oleh: Oesman Ratmadja.
KARENA hujan, Raja Negeri Damai, yang sejak jadi raja tak pernah dikawal oleh tentara istana, mengambil sendiri payung kesayangannya. Dan ia pun pamit pada permaisuri dan permaisuri mahfum jika suaminya pasti pergi ke warung kopi Suara Rakyat. Suaminya memang selalu mengutamakan suara rakyat dan selama berkuasa tak pernah sekalipun membungkam suara rakyat, Tentu saja pemilik warung dan beberapa pengunjung, kaget. Sebab, di hujan lebat, sang Raja tiba dengan pakaian basah kuyup, tapi di tangannya tergenggam payung.
KARENA hujan, Raja Negeri Damai, yang sejak jadi raja tak pernah dikawal oleh tentara istana, mengambil sendiri payung kesayangannya. Dan ia pun pamit pada permaisuri dan permaisuri mahfum jika suaminya pasti pergi ke warung kopi Suara Rakyat. Suaminya memang selalu mengutamakan suara rakyat dan selama berkuasa tak pernah sekalipun membungkam suara rakyat, Tentu saja pemilik warung dan beberapa pengunjung, kaget. Sebab, di hujan lebat, sang Raja tiba dengan pakaian basah kuyup, tapi di tangannya tergenggam payung.
" Paduka, kenapa paduka lebih rela berbasah
kuyup timbang menghalau hujan dengan payung?" Tanya pemilik
warung yang kemudian bergegas menyeduh kopi khas untuk rajanya.
"Iyaa
paduka raja. Mengapa payung di tangan tak dimanfaatkan?" Tanya
seorang pengunjung yang berlangganan tapi sering banget ngutang,
"Apakah aku tak
boleh berbasah kuyup?" Sahut sang raja sambil duduk di bangku panjang terbuat dari papan, dan membiarkan dirinya kedinginan.
"Tapi, paduka
adalah raja kami?" Kata pemilik warung sambil menyodorkan kopi yang baru saja di seduh dengan sikap yang sangat santun.
" Memang, apa beda aku yang
jadi raja kalian dengan kalian dan juga dengan rakyatku yang lain?"
Pemilik warung tercengang.
Pun pengunjung lainnya. Mereka saling bertatapan. Tak mengira, jika
raja bertanya dengan kalimat yang sangat sederhana tapi sulit dijawab
karena meski tahu pasti ada bedanya dan bahkan sangat jelas, namun mereka merasa kesulitan untuk menjawab. Yang pasti, mereka yakin, pasti ada perbedaan antara raja
dengan rakyatnya.
Karena tak ada yg menjawab pertanyaannya, sang
Raja membiarkan saja mereka tercengang. Diapun asyik menikmati kopi
panasnya. Setelah habis, cepat-cepat minta dibuatkan kopi baru.
"Tak
bolehkah aku minta kopi lagi?" Raja terpaksa bertanya, karena si pemilik warung malah ternganga dan terus begitu jika tidak diingatkan oleh Raja yang ingin dibuatkan kopi berikutnya "Bo..bo..boleh.
Malah sangat boleh paduka. Hanya, bolehkah kami menjawab dengan
blak-blakan pertanyaan paduka raja?" Tanya pemilik warung sambil
bergegas menyiapkan kopi lainnya.
"Jawablah. Aku suka jika
rakyatku terbuka. Hanya, aku tak suka bila rakyatku buka buka busana
di depan umum terlebih buka-bukaan yang diarsipkan ke dalam sebuah
video, dan di aplud ke internet" sahut sang raja.
Lalu, apa yang dikatakan oleh
pemilik warung setelah ia menaruh gelas berisi kopi baru untuk rajanya?
" Paduka, mohon maaf seribu satu kali maaf ... hamba tak bisa menjawab pertanyaan paduka yang meski sederhana namun sangat penuh makna. Namun, izinkan hamba berkata tentang hari kemarin ke tika di jam yang sama namun beda cuaca karena kemarin udara terang benderang sedang saat ini langit menurunkan hujan "
"Wahai pedagang kopi yang kuhormati," kata sang raja yang memotong kalimat si tukang kopi.
" Bicaralah kamu seperti layaknya tukang kopi bersuara. Jangan kamu meniru niru atau mengikuti wakil rakyat, yang kalau bersuara bertele tele karena dia dibebani oleh kepentingan pribadi, kepentingaon keluarga dan kepentingan partainya. Jadi, katakan saja apa sebenarnya ingin kamu sampaikan"
Si pemilik kedai kopi tahu benar siapa rajanya. Karena sudah dapat sinya, bergegas dia mengatakan apa yang sejak kemarin ingin dikatakannya
" Maaf paduka.... kemarin saat ngopi paduka sempat nambah lima gelas. Tapi maaf, paduka belum bayar karena saat paduka mau mengeluarkan uang, utusan datang dan setelah mendengar kabar adik ipar paduka ditangkap oleh Badan Peringkus Korupt, saat itu juga Paduka bergegas ke kantor Badan Peringkus Koruptor dan meminta pada Ketua BPK untuk menghukum adik ipar paduka seberat beratnya" kata si pemilik warung.
"Belum bayar, dan kamu tidak segera menangih? aku ini m anusia biasa dan bisa lupa.Lain kali, jangan biarkan aku menanggung beban dosa," ujar paduka raja sambil mengambil uang yang disempilkan di saku celananya. Sebelum menyodorkan uang untuk membayar kopi yang belum dibayar dan yang baru saja dinikmatinya, beliau berbisik
" Kau jangan buat konprensi pers dan mengundang para wartawan agar mereka tahu aku sempat tak bayar kopi yang sudah kureguk, yaa?"
Setelahnya, sang raja meambayar dengan memberi tambahan bonus karena merasa senang dirinya telah diingatkan,
0 Response to "RAJA BIJAKSANA"
Posting Komentar