FILOSOFI GAJAH DAN SEMUT




MAU lihat gajah ?
Lebih baik berwisata ke kebun binatang. Mengapa berwisata ke kebun binatang dan tak perlu capek capek melancong ke hutan ? Karena di kebun binatang, yang namanya gajah sudah pasti ada. Di hutan? Belum tentu bisa menemukan gajah, karena hutan bukan lagi sebagai tempat tinggal yang nyaman bagi gajah maupun binatang lainnya, Mengapa?

Lhooo... kan hutan sudah banyak yang gundul. Baik karena ulah oknum yang menerapkan operasi illegal logging maupun ulah perusahaan HPH yang menjadikan hutan sebagai sumber penghasilan untuk bisnis pengusaha HPH. Selain itu, juga lantaran belakangan ini, kerap terjadi peristiwa yang sulit dipercaya kok hal itu bisa terjadi.

Kok bisa begitu?
Karena dulu, jarang terjadi kebakaran hutan. Sedangkan belakangan ini, berita tentang kebakaran hutan malah ngetren. Aneh ? Tentu saja sangat aneh. Sebab, kok bisa yaa hutan terbakar dan kebakaran hutan tak terjadi sekali dua kali. Tapi sering banget. Saking seringnya, asapnya jadi berkelana sampai ke negeri tetangga.

Apa iya hutan bisa terbakar dengan begitu saja? Gak mungkinlah. Kalau gak ada yang sengaja dan secara terencana membakar hutan, nggak mungkin hutan yang begitu indah, yang diandalkan sebagai paru paru dunia , bisa terbakar. Sebab, harimau yang sudah didaulat sebagai raja hutan, gak pernah punya rencana sekecil apapun pada hutan. Pun gajah dan binatang lainnya. Kini, tentu saja, para binatang yang menjadikan hutan sebagai istana kehidupan, terasing dari habitatnya.

Ulah manusia yang menzolimi hutan, membuat raja hutan dan prajuritnya turut terzolimi. Dan, itu sebabnya, jika ingin melihat dan bertemu dengan gajah, lebih baik ke kebun binatang saja. Tapi, kita tak perlu pergi kemana pun jika ingin melihat semut. Untuk yang satu ini, tinggal ambil gula pasir dan tebarkan saja di lantai rumah. Alhasil, semut berdatangan dari berbagai arah dan binatang kecil ini akan bermunculan dan kedatangannya yang dengan raut riang gembira, bisa terjadi dengan begitu saja. Membuat kita heran sejenak atau beberapa jenak. Sebab, semua tak ada, setelah gula bertebaran semut semut ada dalam jumlah yang sulit menghitungnya.

Terus, kalau sudah bertemu dengan gajah dan semut, bisa langsung kaya raya ?
Eeh busyet deeeeh.... jangan mimpi ke arah itu donk. Dan kalau mau kaya raya, jangan nunggu ketemu gajah ples semut. Tapi, sekolah yang benar. Jadi orang pintar, lalu kerja keras. Kalau mau kaya raya tanpa sekolah dan tanpa kerja keras, juga bisa kok.

Caranya gimana? Yaa... kalau nggak malu dan nggak punya iman, yaa ngepet aza.
Tapi, jangan ngepet doooooonk. Gak enak, tauuu. Selain dosa, dosa dan dosa....juga pengorbannya gak setimpal dengan harta yang didapat. Sebab, harus menyiapkan tumbal yang konon katanya, untuk santapan hantu belao. Iiiiiih... hari gini kok malah berpikir mau ngepet.

Hari gini sih, enaknya mikir jernih. Mikir apaan? Yaa... mikir kenapa orang zaman dulu begitu pintar membuat pepatah yang bunyinya : GAJAH DI PELUPUK MATA GAK KELIHATAN SEDANGKAN SEMUT DI UJUNG LAUTAN TERLIHAT.

Wadddoooow.... ngapain nyuruh ke kebun binatang dan nyebar gula pasir kalo ujungnya mau bahas pepatah? Yeeee.... apa salahnya kalo opening bahas masalah di bawa ke hulu dan ke hilir dulu. Ente gak usah protes deeeh. Sebab, pepatah tersebut di atas, masih relevan dikedepankan mengingat di zaman sekarang, makin banyak orang yang merasa gak melihat gajah tapi malah merasa akrab dan bahkan sangat dekat dengan semut.

Buktinya, budaya ngerumpi makin meluas sampai ke desa terpencil.
Budaya ngejelek jelekin tetangga atau teman atau pejabat, hidup dengan sendirinya dan tanpa rekayasa apapun, sudah melekat dan sulit dipisahkan karena sudah menjiwa

Wow ! Kok bisa begitu yaaa....
Justeru sangat bisa begitu bro. Terlebih, peran cermin di rumah masing masing hanya sebatas untuk mematut wajah, memeriksa jerawat atau melihat dengan cemas rambut sambil berdoa mudah mudahan di kepala tak muncul uban bin rambut putih.

Kayaknya, kita perlu mengoptimalkan fungsi cermin atau kaca dengan sebaik baiknya. Dengan begitu, akan mampu memaksimalkan keberadaan kaca sebagai cermin yang dapat mendorong siapapun untuk melakukan introspeksi dengan sejujur jujurnya.

Jika ini dilakukan dengan ikhlas, maka semut di depan mata yang gak kelihatan. Sedangkah gajah di kebun binatang terlihat jelas. Jika sudah menjadikan cermin sebagai kaca diri dan bukan sebagai alat untuk melihat keberadaan jerawat, maka keseharian yang bakal dilalui, bukan lagi mencari cari kesalahan orang lain. Tapi, selalu mencari kesalahan diri sendiri untuk kemudian diperbaiki.

Dari gajah dan semut, siapapun bisa belajar dengan baik karena dua binatang super geudee dan super kecil ini, yang diperoleh bukan filosofi mencermati kekurangan orang lain. Tapi justeru sebaliknya. Dan percayalah... melakukan instrospeksi diri secara rutin dan terjadwal, akan menyelamatkan diri sendiri dari berbagai hal negatif. Sebab, kita sadar, bahwa sama sekali tak berguna jika lebih banyak waktu tersita untuk mengorek ngorek dan menginvestigasi kesalahan atau keburukan orang lain.

Nah.... mari kita mulai membangun budaya memperbaiki diri sendiri dan melenyapkan budaya menyalahi orang lain, karena sesungguhnya, diri sendiri masih jauh dari suci.

http://bit.ly/28MRB0q



0 Response to "FILOSOFI GAJAH DAN SEMUT "