CERITA PENDEK
"Tinaaaa," Sapa Komeng dengan gaya yang sopaaaaan, banget.
Juga diperkuat dengan ciri khas Komeng, yang menurutnya berkepribadian.
Cewek itu, ternyata, tersenyum. Maniiiiiis sekali. Komeng kontan terhenyak.
Sumpah, Komeng tak mengira jika sapaannya yang sebenarnya asal ngejeblak ditanggapi.
Dan senyum manis itu, benar-benar bikin hati Komeng deg-deg plas habis. Komeng kepaksa harus ngumpulin kekuatan, juga ketabahan.
Kekuatan bakal dipake sama Komeng buat membangun kemampuan menindak-lanjutin hubungan semisal si cewek, nggak keberatan dijadiin gacoan. Ketabahan dipersiapkan, agar dirinya tidak kuciwa jika si cewek cantik hanya berusaha menjawab sapaan Komeng dan sebenarnya dia tak memiliki keinginan sedikit pun untuk menindak lanjuti pertemuan hari ini ke pertemuan besok dan seterusnya.
Usai hela nafas, mohon kepada TUHAN agar diberi keleluasaan dan jalan terang untuk dekat, kenal dan seterusnya dan sebagainya dan hal enak semoga terbentang di depan mata.
Bersama sisa deg-deg plasnya, Komeng mendekat dan menyapa dengan lebih sopan
"Mau kuliah, yaa?"
Cewek itu, yang boleh jadi memang bernama Tina atau Toni - Komeng gak peduli, kembali melepas senyum. Duuuuuuh, manisnya...Bikin kepala Komeng puyeng. Soalnya, terasa menggoda. Memikat
Hati Komeng mendadak jadi semrawut.
Jadi penasaran kalo nggak bisa kenal lebih jauh dan lebih lanjut
"Kuliah dimana?" Kembali Komeng menyapa.
"Uncis" Sahut si cewek manis, yang seperti sengaja atau tidak sengaja menghembuskan angin surga. Komeng kembali terpana dan ia spontan garuk-garuk kepala.
"Lhoo, kok abang malah kelihatan bingung?" Tanya si cewek sambil tetap melepas senyum cantik
dan sekaligus unik, karena Komeng membayangkannya sebagai senyum Monalisa
Dan, tanpa malu Komeng menjelaskan bingungnya. Begitu usai, si cewek manis tak hanya tertawa
Tapi, dengan sikap yang seolah akrab, mencubit anunya (baca: tangan) Komeng. Tentu saja Komeng
bahagia dan meski tangannya yang barusan dicubit terasa gatel, dibiarkan saja.
"Kamu lucu deh kalau lagi bingung," ujar si cewek sembari tertawa dan ia cuwek meski di halte ada
beberapa mahkluk yang memperhatikan ulahnya.
"Uncis itu memang belum terkenal. Maklum, baru dibuka dua tahun lalu "
"Oooh begitu," Komeng kembali bereaksi dan karena merasa mendapat angin, ia mengerdikan mata
genitnya.
Astaganaga-cobra-sanca-pithon-belang-keket-bulu ! Siapa nyana jika kali ini pun, menginspirasi kerdip
genit Komeng dengan begitu seksama. Membuat Komeng makin yakin, kalau jalan untuk mengenal lebih
lanjut semakin terbuka. Tanpa ragu lagi, Komeng menyodorkan tangannya. Ngajak kenalan.
Duuuh, mak ! Hati siapa yang tidak sembriwiing, jika si cewek cuantik, meraih tangan Komeng
"Komeng. Kalau lengkap, Komeng Van De Baskom Bin Lihun " Komeng menyebut namanya
"Tina Alinda Nilamsari Kartini Hayang Dimanja," Cewek itu pun menyebut namanya.
Komeng yang merasa dapat durian runtuh, kepingin rasanya menangkap matahari dan memberikannya
ke Tina.
********
Sejak pagi terindah sedunia itu lenyap dengan sendirinya, sejak itulah Komeng membulatkan tekad untuk
mencintai Tina ALinda Nilamsari Kartini Hayang Dimanja. Itu sebabnya, ia langsung lupa sama Indriyani dan
Maya Delak Delik. Nyaris tiap hari, Komeng mondar mandir ke rumah Tina. Mengantar Tina yang diyakini, sah
dianggap sebagai kekasih, karena mahasiswi Universitas Cipoa Seumur Hidup, selalu menyambutnya dengan
sikap super mesra.
