oleh:Oesman Ratmadja
“Iya,
boss. Mestinya memang mesti seperti yang baru saja boss bilang. Harap
maklum, boss, tadi kondisi saya lagi pusing. Kemarin, isteri saya
melahirkan. Mestinya, cukup di bidan. Eeh, si ibu bidan malah langsung
bawa isteri saya ke rumah sakit.
Dia bilang nggak sanggup, karena kata dia bayinya
sungsang. Untung bidannya ngejamin. Jadi langsung di tanganin.
Alhamdulillah, isteri saya dan anaknya selamat. Tapi, waktu tadi pagi
saya be zuk, dokternya bilang, kemungkinan baru tiga hari ke depan
bisa pulang. Nah, siapa yang nggak pusing boss?
Tuh bidan, mentang-mentang mau cepet, eeeh, die bawa ke
rumah sakit mahal. Memang sih, dekat dari rumahnya. Tapi, ngeberatin
beban saya”
Bondan terpaksa membuka helmnya dan mendekatkan
kepalanya ke kepala Sabar, si tu kang ojek
“Waktu bikinnya sama sekali nggak pusing dan nggak
terasa berat, kan, bang ?”
“Hahaaha Si boss bisa saja, “
“Tapi, benar, kan, apa yang barusan saya bilang?”
“Sangat benar, boss. Waktu bikin, boro-boro ingat sama
pusing atawa beban berat. Sama mertua yang sering cemberut juga tidak
ingat. Lhaa, benar, boss. Saya cuma ingat sama enak dan nikmatnya
saja.
Malah, kadang kala, maunya pakai nam bah. Setelah masuk
ke rumah sakit yang tarifnya gila gilaan, mau nyesalin perbuatan
masa silam, malah serasa percuma. Toh, harus tetap bayar juga Tapi,
saya pasrah saja. Semisal di sandera karena nggak sanggup bayar, apa
boleh buat “
“Makanya, setelah dapat yang satu ini, langsung di
rem dulu aja “
“Waaah, sulit banget, boss. Lagipula nanti isteri saya
tersinggung. Kalau saya usul mau nge rem, ntar dia sangka saya
nganggap dia truk gandengan. Kan repot “
“Maksud gue, bukan rem kepingin ngekepin, bang Tapi,
rem punya anak. Caranya, kan gampang. Pakai kondom aja juga bisa.
Praktis, kan ?”
“Waduuuuh, bisa apa nggak, ya, saya pakai kondom.
Soalnya, terus terang, boss. Meski saya cuma tukang ojek, isteri saya
lebih cakep dari Jubaedah yang jadi bintang iklan kondom dan sering
muncul di televisi
“Maksud abang, Jupe tuh, Jupri Pesek atau Jubaedah
Peyang ?”
“Bukan itu, boss. Masa sih, boss nggak suka nonton
teve dan nggak tau sama Jupe, yang jadi bintang iklan kondom dan
sekarang ini sedang ramai diberitakan karena dia nyalonin diri jadi
Bupati Pacitan. Sedap punya, tuh, boss, kalau sampai kepilih”
“Sedap punya? Maksud abang apa, sih? “ Bondan
belagak bego.
“Yaa, asyik, gitu, boss. Kalau terpilih, pasti
satu-satunya Bupati yang tidak mau ngajuin ang garan buat beli
pakaian dinas Bupati atau Wakil Bupati. Sebab, Jupe sudah biasa pakai
busana yang bahannya selalu kurang. “
“Jadi bupati tuh mesti cukup duit, bang. Buat
kampanye. Buat macem-macem keperluan. Stock buat serangan fajar juga
mesti siap, bang. Jadi, nggak mungkin dia bisa nyalonin jadi bupati
kalau mau beli busana aja duitnya malah kurang “
“Hahahahaha, boss pinter ngelawak juga “
“Hahahaha, abang tau nggak. Saya ngantuk. Boleh, kan,
saya tidur sambil nyenderan ke punggung abang ?”
“ Boleh, boss. Silahkan kalo mau tidur “
“ Terima kasih, bang. Hati-hati ya, bang. Ingat,
begitu saya bangun, harus di depan rumah yang pagarnya ada tulisan
rumah mau dikontrak. Bukan di bangsal rumah sa kit “
“ Beres, boss “
Bondan sengaja nggak mau nyautin lagi. Bukan lantaran
ngantuk. Ia sudah malas bicara. Tapi, tetap buka helm dan
menyandarkan kepalanya ke punggung tukang ojek. Sabar tak merasa
berat karena hatinya begitu lega.
Sabar manteng kecepatan motornya diangka empat puluh.
Dia menarik nafas lega saat berhenti sejenak, di lampu merah Pos
Pengumben. Target sudah dekat. Semoga, di komplek pertama yang akan
dimasukinya, ada rumah kontrakan atau yang mau dijual, dan cocok
dengan selera Bondan
“ Kalau langsung cocok, gue bisa segera bezuk isteri.
Ngabarin hari ini dapat rezeki nomp lok. Julia sayang pasti senang, “
kata suara yang menggema di lubuk hatinya.
Sabar kembali ngegas sepeda motornya. Melewati sepeda
motor, nyang dibawa seorang perempuan yang pasti nggak punya sim.
Soal nya, bawa motornya malah ngagokin pengemudi motor laen.
Untungnya, Sabar bisa cepat mendahuluinya. Ia jadi bisa cepat melaju,
meski kecepa tannya tetap di empat puluh kilometer.
Saat belok ke kiri di lampu merah Joglo, Sabar
tersenyum. Menarik nafas lega. Sabar se makin berharap cepat ketemu
rumah yang mau di kontrak atau dijual. Soal akhirnya hanya ngont rak
atau malah dibeli, bukan urusannya. Sabar cuma ingin cepat, dan kalau
yang dipilihnya cocok Ia bisa cepat kembali mengantar ke pangkalan.
Lalu, ia kerumah sakit. Bezuk dan melaporkan keistrinya
kalau hari ini baru saja dapat rezeki nomplok. Sabar berharap,
isterinya jadi tenang. Tidak berpikir soal dari mana dia harus
membayar biaya rumah sakit.
Sabar berbelok ke sebuah gang.
Celingak celinguk
Mata
sabar melihat sebuah rumah yang di pagarnya ada kertas kartun berisi
tulisan : Rumah ini dikontrakkan. Hub. 0852 sekian sekian
Sabar ingin membangunkan penumpangnya yang ia kira
masih pulas dan masih asyik menikmati indahnya mimpi di atas sepeda
motor Baru saja Sabar akan melaksanakan niat, membangunkan Bondan,
eeh, Bondan malah lebih dahulu bersuara.
“Kok berhenti, bang. Memangnya sudah sampai ?”
Sabar bukan tidak kaget. Sebab, tak menyangka jika
Bondan sudah bangun dan terlebih dahulu bertanya
“ Su..sudah, boss. Tuuh, di pagarnya ada tulisan
dikontrakkan,” sahut Sabar, yang mesti dengan gugup, tapi bisa
menjelaskan dan itu cukup baginya karena Bondan langsung berpaling
ke arah tangan Sabar menunjuk
Bersambung.....
0 Response to "BONDAN DAN TUKANG OJEK (XXI)"
Posting Komentar