oleh: Oesman Ratmadja
BAMBANG dan Bidun, yang akrab sejak remaja, setelah berumah tangga, tinggal bersebelahan di Komplek Bulan Ogah Dimadu. Tiap ketemu , selalu menceritakan masalah rumah tangga masing-masing. Apa pun permasalahan mereka dengan isterinya, selalu dibahas bersama.
“ Kok, sama
juga, sih, Mbang. Isteriku, juga mulai nekan, agar aku cari uang
tambahan. Ketika aku bilang, memangnya aku harus korupsi, eh,
isteriku malah bilang, apa salahnya mas korupsi jika memang ada peluang. Ya, mau nggak mau aku turuti kemauannya “
“ Nasib kita,
kok, hampir mirip tapi solusinya berbeda, yaa? “ Gumam Bambang.
“Memang,
perbedaannya di mana?” Tanya Bidun
“ Yaa, kamu,
kan korupsi di kantor. Kalau aku, tiap istirahat makan siang,
langsung pulang. Lalu, ngojek sampai sore.Memang capek,sih.
Tapi,hasilnya lumayan”
“ Jadi, kamu
bisa beli motor dan tv baru dari hasil ngojek? Sama sekali nggak
masuk akal, Mbang ?” Tentu saja Bidun gak percaya dengan begitu
saja.
Bambang, akhirnya
memang ngaku. Maksud ngojek, mampir ke rumah tante. Nemenin ngobrol
dan cuma sekedar nemenin tidur sampai sore, dapet jatah harian cepe
ceng, dan jatah bulanan tiga juta.
“ Lumayan, kan ?
“ kata Bambang.
“ Waah, bukan
lumayan lagi. Kepuasan dapet, duit juga masuk kantong ,“ Bidun meng
iya kan, dan menganggap nasib temannya jauh lebih baik.
Di lain waktu,
Bidun ngasih kabar, diam-diam, nggak taunya, isteri mereka juga lebih
kompak. Bidun bilang, makanya nekan mereka berdua cari uang tambahan, karena mereka sama-sama berdukun di suatu tem pat.
“ Dukun itu, yang
ngasih jampe-jampe, sehingga kita nurutin kemauan isteri dengan
begitu saja “
“ Waaah, kalau
begitu, lebih baik aku kawin lagi saja Ngapain aku berumah tangga
kalau ternyata, selalu di permainkan dan diperdaya oleh isteri,”
sahut Bambang yang malah ngeluarin ide gila.
“ Kamu jelas
enak, Mbang. Sudah ada stock dan tinggal melaksanakan. Aku ? Walau
mau tapi nggak mungkin bisa terlaksana dalam waktu dekat,” keluh
Bidun
“ Jangan suka
ngeluh gitu. Aku nggak suka. Ingat, aku, kan sahabat sejak lama. Nah,
tante Mince, kan banyak temannya. Rata-rata, bekas simpanan boss. Aku
bisa kok, kenalin sama kamu”
Karena Bambang bisa
cepat kasih solusi, Bidun jadi tergiur untuk merealisasi keinginan
kawin lagi. Hanya, bagaimana kalau ketahuan dan malah tak diizinkan?
Tanya Bambang, yang balik pusing juga. Maklum, isteri mereka galak.
Dan karena punya dukun, jadi bisa me ngendalikan mereka.
“ Apa susahnya,
sih. Aku, kan, bisa tanya isteriku, di mana alamat dukun yang biasa
dia datangin. Kalau aku bilang, perlu ke dukun agar bisa naik jabatan
dan disayang atasan, nggak mungkin, lah, isteriku menolak “
“ Cemerlang juga,
idemu, Bidun. Kalau begitu, Aku juga akan melakukan hal yang sama, “
ujar Bambang dengan wajah yang berubah menjadi riang .
Kegembiraan mereka,
tetap saja melekat. Mengapa? Karena, akhirnya, mereka bisa juga
sampai ke rumah dukun, langganan isteri mereka.