Brengseknya, Tina pun semakin pandai menebar angin surga. Membuat hati Komeng makin membabi buta,
karena cintanya semakin membuat Komeng ingin memanja. Dan, Komeng semakin membuktikan, karena Tina yang
kayaknya memang ingin dimanja, tak pernah nolak tiap diajak makan-makan, nonton bioskop , terlebih, shoping
di mall yang disukainya.
Kemesraan mewarnai hari-hari mereka. Terlebih, saat malam minggu ke sekian tiba, Tina sama sekali tak menolak
saat Komeng mengajaknya nonton film nasional yang laris manis, berjudul " Belum Digoyang Langsung Lemas"
Saking asyiknya, keduanya nyaris lupa pulang. Untung satpam bioskop yang mengontrol melihat dan langsung
mengingatkan. Jika tidak, boleh jadi, mereka harus tidur di gedung bioskop karena nggak bisa keluar.
" Kamu sih keterlaluan," bisik Komeng sambil menggandeng Tina ke luar dari bioskop
" Habis, abang sih, yang duluan," sahut Tina sambil meraih tangan Komeng, dan membiarkan dirinya dituntun mesra
******
BULAN kedua minggu ke delapan.
Tengah hari bengkak, Komeng sudah nongol di rumah kontrakkan Tina
Komeng seperti lupa segala, karena cintanya pada Tina, benar-benar full house.
Dia jadi lupa kuliah. Tapi, selalu ingat untuk minta uang, pada orangtuanya. Berbagai alasan ia kemukakan, dan
orangtuanya yang sayang berat, tentu saja selalu memenuhi permintaan Komeng, karena berharap anaknya
bakal sukses jadi sarjana.
Dan di siang bolong itu, Komeng mempersembahkan seuntai kalung untuk kekasihnya. Dengan super bangga dan
ketulusan yang setinggi-tingginya, Komeng memakaikan kalung mas ke leher Tina
" Duuh sayang, kamu jadi semakin cantik " Puji Komeng yang beru saja memakaikan kalung di leher Tina
"Abang makin ganteng dan semakin dermawan, deh." sahut Tina sambil menghadiahkan sebuah ciuman mesra
"Oh.. Cinta abang jadi kian menggebu, sayang "
"Begitu pun cinta Tina pada abang"
"Dunia jadi serba indah bila selalu bersama kamu, say"
Tina langsung mencubit. Komeng spontan menggelitik. Tina mengerdip. Komeng berbisik.
Matahari bengkak gak terasa sinar panasnya, ketika keduanya semakin mesra. Untung, saat bersamaan
setan sedang ambil cuti tahunan. Jika tidak? Nggak tau dah. Meski Komeng dan Tina mampu saling menahan,
tapi Komeng sangat kesal kerena terdengar ketukan pintu.
"Tamu sialan ! " Rutuk Komeng dalam hati, sambil lepaskan tangan yang memeluk pinggul Tina
Kelar rapikan diri, Tina segera membukakan pintu. Begitu melihat sesosok wajah nongol, Tina yang baru
saja membuka pintu, menyambut dengan sikap histeris.
"Mas Bambang !! "Pekik Tina sambil menubruk dan memeluk dengan begitu antusias
Wajar dong, kalau membuat Komeng terpana dan juga cemburu melihat ulah Tina.
Hanya, cepat-cepat Komeng memakluminya. Komeng berpikir, pasti sang tamu adalah keluarga dekat Tina
Cemburu yang sempat melesak ke dada, cepat-cepat dibuang. Dia hanya menyaksikan Tina yang kayaknya
sedang menikmati kerinduan yang mendalam, karena tak bertemu dengan salah seorang sanak keluarga
Komeng narik nafas lega, saat Tina melepas pelukan, lalu menuntun cowok itu masuk dan memperkenalkan
pada Komeng. Tanpa curiga apalagi cemburu, Komeng yang maklum, menyambut uluran tangan si cowok dan
memperkenalkan dirinya dengan sikap gagah
"Komeng Van De Baskom "
"Bambang Singonerkam Mangsa," si cowok pun menyebut namanya
Keduanya saling lempar senyum
"Apakah mas salah seorang keluarga Tina?" Tanya Komeng kemudian
"Yaa, " sahut Bambang
"Kakaknya?" Komeng jadi kepingin kepastian
"Bukan"
"Bukan? Lalu, mas Bambang apanya Tina?" Komeng penasaran
Saat itulah, Tina mengambil alih perhatian. Tanpa merasa beralah, Tina menjelaskan.
