SAJAK : JANGAN MENANGIS LAGI, MAK


BILANG padaku mak
siapa yang sudah merusak
rumah kardusmu?
siapa yang membakar
kain tambal sulam
untuk selimut malam dinginmu?

Mak... mestinya mereka tahu
angin yang tiap malam berhamburan
selalu menyapamu dengan kata :
maaf jika kumengganggu
dan setiap rembulan bernaung di malam
selalu meluangkan waktu
dan menyapa dengan kalimat bijaknya
kau harus kuat karena sinarku untuk asamu
lalu apa salah rumah kardus
yang kau bangun bersama elahan nafas
sedangkan kau tak pernah memelas
karena kau tahu
hati mereka berduri
dan tatap mereka kobaran api

Mak... jika jawabmu hanya tangis
dan air matamu tak jadi tabir
bagaimana aku bisa menjelaskan
agar kau tak diganggu
dan mereka malu bila
diammu adalah lapar yang panjang
dan air matamu
adalah dahaga yang melelahkan

Mak... bila mak tak mau ikut
ke rumah kayuku yang kian kropos oleh rayap
dan rumbianya habis diterjang angin
bagaimana ku bisa ajeg menjagamu
dan kapan kita bisa makan bersama
Mak... seringku memang hanya
mengunyah nasi setengah basi
dan ikan asin bakar
yang menghitam karena gosong
Mak....
itulah yang kupunya
bukankah rumah kardusmu
tak lagi ada
dan laparmu terus mengikuti?

Jangan menangis lagi, mak
Mari bersamaku
Biar aku berpeluang
Menjagamu sampai kita pisah
Karena ajal datang menjemput

0 Response to "SAJAK : JANGAN MENANGIS LAGI, MAK"