KETIKA PAIJO KESERIMPET RINDU






oleh : Oesman Ratmadja


      KALAU hari sudah larut malam dan mata sudah ngantuk, mestinya, yaa bobo. Mau tidur juga boleh. Terlebih, waktu memang sudah menunjukkan pukul 24.00 WIB.
      Paijo bukan tidak tahu kalau malam sudah larut. Sebab, dia baru saja melihat arlojinya yang pukul 24.00 dan jam dinding di kamar yang juga ditengoknya juga menunjukkan pukul 12 malam.
      Kata mbah, mestinya, siapapun mesti memejamkan mata. Sebab, bobo di saat sudah larut malam dan ngantuk berat, lebih asyik timbang bobo saat tidak ngantuk. Paijo bukan tak paham atau tidak mengerti hal seperti itu. Paijo justeru sangat paham dan understand se understand-nya kalau dia harus secepatnya bobo. Bukan lantaran kalau tidak bobo takut digigit nyamuk. Tapi lantaran Paijo yang sudah tuk tuk tuk ngantuk, justeru tiap mau memejamkan matanya, malah tidak bisa tidur.
      Lhaaa, bagaimana mau bisa bobo, saat mata akan dipejamkan, di pelupuk mata muncul Sutinem Marinem dan seuntai senyum indahnya yang duuuuh manisnya. Malah, tangannya melambai seolah memanggil Paijo agar mendatanginya.
      Meski Paijo berganti posisi dengan tengkurep, niatnya bobo tetap tak bisa. Sebab, Sutinem Marinem kembali muncul dan muncul di pelupuk mata, dengan seuntai senyum dan lambaian tangannya yang jarinya begitu lentik.
      Setelah berbagai posisi bobo dicoba tapi tetap nggak bisa tidur karena lagi, lagi, dan lagi Sutinem Marinem muncul dengan senyum yang menggoda, Paijo akhirnya bangkit dari ranjang dan mengambil selulernya. Dengan nekad dan berharap Sutinem Marinem belum bobo dan selulernya tidak diwafatkan, Paijo lalu mengklik nomornya. Alhamdulillah...Paijo mendengar ada nada sambung di sebrang sana dengan nada dering sebuah lagu hit dari seorang penyanyi ternama berjudul Rinduku Kecemplung di Got.
      Dan, tak lama Paijo mendengar suara yang menyapa dengan mesra. " Haloooooo"
      "Hallooo juga... Hai Tinem... kamu kok belum tidur? Nggak bisa bobo, yaa. Kok sama dengan daku yang juga tidak bisa bobo karena dikau dan senyum dikau selalu hadir di pelupuk mataku"
      "Lhoo... aku, kan ada di rumah.. bagaimana bisa wajahku yang tersenyum hadir di pelupuk matamu?"
      " Duuuuh Tinem... dikau harus percaya... sejak daku mengenal dikau. makanku jadi tak banyak... Tidur ku pun selalu tak nyenyak... Tapi, daki, utang dan jerawatku bertambah banyak "
     " Emang aku pikirin. Geblek juga, yaa, kamu?"
     " Tinem... bagaimana aku tidak geblek jika selalu merindukan kamu"
     " Ngapain kamu merindukan aku. Kayak nggak ada kerjaan. Ingat yaa, aku sama sekali tak pernah merindukan kamu "
    " Tinem... tolonglah... tolong rindukan daku. sekelebaaaat saja"
    " Enak saja... Hei Paijo... Aku lebih suka merindukan sapiku di kampung, karena kata mbahku sudah hampir beranak, dan aku selalu pesan agar kalau melahirkan, anaknya tidak boleh di korupsi "
    " Duuuh Tinem.. jangan dikau bermain sama sapi. nanti dikau didatangi KPK akan aku yang repot. Jadi, rindukanlah daku, Paijo, yang walau pun hanya bekerja di pabrik, tapi masih dipercaya berutang makan di warung tegal. Dan perlu kamu ketahui, aku sudah bisa bayar kontrakkan rumah sehingga tidak jadi diusir"
    " Gombal banget sih kamu. Ingat yaa, aku tak suka dirayu macam itu. Jadi, tolong kamu matikan HP kamu, jika tidak, aku yang akan mematikan hp ku"
    Karena diancam, Paijo terdiam. Ia tak berani kembali bersuara. Tapi, Paijo tak mematikan HPnya. setelah beberapa lama, Paijo mencoba untuk kembali menyapa. Sayang...Dia tak mendengar nada.
Kecuali, Tuuuuut...Tuuuut...Tuuuuuut. Bukan suara kentunya Sutinem yang dirindukan. Tapi HP Sutinem sudah dimatikan. Sutinem, konsekwen dengan kata katanya.
    "Haruskah rinduku kucemplungkan di got?" Paijo membatin.
    Sampai subuh Paijo tak bisa bobo.
    Pagi pagi sekali, pemilik kontrakkan datang menagih dan dia mengancam kalau sampai sore hari nggak bayar kontrakkan, Paijo dipersilahkan minggat kemana saja
   "Mau tidur di gedung DPR silahkan... mau dikolong jembatan please please aja, kok"
   Paijo hanya bisa menatap langit pagi sambil menahan kantuk.

0 Response to "KETIKA PAIJO KESERIMPET RINDU"