"Bang... mas Bambang ini adalah suami Tina. Ia baru bebas dari penjara, karena terlibat kasus pembunuhan"
"Apaaa?" Tanya Komeng, yang tentu saja jadi kaget setengah koit
"Kamu congek, ya ! " Sentak Bambang
"Barusan kan, dijelaskan, aku suaminya dan baru saja bebas dari penjara. Apa kurang jelas?"
"Je..je...jelas, kok," sahut Komeng yang mendadak berubah jadi sangat gugup
"Naah, kalau jelas, cepat kamu minggat dari sini dan jangan punya niat untuk kembali lagi. Ngerti !"
Mulanya, Komeng ingin sekali membalas sentakan Bambang dengan full emosional. Tapi, rencananya
digagal-totalkan. Maklum, saat memperhatikan sosok Bambang dengan seksama, yang terpikir oleh Komeng hanya satu. Lebih baik selamat timbang makin babak belur apalagi harus jadi korban hajaran suami Tina.
Dengan segenap kelemah-lunglaiannya ples rasa kesal dan menyesal sejadi-jadinya, Komeng bergegas meninggalkan rumah Tina.
Ia memang tak perlu berpamitan karena hatinya sudah dibelenggu kebabak beluran
"Dasar cewek kampret. Cewek tukang kibul & berhati palsu.
Gue doain, semoga elu bedua disamber kebahagiaan. Eh, salah, disamber gledek " Rutuk Komengsambil terus melangkah pulang ke tempat kostnya. Sesampai di kamar, Komeng hanya mampu melempar
dan membanting bantal guling dan mengacak-ngacak ranjang tempat tidurnya.
"Tinaaaa," Sapa Komeng dengan gaya yang sopaaaaan, banget.
Juga diperkuat dengan ciri khas Komeng, yang menurutnya berkepribadian.
Cewek itu, ternyata, tersenyum. Maniiiiiis sekali. Komeng kontan terhenyak.
Sumpah, Komeng tak mengira jika sapaannya yang sebenarnya asal ngejeblak ditanggapi.
Dan senyum manis itu, benar-benar bikin hati Komeng deg-deg plas habis. Komeng kepaksa harus ngumpulin kekuatan, juga ketabahan.
Kekuatan bakal dipake sama Komeng buat membangun kemampuan menindak-lanjutin hubungan semisal si cewek, nggak keberatan dijadiin gacoan. Ketabahan dipersiapkan, agar dirinya tidak kuciwa jika si cewek cantik hanya berusaha menjawab sapaan Komeng dan sebenarnya dia tak memiliki keinginan sedikit pun untuk menindak lanjuti pertemuan hari ini ke pertemuan besok dan seterusnya.
Usai hela nafas, mohon kepada TUHAN agar diberi keleluasaan dan jalan terang untuk dekat, kenal dan seterusnya dan sebagainya dan hal enak semoga terbentang di depan mata.
Bersama sisa deg-deg plasnya, Komeng mendekat dan menyapa dengan lebih sopan
"Mau kuliah, yaa?"
Cewek itu, yang boleh jadi memang bernama Tina atau Toni - Komeng gak peduli, kembali melepas senyum. Duuuuuuh, manisnya...Bikin kepala Komeng puyeng. Soalnya, terasa menggoda. Memikat
Hati Komeng mendadak jadi semrawut.
Jadi penasaran kalo nggak bisa kenal lebih jauh dan lebih lanjut
"Kuliah dimana?" Kembali Komeng menyapa.
"Uncis" Sahut si cewek manis, yang seperti sengaja atau tidak sengaja menghembuskan angin surga. Komeng kembali terpana dan ia spontan garuk-garuk kepala.