Tentu aja, mbah
Jembrong senang. Ia menyambut tamunya dengan sikap professional.
Terlebih, memperke nalkan diri sebagai suami dari bu Suminem dan bu
Maryam Bisul Diketiak. Makanya, kopi disediain, makanan kecil
dihidangin. Juga diajak ngobrol ngalor ngidul. Mulai soal politik
sampai hukum. Mereka sepakat menyimpulkan, kondisi hukum di Indonesia
memang semakin babak belur.Sebab, satu koruptor ditangkap, karena dihukum ringan, yang minat korupsi bukan batalin niat malah semnagatnya makin kuat. Coba kalau divonis hukuman mati, pasti calon koruptor ciut
“Sebab, para pejabat juga banyak yang hobi pergi ke dukun. Nah, tiap mau naik pangkat, pasti minta bantuan saya dan dukun lainnya. Semua, jelas butuh duit. Naik pangkat, pake duit buat nyuplai atasan. Ke dukun, juga pakai duit, agar dengan jampe-jampe khusus, maksud dan tujuan bisa cepat tercapai,” tutur mbah Jembrong, yang mengaku terpaksa jadi dukun,karena nggak punya ilmu sekola han.
“Sebab, para pejabat juga banyak yang hobi pergi ke dukun. Nah, tiap mau naik pangkat, pasti minta bantuan saya dan dukun lainnya. Semua, jelas butuh duit. Naik pangkat, pake duit buat nyuplai atasan. Ke dukun, juga pakai duit, agar dengan jampe-jampe khusus, maksud dan tujuan bisa cepat tercapai,” tutur mbah Jembrong, yang mengaku terpaksa jadi dukun,karena nggak punya ilmu sekola han.
“Itu sebabnya,
banyak juga yang jadi markus atau melakukan tindak pidana korupsi.
Kalau untuk ngebiayain dua hal ini, sekedar ngandalin gaji,
ujung-ujungnya malah bisa mati kelaparan, coi,” lanjut mbah
Jembrong
“ Oooh, jadi,
itu sebabnya kenapa negeri kita banyak koruptor,” tanggap Bambang.
“ Aku juga
koruptor, lho, Mbang. Tapi nggak pakai peran dukun, tuh ?”
“ Hahahahaha
siapa bilang? Isteri pak Midun, sudah minta jampe ke saya agar
kelakuan pak Bidun dikantor tidak dipersolkan oleh boss. Tanpa
jampe-jampe dari sa ya, pasti sudah dipecat,” mbah Jembrong,
langsung ngelurusin pendapat Bidun yang dianggap keliru.
“ Oh, iya,”
sambung mbah Jembrong “ Sekarang, saat yang tepat untuk bicara
khusus maksud dan tujuan bapak-bapak datang kemari “
Tanpa ragu,
Bambang dan Bidun menjelaskan maksud dan kedatangan mereka berdua.
Sejenak, mbah Jembrong kebingungan. Nggak nyangka, kalau perminta an
kedua tamunya, berkategori enteng tapi berat, berat tapi enteng.
Enteng, lantaran
ilmunya gampang. Berat, lantaran kedua isteri mereka, langganan
paling setia dan sudah sangat percaya pada kesaktian ilmu mbah
Jambrong. Untungnya, Bambang dan Bidun, dua sahabat yang cerdas, dan
saling mendukung. Juga saling memberikan support.
“ Yaa, kalau
mbah keberatan, no problem. Tapi, kayaknya, saya punya bahan dan
alasan, untuk melapor kan kinerja mbah. Sebab, mbah ikut berperan
memben tuk saya jadi koruptor. Kalau saya tertangkap, saya tinggal
laporkan, karena pengaruh ilmu mbah sangat melekat “
“ Saya juga
berpikir seperti itu, mbah. Setidaknya, saya juga koruptor waktu.
