Eeeeh busyeeeet deeeh... tumben banget di meja makan gak ada segelas kopi panas ples pisang goreng atawa roti bakar. Biasanya, kopi hitam kental kesukaanku selalu tersedia. Pun makanan kecil pendamping yang selalu berganti, karena Juleha sangat paham, suaminya yang jika kemarin pagi sudah disediakan pisang goreng, di pagi berikutnya lebih suka menikmati roti bakar atau tape goreng.
Tapi pagi ini ? Aku tak melihat sajian istimewa yang sejak aku menikah dengan Juleha selalu tersedia. Kenapa bisa terjadi perubahan seperti ini ? Apa gerangan yang terjadi sehingga aku yang sudah siap mereguk kopi kesukaanku malah mendadak ternganga? Langkah blunder apa yang telah dilakukan Juleha sehingga dia mengosongkan meja makan dari sajian istimewa yang rutin dibuat dan disajikannya?
Tentu saja aku kecewa, brooo. Tapi sumpah, meski kecewa aku sama sekali tak punya keinginan untuk memarahi Juleha. Hanya, jika aku berniat bertanya dan ingin tahu apa sebabnya, kayaknya wajar deh. Jadi, aku segera beranjak. Niatnya sih ingin ke kamar. Sebab, Juleha ada di sana dan pasti sedang mempercantik diri, karena saat aku beranjak dari kamar untuk ke ruang makan, Juleha baru usai mandi.
Namun niatku ke kamar tak bisa kurealisasi. Pasalnya, saat aku membalikkan tubuh, Juleha sudah berdiri di hadapanku dan dia tampil dengan begitu tenang, tanpa merasa bersalah sedikitpun.
Eeeeh busyeeet deh.... aku yang semula mau mempertanyakan, malah mendadak gugup. Kok bisa gugup? Aku sendiri ora nyaho broo mengapa malah gugup. Boleh jadi, karena melihat ketenangan Juleha yang menatapku dengan begitu dingin. Dan dengan sikap dinginnya, Juleha langsung bersuara
" Maaf yaa bang...mulai pagi ini, Leha gak ikhlas lagi membuat dan menyajikan kopi kesukaan abang. Juga gak rela ngebikinin pisang goreng , roti bakar, tape garanganoreng dan makanan kesukaan abang lainnya."
Bujuk buneng daaah. Sebenarnya aku sudah siap menyahut dengan pertanyaan. Tapi, Juleha sudah kembali berkata kata.
" Jadi, kalo abang mau ngopi silahkan ke warung kopi dan kalo abang mau marah jangan sembarangan, kecuali setelah melakukan introspeksi"
Eeeh busyeeet daah... Maunya sih aku menumpahkan kesal. Sebab, sudah tak disediakan kopi eeeh Juleha malah meluncurkan kalimat yang tidak meledak ledak namun terdengar seperti ledakan bom di telingaku. Anehnya, aku yang merstinya emosi malah merasa seperti kena tonjok. Gimana gak merasa knock out, kalau di pagi yang cerah tapi tanpa kopi aku malah diminta untuk melakukan introspeksi.
ist
" A..abang gak ngerti maksud leha. A..a..apalagi, abang yang pagi ini gak dapat kopi malah diminta sama Leha untuk introspeksi diri. Memangnya abang salah apa?" Tanyaku
" Abang memang gak punya salah apa apa," kata isteriku dengan tetap dingin.
" Cuma," lanjut Leha. " Abang sadar apa nggak sih kalau tiga bulan terakhir abang lebih suka memperhatikan, membelai belai dan menggosok gosok black opal. Sedangkan Leha, yang katanya isteri abang, cuma bisa nahan kesal. Sebab, jangankan digosok gosok atawa di elus elus, diperhatikan saja sudah tidak pernah. Jadi maaf, pagi ini Leha harus mengungkapkan kesal karena kalau ditahan terus, Leha takut "
kena darah tinggi dan akhirnya stroke"
Oooaaalaaa mak...Tatapan tajam Juleha yang berkata kata dengan sikapnya yang dingin, membuatku kontan merasa seperti sedang bersusah payah berusaha menyelamatkan diri dari bencana longsor yang sedemikian dahsyat. Sumpah... belakangan aku memang semakin berasyik ria dengan kebiasaan baruku, mencumbu Black Opal.
Maklum...aku kesengsem berat sama permata banten lantaran yang namanya Black Opal seperti menantangku untuk berusaha keras agar dari dalam rahimnya bermunculan mbah Jarong, dan alhamdulillah, meski baru berjalan tiga bulan, upayaku melakukan treatmen sama sekali belum membuahkan hasil. Dan hasil yang pagi ini kuketahui dengan pasti adalah protes Juleha yang tidak teriak teriak namun dari ketenangannya membuatku terhenyak.
Untungnya, Juleha yang kerap kuminta untuk tidak membangun budaya basa basi, pagi ini sudah mengungkapkan uneg unegnya dengan blak blakan. Jika terus disembunyikan, boleh jadi bakal celaka. Sebab, kekesalan yang terus ditahan bisa membludak dengan begitu saja dan luapannya bisa muncul seperti air bah atau banjir bandang yang bisa memporak porandakan keharmonisan rumah tangga yang sejak dua tahun silam, mulai kubangun bersama Juleha.
Karena aku sudah paham permasalahan konkritnya, aku jadi bisa leluasa tuk bernafas lega. Sebab, aku sadar dan yakin, cintaku pada Juleha lebih indah dari perhatianku pada black opal.
" Leha tetap percaya, kan, kalo cinta abang ke Leha malah lebih indah dari black opal?"
Isteriku yang sudah mendengar apa yang kuungkapkan tak menyahut. Dia hanya minta izin untuk ke dapur karena akan membuatkan kopi hitam yang kental dan segera disajikan di meja makan agar di pagi ini, meski agak terlambat aku tetap bisa menyeruput si hitam yang tak pernah bosan untuk kucicipi
0 Response to "CINTAKU LEBIH INDAH DARI BLACK OPAL"
Posting Komentar