ABAH SUDAH PULANG 3









Cerita Pendek

oleh: Oesman Ratmadja



Sesampai di rumah, saya kesal pada di ri sendiri. Sebab, baru terpikir, sebenarnya saya bisa minta ke Abah, agar diberi kesempatan me nolong untuk hal yang lebih berat. Mencangkul ladangnya,misalnya. Atau, mengecat rumah Ab ah, yang dinding ruang tamunya sudah kusam
Saya ikhlas dan Abah tak perlu mengeluarkan uang untuk bayar tukang. Saya tak ingin dibayar berapa pun. Saya hanya ingin membalas kebaikan Abah. Saya berjanji, setelah Abah kembali ke rumahnya, saya akan sampaikan keinginan saya dan berharap Abah bersedia memenuhinya.
Saya tak punya firasat apa pun, saat jam sebelas kurang beberapa menit, membuka pintu rumah Abah. Saat saya ambil amplop coklat di meja ruang tamu, saya langsung tercekat. Kaget , karena mendadak mencium aroma wewangian
Aroma wewangian yang begitu harum, se makin merebak saat saya membuka amplop cok lat.Dengan hati-hati saya mengeluarkan isi am plop coklat yang ukurannya lebih panjang dan lebih lebar dari kertas folio.
Saya ternganga membaca tulisan di kertas
bagian teratas. Berbunyi Innalillahi Wain na Ilaihi Roji’un. Di lembar kertas kedua, entah pesan entah puisi.
Hari ini, saya pulang
ke kampung paling melahirkan
ke halaman paling menghidupkan
ke tempat selain dunia
Di ladang yang sudah berliang
baringkan saya di sana
Saya di kamar
di sisi kain kafan dan lainnya
saya ingin kamu mengantar
agar cepat sampai di ladang
Rumah dan isinya jual saja
gunakan untuk anak yatim piatu
yang ingin sekolah dan ingin
menggapai akhlak mulia
Ladang saya sudah jadi ladangmu
tapi tolong makam saya tetap disitu
jangan sampai di bongkar Satpol PP
kecuali kamu ingin punya mesjid
atau pesantren, untuk membahagiakan
Rukmini.
Baru kali ini saya menangis sesenggukan.
Baru kali ini saya mengumumkan tentang Abah yang telah pulang ke kampung halaman. Orang-orang berdatangan. Mengucurkan air ma ta. Mereka sulit melupakan kebaikan Abah.
Buat saya, inilah pengalaman terindah, se lama kenal dengan Abah, yang ternyata me mahami keinginan saya, yang sangat ingin membalas kebaikannya
Baru kali ini saya menangis sesenggukan, panjang dan berhenti dengan sendirinya, sesam pai di sisi makam. Mengantar Abah, yang ter nyata sudah siapkan bekal, untuk kembali ke kampung yang paling melahirkan, dan hala man yang paling menghidupkan.
Usai pemakaman, saya kembali ke rumah Abah. Tapi sampai malam, tamu Abah tak kun jung tiba. Padahal, saya harus menyampaikan amplop coklat dan isinya. Harus jual rumah dan isinya, untuk anak yatim piatu, seperti yang diinginkan Abah.
Saya tak tahu, sanggup dan tidaknya memanggul beban berat dari Abah. Saya hanya sanggup bergegas mencatat, menghitung dan mengkritisi prilaku buruk dan kebodohan yang pernah saya lakukan.
Jika senyum Rukmini tak lekas hilang, saya tak akan mampu mengintip selain dunia,. seperti Abah, sampai akhirnya beliau pulang kampung, ke halaman halaman paling menghidupkan.


SELESAI