Istirahat siang sudah pulang, dan sampai kini belum pernah ditegur
atasan. Suatu keti ka, jika ketahuan, sama artinya ilmu mbah sudah
luntur. Dan bila saya kena sanksi, saya juga akan laporkan mbah,
sebagai orang yang berperan aktif dalam membentuk mental saya “
“ Waadduuuh.
Jangan begitu, dong. Maksud saya, bukan keberatan membantu
bapak-bapak,” kata mbah Jembrong, yang mulai berkata dan bersikap
lain. “ Tapi, keberatan bila bapak-bapak tidak meyakini hebatnya
ilmu saya “
“Untuk hal ini,
nggak usah pakai ilmu perdukunan, mbah. Pakai saja ilmu cipoanisasi
perempuan brengsek”
“ Maksud bapak
Bidun ini, apa? Masa’ dukun tidak boleh pakai ilmu kedukunannya.
Nggak masuk akal, toh?” Mbah Jembrong agak sedikit keberatan.
“ Maksud teman
saya, begini, mbah,” Bambang menjembatani agar niat mereka
dipahami. “ Mbah cukup bilang ke isteri kami, mbah mimpi dan dapat
petunjuk, agar isteri saya dan isteri Bidun merelakan suaminya kawin
lagi. Kalau mereka tidak mengikuti dan tidak taat pada petunjuk yang
disampaikan ke mbah, maka mereka akan menerima akibatnya. Misalnya,
bulan depan baka lan mati ketabrak bajaj atau ketabrak mobil pemadam
kebakaran “
“ Benar, mbah.
Mereka pasti bakal percaya karena isteri kami termasuk murid mbah “
Sambil
manggut-manggut, mbah Jembrong nyahut
“ Oke. Oke. Memang
sangat mudah bin gampang. Saya setuju. Tapi, tolong batalkan rencana
melaporkn saya ke pihak yang taat melaksanakan peraturan, hukum
dan undang-undang, yaa?”
“ Beres, mbah.
Yang penting, lancar dan terkendali “
Karena merasa missi
sukses, Bidun dan Bambang jadi lega untuk memberi amplop yang sudah
disediakan. Tapi, saat mereka akan memberi amplop ke mbah Jembrong,
sang dukun juga menyodorkan amplop kepada Bambang dan Bidun.
Akhirnya, mereka sepakat untuk saling menghargai dan menjaga rahasia
masing-masing. Amplop pun ditarik dan dikembalikan ke tempat asalnya,
kantong masing-masing pihak pemberi amplop.
Karena hubungan
mereka semakin akrab, Bu Suminem dan Bu Maryam Ketek Bisulan,
sependapat untuk mengatasi masalah mereka dengan cara yang sama.
Setiap tetangga bertanya, kok mentang-mentang tinggal di komplek
Bulan Madu Indah, rela mengijinkan suami berbulan madu dengan isteri
muda?
“ Yaa, memang
harus rela. Bukan mau bagaimana lagi? Tapi, karena kami berdua
sama-sama dapat petunjuk. Jika tidak tulus memberi izin, kan, repot
kalau kita dapat musibah ?” Bu Suminem lancar dan tegar setiap kali
menjawab
“ Kok, bisa, yaa,
dua orang bertetangga mendapat petunjuk yang sama ?”
“ Yaa, bisa
ajalah coi. Suami kita, kan, sahabat sejati sejak muda. Kita,
isterinya, jadi sahabat sejati karena hobi cari syariat ke dukun yang
sama. Memangnya, ibu-ibu, nggak pada suka ke dukun, yaa?” Bu Maryam
Ketek Bisulan, malah lebih tegar dan gamblang.
Tiap ngejawab
dengan kalimat seperti itu, ibu-ibu yang usil, langsung mati kutu.
Tak lain, karena sebenarnya mereka juga punya hobi yang sama. Sering
pergi dan mendatangi dukun, agar mudah dan super gampang menjinakkan
suami. Cuma, kalo mereka ngaku seperti dilakukan dua tetangganya, tentu merepoykan
0 Response to "PETUNJUKNYA SAMA"
Posting Komentar