"Lhoo, kok abang malah kelihatan bingung?" Tanya si cewek sambil tetap melepas senyum cantik
dan sekaligus unik, karena Komeng membayangkannya sebagai senyum Monalisa
Dan, tanpa malu Komeng menjelaskan bingungnya. Begitu usai, si cewek manis tak hanya tertawa
Tapi, dengan sikap yang seolah akrab, mencubit anunya (baca: tangan) Komeng. Tentu saja Komeng
bahagia dan meski tangannya yang barusan dicubit terasa gatel, dibiarkan saja.
"Kamu lucu deh kalau lagi bingung," ujar si cewek sembari tertawa dan ia cuwek meski di halte ada
beberapa mahkluk yang memperhatikan ulahnya.
"Uncis itu memang belum terkenal. Maklum, baru dibuka dua tahun lalu "
"Oooh begitu," Komeng kembali bereaksi dan karena merasa mendapat angin, ia mengerdikan mata
genitnya.
Astaganaga-cobra-sanca-pithon-belang-keket-bulu ! Siapa nyana jika kali ini pun, menginspirasi kerdip
genit Komeng dengan begitu seksama. Membuat Komeng makin yakin, kalau jalan untuk mengenal lebih
lanjut semakin terbuka. Tanpa ragu lagi, Komeng menyodorkan tangannya. Ngajak kenalan.
Duuuh, mak ! Hati siapa yang tidak sembriwiing, jika si cewek cuantik, meraih tangan Komeng
"Komeng. Kalau lengkap, Komeng Van De Baskom Bin Lihun " Komeng menyebut namanya
"Tina Alinda Nilamsari Kartini Hayang Dimanja," Cewek itu pun menyebut namanya.
Komeng yang merasa dapat durian runtuh, kepingin rasanya menangkap matahari dan memberikannya
ke Tina.
********
Sejak pagi terindah sedunia itu lenyap dengan sendirinya, sejak itulah Komeng membulatkan tekad untuk
mencintai Tina ALinda Nilamsari Kartini Hayang Dimanja. Itu sebabnya, ia langsung lupa sama Indriyani dan
Maya Delak Delik. Nyaris tiap hari, Komeng mondar mandir ke rumah Tina. Mengantar Tina yang diyakini, sah
dianggap sebagai kekasih, karena mahasiswi Universitas Cipoa Seumur Hidup, selalu menyambutnya dengan
sikap super mesra.
Brengseknya, Tina pun semakin pandai menebar angin surga. Membuat hati Komeng makin membabi buta,
karena cintanya semakin membuat Komeng ingin memanja. Dan, Komeng semakin membuktikan, karena Tina yang
kayaknya memang ingin dimanja, tak pernah nolak tiap diajak makan-makan, nonton bioskop , terlebih, shoping
di mall yang disukainya.
Kemesraan mewarnai hari-hari mereka. Terlebih, saat malam minggu ke sekian tiba, Tina sama sekali tak menolak
saat Komeng mengajaknya nonton film nasional yang laris manis, berjudul " Belum Digoyang Langsung Lemas"
Saking asyiknya, keduanya nyaris lupa pulang. Untung satpam bioskop yang mengontrol melihat dan langsung
mengingatkan. Jika tidak, boleh jadi, mereka harus tidur di gedung bioskop karena nggak bisa keluar.
" Kamu sih keterlaluan," bisik Komeng sambil menggandeng Tina ke luar dari bioskop
" Habis, abang sih, yang duluan," sahut Tina sambil meraih tangan Komeng, dan membiarkan dirinya dituntun mesra
******
BULAN kedua minggu ke delapan.
Tengah hari bengkak, Komeng sudah nongol di rumah kontrakkan Tina
Komeng seperti lupa segala, karena cintanya pada Tina, benar-benar full house.
Dia jadi lupa kuliah. Tapi, selalu ingat untuk minta uang, pada orangtuanya. Berbagai alasan ia kemukakan, dan
orangtuanya yang sayang berat, tentu saja selalu memenuhi permintaan Komeng, karena berharap anaknya
bakal sukses jadi sarjana.
