oleh:Oesman Ratmadja
Tapi Johan punya banyak akal.
Setelah sejenak berpikir, dia bangkit dari kursinya. Mendekat. Menatap tante Susilawati yang bibir seksinya masih cemberut. Tangan kanan Johan meraih pinggang Susilawati. Tangan kirinya menyibak daster tipis yang membalut tubuh tante Susi. Menyen tuh sela-sela ujung paha. Dan terus bergerak liar.
Tapi Johan punya banyak akal.
Setelah sejenak berpikir, dia bangkit dari kursinya. Mendekat. Menatap tante Susilawati yang bibir seksinya masih cemberut. Tangan kanan Johan meraih pinggang Susilawati. Tangan kirinya menyibak daster tipis yang membalut tubuh tante Susi. Menyen tuh sela-sela ujung paha. Dan terus bergerak liar.
Susilawati
terdiam. Matanya terpejam. Johan merapatkan bibirnya ke leher
Susilawati yang jenjang. Ia mengulurkan lidahnya. Menjilati leher
putih dengan desah nafas liarnya.
“
Johan…kamu jangan nakal. Saya nggak kuat,”
Emosi
Susilawati, mendadak luluh.
Susilawati
yang matanya terpejam, melenguh Mengeluh.
Keluhan senang.
Perlahan, Johan bergerak. Ke sofa panjang, yang mudah dicapai karena
memang sangat dekat. Ia membaringkan tante Susi yang sama sekali tak
meronta kecuali melenguh, ke sofa panjang yang empuk. Jari-jemari
tangan kanannya terus menjelajah, ke punggung dan membuka tali beha.
Jari lainya, terus mengelus bagian tubuh yang menggoyahkan. Perlahan,
jari jemari itu menarik celana dalam warna pink
“ Jangan
di sini, Johan “
“Kenapa?Bukankah di sini, juga sama “
“ Nanti,
ketahuan Si Ati dan mang Dudung “
Susilawati
kuatir, tapi tangannya mulai meraba dan terus merayap ke sela-sela
celana pendek Johan. Tangannya yang lain, merambat di dada Johan yang
berbulu lebat. Johan tak diam Ia terus “menerkam” dengan cumbuan
yang membuat Susilawati blingsatan tak keruan
“ Tak
perlu kuatir. Yang penting, saya bisa membuat tante tidak kesal lagi
“
“ Saya
sudah melupakan “
“ Terima
kasih,” desis Johan.
Johan menarik
perlahan daster tipis yang masih melekat ditubuh Susilawati. Sampai
akhirnya lepas. Lalu melempar begitu saja. Tante Susi memelorotkan
celana pendek Johan. Susilawati yang sudah terbaring di sofa panjang,
menatap Johan sambil mengurai senyumannya yang aduhai.
Johan
melakukan hal yang sama. Sambil terus menatap, tangan Johan meraih
kedua paha Susi. Menggesernya perlahan. Ke bagian kiri dan kesebelah
kanan.
Perlahan, Johan
menurunkan tubuh. Susilawati yang kembali memejamkan mata, memasukkan
benda yang sejak tadi digenggem dan dielus-elusnya. Perlahan, Johan
menurunkan tubuhnya. Desah nafas Susilawati, beru bah. Johan
berbisik. Minta Susilawati memenuhi janjinya
“ Yaa,
sayang. Pasti tante penuhi. Sekarang, tolong cepat bawa tante ke
ujung dunia. Terbangkan agar secepatnya sampai ke surga”
Johan
tersenyum. Ia tahu apa yang kemudian harus segera ia lakukan, agar
Tante Susi bisa menggelinjang dengan lincah, bersama helaan nafasnya
yang tak beraturan. Nafas yang menderu-deru dibelenggu nafsu
oooooooooooooooo
BARU
kali ini pak Sadewa merasa berada dalam posisi bingung. Biasanya,
setelah dapat kabar dari mbok Sinem, ia tak pernah bi ngung. Terlebih
dibingungkan oleh keadaan. Sebab, ia selalu bisa dan leluasa
mengkondisikan keadaan Setiap mengatakan tak bisa datang, ia
langsung transfer. Selesai mentransfer uang yang bisa dilakukan
kapan dan dimana saja, ia sudah bisa kembali fokus ke urusan
bisnisnya. Ia tak pernah bertanya, apakah mbok Sinem benar atau dusta
atau hanya mengada-ada
Kali ini,
pak Sadewa justeru merasa bingung. Terlebih, ia sedang di mobil,
membawa, menjaga, dan mengantar Marina, isteri ketiganya. Bukan
kehotel atau tempat wisata. Dan bukan untuk bersenang-senang Tapi ke
rumah sakit bersalin terdekat. Ia bingung karena sejak berangkat dari
rumah, Marina terus mengeluh.
Bersambung
0 Response to "BONDAN DAN TUKANG OJEK (XIII)"
Posting Komentar