anaknya, yang
dititipkan di rumah orangtuanya, karena dia harus berada di rumah sakit sedang suaminya harus cari nafkah dan juga mondar mandir ke rummah sakit
Memang, pekerjaan Sabar hanya sebagai pengojek, tapi menurut sang isteri lebih mulia dari pejabat yang hanya berhawa nafsu menguras uang rakyat untuk kocek pribadinya
Bahkan, di sisi Allah, lebih mulia dari Menteri atau pejabat yang gemar
korup. Lebih mulia dari perampok berdasi atau perampok bergolok atau bersenjata api yang selalu ngedor korbannya tanpa menggunakan hati.
"Hanya,isteri pengojek, harus pintar bersyukur. Saat suaminya pulang dan
hanya bawa hasil pas-pasan untuk makan, dada dan jiwa harus selalu lapang
Jika sudah terbiasa, pasti bisa. Sebab, bersyukur adalah menerima segala ketetapan dari Allah dengan lapang dada. Dan bila hasrat mensyukuri nikmat dari Allah selalu menggelora dan menjiwa,yang bersemayam di dada yang lapang, itulah ketenangan dan keten
traman yang membahagiakan.
Bersambung.....
0 Response to "BONDAN DAN TUKANG OJEK (XXXV)"
Posting Komentar