Dan di siang bolong itu, Komeng mempersembahkan seuntai kalung untuk kekasihnya. Dengan super bangga dan
ketulusan yang setinggi-tingginya, Komeng memakaikan kalung mas ke leher Tina
" Duuh sayang, kamu jadi semakin cantik " Puji Komeng yang beru saja memakaikan kalung di leher Tina
"Abang makin ganteng dan semakin dermawan, deh." sahut Tina sambil menghadiahkan sebuah ciuman mesra
"Oh.. Cinta abang jadi kian menggebu, sayang "
"Begitu pun cinta Tina pada abang"
"Dunia jadi serba indah bila selalu bersama kamu, say"
Tina langsung mencubit. Komeng spontan menggelitik. Tina mengerdip. Komeng berbisik.
Matahari bengkak gak terasa sinar panasnya, ketika keduanya semakin mesra. Untung, saat bersamaan
setan sedang ambil cuti tahunan. Jika tidak? Nggak tau dah. Meski Komeng dan Tina mampu saling menahan,
tapi Komeng sangat kesal kerena terdengar ketukan pintu.
"Tamu sialan ! " Rutuk Komeng dalam hati, sambil lepaskan tangan yang memeluk pinggul Tina
Kelar rapikan diri, Tina segera membukakan pintu. Begitu melihat sesosok wajah nongol, Tina yang baru
saja membuka pintu, menyambut dengan sikap histeris.
"Mas Bambang !! "Pekik Tina sambil menubruk dan memeluk dengan begitu antusias
Wajar dong, kalau membuat Komeng terpana dan juga cemburu melihat ulah Tina.
Hanya, cepat-cepat Komeng memakluminya. Komeng berpikir, pasti sang tamu adalah keluarga dekat Tina
Cemburu yang sempat melesak ke dada, cepat-cepat dibuang. Dia hanya menyaksikan Tina yang kayaknya
sedang menikmati kerinduan yang mendalam, karena tak bertemu dengan salah seorang sanak keluarga
Komeng narik nafas lega, saat Tina melepas pelukan, lalu menuntun cowok itu masuk dan memperkenalkan
pada Komeng. Tanpa curiga apalagi cemburu, Komeng yang maklum, menyambut uluran tangan si cowok dan
memperkenalkan dirinya dengan sikap gagah
"Komeng Van De Baskom "
"Bambang Singonerkam Mangsa," si cowok pun menyebut namanya
Keduanya saling lempar senyum
"Apakah mas salah seorang keluarga Tina?" Tanya Komeng kemudian
"Yaa, " sahut Bambang
"Kakaknya?" Komeng jadi kepingin kepastian
"Bukan"
"Bukan? Lalu, mas Bambang apanya Tina?" Komeng penasaran
Saat itulah, Tina mengambil alih perhatian. Tanpa merasa beralah, Tina menjelaskan.
"Bang... mas Bambang ini adalah suami Tina. Ia baru bebas dari penjara, karena terlibat kasus pembunuhan"
"Apaaa?" Tanya Komeng, yang tentu saja jadi kaget setengah koit
"Kamu congek, ya ! " Sentak Bambang
"Barusan kan, dijelaskan, aku suaminya dan baru saja bebas dari penjara. Apa kurang jelas?"
"Je..je...jelas, kok," sahut Komeng yang mendadak berubah jadi sangat gugup
"Naah, kalau jelas, cepat kamu minggat dari sini dan jangan punya niat untuk kembali lagi. Ngerti !"
Mulanya, Komeng ingin sekali membalas sentakan Bambang dengan full emosional. Tapi, rencananya
digagal-totalkan. Maklum, saat memperhatikan sosok Bambang dengan seksama, yang terpikir oleh Komeng hanya satu. Lebih baik selamat timbang makin babak belur apalagi harus jadi korban hajaran suami Tina.
Dengan segenap kelemah-lunglaiannya ples rasa kesal dan menyesal sejadi-jadinya, Komeng bergegas meninggalkan rumah Tina.
Ia memang tak perlu berpamitan karena hatinya sudah dibelenggu kebabak beluran
"Dasar cewek kampret. Cewek tukang kibul & berhati palsu.
Gue doain, semoga elu bedua disamber kebahagiaan. Eh, salah, disamber gledek " Rutuk Komengsambil terus melangkah pulang ke tempat kostnya. Sesampai di kamar, Komeng hanya mampu melempar
dan membanting bantal guling dan mengacak-ngacak ranjang tempat tidurnya.
0 Response to "KETIPU CEWEK JAKARTA"
Posting Komentar