BONDAN DAN TUKANG OJEK (XI)


oleh: Oesman Ratmadja


Teriakan Bondan, mengejutkan mbok Sinem yang se dang mengisi botol bekas sirup yang dilapisi handuk dengan air panas dari kran air. Mbok Sinem segera mematikan kran, dan dengan cemas ia ke luar dari kamar mandi. Menghampiri Bondan yang tadi tertidur sudah terduduk di ranjangnya dengan nafas tersengal-sengal.
“ Aden kenapa ?”
“ Saya kepingin ketemu, ibu, mbok ?”
“ Yaa, nanti si Mbok pasti berusaha lagi. Mudah-mu dahan, beliau berkenan menjawab panggilan si mbok, se perti biasanya. Sekarang, aden tidur lagi aja. Istirahat dan biar si mbok kompresin aden dengan air panas “
Bondan kembali berbaring. Dia biarkan si mbok Si nem, yang lalu menekan dan menggerak-gerakan botol – berisi air panas, yang dilapisi handuk ke tubuhnya.
“ Kita harus banyak beristighfar, den. Agar hati selalu terjaga, dari segala keburukan. Dari segala hal yang bisa membuat kita lemah “
“Iya, mbok. Terima kasih, si mbok sudah memperhati kan dan mengingatkan saya “
Bondan kembali merasa tenang. Air panas di botol yang sebentar-sebentar bergerak dari dada ke perut dan sebaliknya, benar-benar menghangatkan. Ketulusan mbok Sinem merawat Bondan yang tiba-tiba terserang demam, membuat Bondan cepat terlelap.
Mbok Sinem kembali ke kamar mandi. Menuang isi nya yang sudah dingin, lalu meletakkanya di sisi wastafel. Setelah menjembreng handuk kecil, ia membuka kran air panas. Si mbok menaruh handuk kecil di wastafel. Mema tikan kran. Dengan hati-hati si mbok memeras handuk kecil yang barusan diguyur air panas.
Si mbok kembali ke kamar. Sejenak, ia menatap Bondan yang sudah lelap. Ia lalu mendekat dan meletakkan handuk hangat ke kening Bondan.
“ Duh Gusti, hanya Engkau yang sanggup melindungi dan meneguhkan jiwanya “ guman si mbok, yang seusai mendoakan bergegas meninggalkan Bondan.
Mbok Sinem terus berharap agar bu Susilawati mende ngar nada panggilan dari selulernya dan menjawab pang gilan si mbok yang mengontaknya.
“ Duh Gusti…tolong buka pintu hati ndoro Susi.
Jangan biarkan ndoro Susi jadi tuli “
Si mbok tidak ingin kecewa, meski telah beberapa kali memanggil, bu Susilawati tak juga menjawab. Si Mbok meletakkan gagang telpon dan bergegas kembali ke ka mar Bondan. Ia menarik nafas panjang. Merasa lega meli hat Bondan semakin lelap.`
Mbok Sinem hanya bisa merasa kasihan pada Bondan. Ia punya orangtua tapi lebih malang dari anak-anak yatim piatu, yang malah dapat perhatian lebih dari pengurus panti asuhan. Ia hanya diberi materi berlebihan tapi tak sama sekali dalam hal kasih sayang. Dia beri payung ke mewahan tapi karena tak dilengkapi jas hujan kasih sayang, membuat Bondan kehausan belaian kasih dan lapar parhatian
Kalau saja pak Sadewa dan bu Sisilawati memberinya tablet kasih sayang, suntikan cinta dan perhatian yang tulus, sepenuh hati, Bondan pasti tak harus terus menerus menahan rasa haus dan lapar terhadap cinta kasih.
“ Duh Gusti…hanya karunia dan hidayah Engkau yang menguatkan jiwanya. Hamba hanya bisa membantu dengan kebodohan dan ketidak-tahuan hamba “
Tak cuma batin mbok Sinem yang menangis. Air mata mbok Sinem meleleh di pipi. Mbok Sinem yang berdiri di ambang pintu kamar Bondan, hanya bisa menatap dan kalau pun ia melihat duka nestapa di wajah anak majikannya, tak mampu berbuat apa-apa
Dulu, mbok Sinem tak pernah merasa seperti ini. Saat Bondan hanya bermabuk mabukan, jarang di rumah kecuali bersenang-senang dengan cewek abg dan teman-temannya, mbok Sinem tak pernah menangis. Juga tak pernah merasa terganggu. Toh, ia ada hanya untuk kerja. Melayani kebutuhan majikannya
Selama ia suka dan bisa melakoninya, tak berhak menegur terlebih menasihati. Jika tak suka dan tak sanggup menjalani, tak ada larangan untuk pergi secepatnya dari rumah majikannya. Mau kembali ke kampung halaman, silahkan. Pindah ke majikan lain, monggo wae. Mbok Sinem bebas mengambil keputusan dan berhak melakukan
Tiba-tiba mbok Sinem terkesiap.
Ia mendengar dering pesawat telepon.
Mbok Sinem melangkah tergopoh. Bergegas mengangkat pesawat telepon.
Susilawati, tak menampakkan kecemasan apapun. Ia malah kelihatan marah saat bicara lewat seluluernya.


Bersambung............

0 Response to "BONDAN DAN TUKANG OJEK (XI)"