BONDAN DAN TUKANG OJEK (XXI)


oleh:Oesman Ratmadja

 

 “Iya, boss. Mestinya memang mesti seperti yang baru saja boss bilang. Harap maklum, boss, tadi kondisi saya lagi pusing. Kemarin, isteri saya melahirkan. Mestinya, cukup di bidan. Eeh, si ibu bidan malah langsung bawa isteri saya ke rumah sakit.
Dia bilang nggak sanggup, karena kata dia bayinya sungsang. Untung bidannya ngejamin. Jadi langsung di tanganin. Alhamdulillah, isteri saya dan anaknya selamat. Tapi, waktu tadi pagi saya be zuk, dokternya bilang, kemungkinan baru tiga hari ke depan bisa pulang. Nah, siapa yang nggak pusing boss?
Tuh bidan, mentang-mentang mau cepet, eeeh, die bawa ke rumah sakit mahal. Memang sih, dekat dari rumahnya. Tapi, ngeberatin beban saya”
Bondan terpaksa membuka helmnya dan mendekatkan kepalanya ke kepala Sabar, si tu kang ojek
Waktu bikinnya sama sekali nggak pusing dan nggak terasa berat, kan, bang ?”
Hahaaha Si boss bisa saja, “
Tapi, benar, kan, apa yang barusan saya bilang?”
Sangat benar, boss. Waktu bikin, boro-boro ingat sama pusing atawa beban berat. Sama mertua yang sering cemberut juga tidak ingat. Lhaa, benar, boss. Saya cuma ingat sama enak dan nikmatnya saja.
Malah, kadang kala, maunya pakai nam bah. Setelah masuk ke rumah sakit yang tarifnya gila gilaan, mau nyesalin perbuatan masa silam, malah serasa percuma. Toh, harus tetap bayar juga Tapi, saya pasrah saja. Semisal di sandera karena nggak sanggup bayar, apa boleh buat “
Makanya, setelah dapat yang satu ini, langsung di rem dulu aja “
Waaah, sulit banget, boss. Lagipula nanti isteri saya tersinggung. Kalau saya usul mau nge rem, ntar dia sangka saya nganggap dia truk gandengan. Kan repot “
Maksud gue, bukan rem kepingin ngekepin, bang Tapi, rem punya anak. Caranya, kan gampang. Pakai kondom aja juga bisa. Praktis, kan ?”
Waduuuuh, bisa apa nggak, ya, saya pakai kondom. Soalnya, terus terang, boss. Meski saya cuma tukang ojek, isteri saya lebih cakep dari Jubaedah yang jadi bintang iklan kondom dan sering muncul di televisi
Maksud abang, Jupe tuh, Jupri Pesek atau Jubaedah Peyang ?”
Bukan itu, boss. Masa sih, boss nggak suka nonton teve dan nggak tau sama Jupe, yang jadi bintang iklan kondom dan sekarang ini sedang ramai diberitakan karena dia nyalonin diri jadi Bupati Pacitan. Sedap punya, tuh, boss, kalau sampai kepilih”
Sedap punya? Maksud abang apa, sih? “ Bondan belagak bego.
Yaa, asyik, gitu, boss. Kalau terpilih, pasti satu-satunya Bupati yang tidak mau ngajuin ang garan buat beli pakaian dinas Bupati atau Wakil Bupati. Sebab, Jupe sudah biasa pakai busana yang bahannya selalu kurang. “
Jadi bupati tuh mesti cukup duit, bang. Buat kampanye. Buat macem-macem keperluan. Stock buat serangan fajar juga mesti siap, bang. Jadi, nggak mungkin dia bisa nyalonin jadi bupati kalau mau beli busana aja duitnya malah kurang “
Hahahahaha, boss pinter ngelawak juga “
Hahahaha, abang tau nggak. Saya ngantuk. Boleh, kan, saya tidur sambil nyenderan ke punggung abang ?”
Boleh, boss. Silahkan kalo mau tidur “
Terima kasih, bang. Hati-hati ya, bang. Ingat, begitu saya bangun, harus di depan rumah yang pagarnya ada tulisan rumah mau dikontrak. Bukan di bangsal rumah sa kit “
Beres, boss “
Bondan sengaja nggak mau nyautin lagi. Bukan lantaran ngantuk. Ia sudah malas bicara. Tapi, tetap buka helm dan menyandarkan kepalanya ke punggung tukang ojek. Sabar tak merasa berat karena hatinya begitu lega.
Sabar manteng kecepatan motornya diangka empat puluh. Dia menarik nafas lega saat berhenti sejenak, di lampu merah Pos Pengumben. Target sudah dekat. Semoga, di komplek pertama yang akan dimasukinya, ada rumah kontrakan atau yang mau dijual, dan cocok dengan selera Bondan
Kalau langsung cocok, gue bisa segera bezuk isteri. Ngabarin hari ini dapat rezeki nomp lok. Julia sayang pasti senang, “ kata suara yang menggema di lubuk hatinya.
Sabar kembali ngegas sepeda motornya. Melewati sepeda motor, nyang dibawa seorang perempuan yang pasti nggak punya sim. Soal nya, bawa motornya malah ngagokin pengemudi motor laen. Untungnya, Sabar bisa cepat mendahuluinya. Ia jadi bisa cepat melaju, meski kecepa tannya tetap di empat puluh kilometer.
Saat belok ke kiri di lampu merah Joglo, Sabar tersenyum. Menarik nafas lega. Sabar se makin berharap cepat ketemu rumah yang mau di kontrak atau dijual. Soal akhirnya hanya ngont rak atau malah dibeli, bukan urusannya. Sabar cuma ingin cepat, dan kalau yang dipilihnya cocok Ia bisa cepat kembali mengantar ke pangkalan.
Lalu, ia kerumah sakit. Bezuk dan melaporkan keistrinya kalau hari ini baru saja dapat rezeki nomplok. Sabar berharap, isterinya jadi tenang. Tidak berpikir soal dari mana dia harus membayar biaya rumah sakit.
Sabar berbelok ke sebuah gang.
Celingak celinguk
Mata sabar melihat sebuah rumah yang di pagarnya ada kertas kartun berisi tulisan : Rumah ini dikontrakkan. Hub. 0852 sekian sekian
Sabar ingin membangunkan penumpangnya yang ia kira masih pulas dan masih asyik menikmati indahnya mimpi di atas sepeda motor Baru saja Sabar akan melaksanakan niat, membangunkan Bondan, eeh, Bondan malah lebih dahulu bersuara.
Kok berhenti, bang. Memangnya sudah sampai ?”
Sabar bukan tidak kaget. Sebab, tak menyangka jika Bondan sudah bangun dan terlebih dahulu bertanya
Su..sudah, boss. Tuuh, di pagarnya ada tulisan dikontrakkan,” sahut Sabar, yang mesti dengan gugup, tapi bisa menjelaskan dan itu cukup baginya karena Bondan langsung berpaling ke arah tangan Sabar menunjuk


Bersambung.....

0 Response to "BONDAN DAN TUKANG OJEK (XXI)"