oleh: Oesman Ratmadja
"Itu
sebabnya, pasien dan pembezuk yang semula hanya menahan keinginan
ngakak, karena nggak enak dan takut ada yang tersinggung, jika
ngakak duluan, akhirnya ikut ngakak.
"Meski ngakaknya belakangan, mereka jadi bisa leluasa dan lepas menikmati
suasana lucu. Suasana yang semula lesu karena beban di rumah sakit, seketika berubah jadi menyegarkan. Membuat mereka jadi lupa pada kesulitan. meski hanya sejenak. "
Suasana,yang sejak Sabar muncul sampai Bondan hadir, memang seperti cuaca.
Silih berganti. Bila semula tangisan dan air mata, yang sesungguhnya
juga menyegarkan karena latar belakang sesungguhnya kegembiraan dan
kebahagiaan.
"Kini,suasana sudah langsung berubah, berganti dengan suasana yang full
kegembiraan karena bila semula hanya Sabar dan Ariyani yang menangis,
ketika giliran ngakak, semua yang ada – kecuali Bondan,
terbahak-bahak.
"Lhoo,gue tuh ngomong apa adanya, bang. Kok, semua malah pada ngakak.Memangnya, gue pelawak “
"Boss…si
boss mau bilang apa saja, silahkan. Yang jelas, semua yang ada di
sini, pada ngakak. Berari, boss itu lucu. Boss jago men ciptakan
suasana yang membuat kita senang. Iya, kan, bapak-bapak dan ibu-ibu
?”
"Meski
ada yang tetap ragu, karena belum mengerti siapa Bondan, jawaban yang
kemudian terdengar jelas, sangat seragam.
" Yaa, boss, memang lucu, kok”
"Kalau tiap hari boss datang, dan bisa terus melucu
seperti sekarang kita disini, pasti lupa sama kesulitan hidup, “
kata ibu yang dirawat di sebelah Ariyani.
"Gara-gara
ada yang berani berkomentar, Ariyani yang semula gugup, malu, tapi
pada akhirnya juga melepaskan tawa dan baru saja bisa ngerem
tawanya, merasa tak punya beban untuk mengungkap perasaannya.
"Boss..boleh saya bicara dari hati yang paling dalam?”
"Waah,sori mbak. Saya harus bilang terus terang, mbak tidak boleh atau
tidak saya izinkan bicara pada saya. Sebab, pertama, saya belum
yakin, kalau mbak isterinya bang Sabar. Soalnya, isteri bang Sabar,
seperti yang diakuin bang Sabar ke saya, lebih cakep dari Jupe. Se
dangkan mbak, tidak secantik Jupe
"Kedua,kalau mau bicara dari hati yang paling dalam, minta izinnya jangan ke
saya, tapi, harus langsung ke bang Sabar. Kalau ke saya, malah
merepotkan negara. Pertama, kalau bang Sabar cemburu dan menggugat
mbak ke pengadilan agama, kan hakim di pengadilan agama jadi tambah
kerjaan.
"Ketiga,
kalau akhirnya saya simpatik dan nantinya saya mau sama mbak, ntar
bang Sabar mbak tinggalin. Syukur kalau bang Sabar tidak frustrasi
atau senewen, Kalau frustrasi? Apa kata dunia, mbak ?”
"Lagi-lagi,yang lantas terdengar bukan tangisan Ariyani atau Sabar. Tapi suara
ngakak Semua yang ada di ruang nomor 313, juga ngakak. Mereka nggak
nyangka, jika di sore yang indah, ada yang sengaja bikin suasana jadi
begitu indah. Mereka, bisa tertawa dengan lepas dan bebas.
"Padahal,Bondan sama sekali tidak bermaksud ingin ngelucu. Tapi karena
buktinya tertangkap sebagai sesuatu yang lucu, mereka serempak:
berhahahahahahahahahahahaha"
Malah,ibu yang dirawat di sebelah ranjang Ariyani, yang tadi berani
berkomentar, spontan nyubit suaminya. Maksudnya, bukan mau nyakitin.
Tapi, minta diantar ke kamar mandi. Dia rupanya tidak tahan lagi
menahan keinginan pipis yang mendadak menyerangnya. Suaminya yang
masih ngakak, memang nggak marah. Padahal, cubitan isterinya terasa
sakit. Tapi, ia tak protes
Entah karena pengaruh suasana yang menggembirakan dan membuatnya lupa pada beban
harus bayar rumah sakit, entak karena merasa tak enak jika letupkan
emosi di depan orang lain
"Tapi,ketika isterinya nyubit ulang, ia langsung protes
"Mama apa-apaan, sih. Lagi asyik ketawa, bukan tetap ngakak, malah nyubit.
Cubitan mama, tuh, sakit, tau?”
"Maafin mama..soalnya..soalnya, mama nggak tahan. Mau pipis. Cepat, pa. Kan,
malu, kalau sampai mama pipis di ranjang “
"Pa..saya
juga minta tolong antar pa. Nggak tahan, nii, kepingin pipis ?”
permintaan pipis, juga terdengar dari penghuni ranjang di sebelahnya.
Bersambung........
0 Response to "BONDAN DAN TUKANG OJEK (XXXIV)"
Posting Komentar