BONDAN DAN TUKANG OJEK (XXIX)









oleh: Oesman Ratmadja


Sssst…,” Sabar segera menenangkan sang isteri.
Kan abang sudah bilang, buka dan lihat isinya. Kalau sudah melihat dengan jelas, bersyukur pada Allah. Jangan malah bikin orang lain memperhatikan kita ?” Kata Sabar, yang tetap berusaha menahan suaranya agar tak terdengar ke mana mana.
Sabar berharap, isterinya mengerti kalau ia tak sekedar mengingatkan. Tapi, juga ingin mengajak agar Ariyani merasakan hepi. Sayang, sang isteri yang kaget saat melihat isi tas sang suami, bukan memenuhi permintaan Sabar . malah blak blakan mengungkapkan kecurigaan.
Tapi…uang sebanyak ini, dari mana bang? Bagaimana bisa abang yang cuma ngojek, yang setiap hari paling banter dapat seratus lima puluh ribu, di tas abang jumlahnya begitu banyak? Kalau nggak jelas juntrungannya, saya malah jadi takut bang “
Aduuuh, kamu itu bagaimana, sih. Tadi abang kan, bilang, Allah Maha Besar dan Maha Memberi Rezeki. Sekarang, kamu nggak usah bingung. Yang penting, kamu bersyukur dulu aja. Setelah itu, baru abang jelasin, oke ?”
Meski sulit, akhrnya Sabar bisa meyakinkan dan ia melihat isterinya yang semula kuatir, menarik nafas lega. Lalu, tersenyum. Lantas, Sabar mendengar jelas, isterinya mengucap
Alhamdu lillah Hirobbil Alamin... terima kasih yaa Allah... Terima kasih. Karena saat kami sedang susah, Engkau datangan orang berhati mulia”
Sabar mulai lega. Setelah merapikan tas pinggang, Sabar kembali membuka hordeng. Ia semakin lega, karena pasien di sebelah juga sibuk dengan urusannya sendiri.
Sekarang, kamu nikmati makanan enak yang abang bawa dari restoran mahal, yaa? Sete lah itu, abang akan jelaskan tentang Kebesaran Allah yang hari ini melimpahkan rezeki buat kita sekeluarga. Oke ?”
Ariyani tak bisa bilang oke. Ia hanya bisa mengangguk sambil menebar senyum. Meski begitu, Sabar bisa menangkap senyum isterinya yang tidak full lega. Apa yang tertangkap oleh insting Sabar, memang tak begitu keliru. Soalnya, ia kenal betul siapa Ariyani. Terlebih, selama ini, ia memang tak pernah membawa pulang uang yang jumlahnya dianggap banyak itu
Nyatanya? Meski Ariyani sudah melihat dengan begitu jelas tumpukan uang di tas pinggang Sabar, dadanya tetap saja belum lapang. Di sana atau di hati Ariyani, masih ada penumpang.
Penumpang itu, bernama: tanda tanya.
Dan, Ariyani jelas mendengar suara hatinya yang bilang : tumpukan uang itu milik siapa? Jika milik suaminya, dapat darimana? Bagaimana cara mendapatkan uang banyak dalam waktu singkat? Apakah dapat di pertanggung-jawabkan, membuatnya aman atau malah mencelakakan?
Pertanyaan seperti ini, harus diungkapkan Dan, Ariyani tak ingin menyimpan. Ia tak bisa membiarkan pertanyaan yang menggeliat di nuraninya, terlantar karena pengaruh uang. Terlebih, Sabar hanya tukang ojek. Selama menikah, jangankan pernah menyimpan langsung uang berjumlah jutaan. Dua juta kontan saja, masih dalam tahap impian semata.
Tadi pagi saja, saat pamit mau ngojek, suaminya yang nginap di rumah sakit,bisa senyum karena terpaksa. Ariyani tau, senyum bang Sabar, hanya sebatas untuk menghibur dirinya yang sedang dirawat, agar bisa dan bersedia te nang. Jika sorenya kembali datang, membesuk Ariyani, dan bisa membawa setumpuk uang, patutkah dipercaya dengan begitu saja?
Melihat isterinya mulai menyuap dan me ngunyah makanan yang dibawa, Sabar langsung bersyukur. Dalam hati, ia mengucap Alhamdulillah. Sabar lalu menarik nafas. Ia sudah merasa lega. Ingin segera menjelaskan. Tapi, baru akan mulai bicara, ia mendengar suara.
Maaf…jika kami mengganggu bapak dan ibu. Kami mencari pak Sabar, yang nama isteri nya bu Ariyani, dirawat di ruang nomor 313. Apakah saya bisa bertemu dengan pak Sabar ?”
Suara yang cukup keras dan jelas terde ngar, membuat semua orang di ruang rawat nomor 313, termasuk Sabar dan juga Ariyani, iste rinya, yang namanya langsung disebut dengan jelas, kontan menoleh ke pintu masuk.
Ariyani dan Sabar, yang menoleh berbarengan, memperhatikan dua perempuan berseragam karyawan kantin rumah sakit, yang masih berdiri di pintu. Seorang membawa bingkisan berisi buah-buahan mahal. Temannya, membawa bingkisan berisi peralatan bayi.
Yaa, saya pak Sabar,” tanpa ragu, Sabar menyahut. Ia yakin, yang dimaksud, pasti dirinya. Sebab, nama isterinya juga disebut
Kedua karyawan berseragam, segera menghampiri pak Sabar, yang isterinya menempati ranjang paling ujung, dari lima ranjang yang semua nya sudah terisi.
Benar bapak dan ibu bernama pak Sabar dan bu Ariyani?” Tanya karyawan kantin yang membawa bingkisan buah.
Yaa, saya Sabar “ sahut Sabar, yang lalu menoleh ke isterinya, dan ia kembali menatap ke dua wanita karyawan kantin, sambil menjelaskan isterinya yang sedang dirawat, bernama Ariyani.
Maaf, yaa, pak. Kami hanya memastikan. Jika bapak orangnya, kami hanya melaksanakan amanah, mengantar kedua bingkisan ini untuk bapak “
Iya, pak. Selamat ya, pak ?” Karyawan yang membawa bingkisan peralatan bayi, segera menyodorkan bingkisan yang dibawanya.
Bing…bingkisan i....ini benar, untuk saya? Dari siapa? ” Tanya Sabar yang tentu saja merasa sangat terkejut.

Bersambung.....

0 Response to "BONDAN DAN TUKANG OJEK (XXIX)"