POLITIK di Indonesia memang hanya mampu mengedepankan dan mengutamakan kepentingan abadi. Tak heran, jika komitmen elite politik tak pernah bisa dikemas barang atau produk jadi. Dan yang belakangan menggeliat di kubu Partai Kesatuan Bangsa. menjadi sebuah bukti. Konkritnya, penyebutan nama Muhaimin Iskandar yang mendadak digadang gadang bakal dijadikan Wacapres, jelas mengisyaratkan bahwa kepentingan abadi sangat lebih penting dari pertemanan, persahabatan dan janji.
Padahal, jauh sebelumnya, yang dideklarasikan PKB sama sekali bukan Muhaimin Iskanda meski sebelumnya, nama Rhoma Irama, Mahfud MD dan Jusuf Kalla diiklankan sebagai nama kuat yang dinobatkan sebagai Calon Presiden.
Memang, antara Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden tidak sama alias jelas bedanya. Hanya, tidak pernah disebutnya nama Muhaimin Iskandar sebagai Capres atau Wacapres ketika PKB berkampanye dengan memanfaatkan nama besar Rhoma Irama, Yusuf Kalla dan Mahfud MD menjelaskan, di saat hasil pemilu versi hitung cepat, sang Ketum PKB seperti sama sekali tak berkepentingan untuk menjadi RI 2 apalagi RI 1. Begitu pun para kader PKB, sama sekali tak memiliki wacana apapun untuk menjadikan Muhaimin Iskandar sebagai Wcapres, yang setelah pemilu justru digadang gadang menjadi Wacapres.
Benarkah hal ini hanya sebatas canda politik, seperti yang dikatakan oleh Rhoma Orama yang sepertinya tetap ingin menjadi Capres timbang Wacapres?
Sepertinya, wacana dari para kader bukan sebagai canda politik. Tapi, justeru abadinya kepentingan karena dalam politik sama sekali tak dikenal yang namanya janji suci, pertemanan atau persahabatan abadi. Mengingat kepntingan abadi telah menjadi ruh politik, bukan tak mungkin jika Muhaimin Iskandar tak lagi bersikap bak merpati yang tak pernah ingkar janji.
Upaya, janji dan statemen Muhaimin Iskandar yang sudah menempatkan tiga sosok penting seperti Rhoma Irama, Yusuf Kalla, dan Mahfud MD, bisa saja hanya menyisakan janji atau statemen basi. Artinya, sangat mungkin jika PKB meninggalkan ketiganya, meski masyarakat memahami, ketiga nama tersebut langsung atau tidak langsung ikut berperan dalam mendongkrak perolehan suara PKB yang kali ini menjadi dua kali lipat, dari di bawah lima prosen di tahun 2009 menjadi sekitar 9 prosen lebih.
Akankah PKB akan atau malah bisa dan membuktikan sebagai partai yang begitu mudah ingkar janji? Hanya waktu yang dapat menjelaskan, bahwa itu sebagai canda dan wacana politik, atau sebagai bukti bahwa dalam politik memang hanya ada kepentingan yang abadi.
0 Response to "AKANKAH PKB INGKAR JANJI"
Posting Komentar