KOK MASIH AJA SUKA KORUPSI


      APAKAH kejujuran masih melekat di setiap jiwa ? Maunya sih begitu. Sebab, jika yang namanya kejujuran melekat di setiap jiwa, tak ada yang berminat melakukan penipuan lewat sms atau lewat modus lainnya. Anak anak sekolah tak berminat membolos, karena lebih terpikat berangkat ke sekolah setelah sebelumnya pamit ke orangtua untuk ke sekolah dan langkah kaki terarah ke sasaran utama (sekolah) dan mall atau tempat lain tak pernah jadi tempat pengganti, karena anak yang jujur tak akan boleh setelah pamitan akan berangkat ke sekolah.
      Pun pengguna jalan raya. Tak akan melakukan pelanggaran dalam berlalu lintas, lantaran kejujuran yang melekat di jiwa, membuat para pengendara tak hanya berhati hati. Tapi juga berdisiplin sehingga sama sekali tak berniat untuk ugal ugalan, karena sadar bahwa berkendara bukan untuk ugal ugalan tapi untuk menikmati sarana dan prasarana berlalu lintas, yang mengakomodir setiap pengguna jalan untuk sampai ke tempat tujuan dengan cepat dan aman, karena di sepanjang jalan tak ada macet apalagi insiden.
      Semua berjalan lancar karena yang diaplikasikan oleh setiap jiwa yang di dalamnya melekat kejujuran adalah berusaha membangun dan saling memberi rasa aman dan nyaman kepada sesama.
       Eeeeh busyet dah...indah banget ya, kalo yang muncul ke permukaan di semua aspek kehidupan bukan permasalahan yang sengaja tercipta. Tapi justru kemaslahatan yang dampaknya, selalu mempermudah setiap warga untuk dapat meraih dan menikmati ketenangan jiwa.
       Sompretnya.....kenyataan yang ada justeru cenderung meresahkan jiwa.
       Nah, orangtua mana yang tidak resah jika akhirnya tahu kalau anaknya yang setiap hari berangkat pamit berangkat sekolah, ternyata langkahnya malah sampai ke  mall atau tempat lainnya, karena yang kemudian dilakukan sang anak, bukan mencari ilmu tapi mencari hal yang disangka indah dan mereka rela bolos sekolah.
       Penumpang angkutan umum mana yang tak resah jika sopirnya ugal ugalan, menurunkan penumpang seenaknya dan mereka membiarkan para copet dan juga preman beraksi tanpa hambatan. Pengendara mana yang tak resah di sepanjang jalan raya, jika pengendara roda dua yang tanpa helm motor dengan seenaknya, tanpa memikirkan nasib pengendara lain yang bisa celaka karena ulah dan prilaku di jalan raya yang dipertontonkan oleh banyak pengendara motor, cenderung meresahkan timbang menentramkan.
       Benar benar busyet banget, kan, kalau di keseharian yang sedemikian menonjol bukan kearifan lokal tapi "kearifan" individual yang berlumuran egoisme dan rasa ingin menang sendiri ? Dan mengapa mereka yang ugal ugalan di jalan raya, penipu sms, para pelajar yang suka bolos serta individual lainnya yang sengaja atau tidak sengaja menciptakan keresahan bagi orang lain seperti tak merasa bersalah atas prilakunya?
        Boleh jadi karena terinspirasi oleh ulah para koruptor.
       Tak percaya? Lihat saja ulah para tersangka korupsi, saat mereka meninggalkan gedung KPK setelah diperiksa oleh penyidik selama berjam jam. Tak ada yang menutupi wajahnya. Tak ada yang tertunduk malu. Juga tak ada yang kelihatan menyesali perbuatannya. Malah, kesan yang sangat menonjol, seolah olah mereka tak bersalah.
       Apakah karena yang dilakukan oleh mereka adalah perbuatan terhormat karena korupsi dikategorikan sebagai perbuatan white crime dan sangat beda dengan yang dilakukan oleh copet, maling, begal atau perampok?
       Wow... sulit menjelaskannya brooo. Bukan lantaran maunya menjawab kalo pertanyaannya gampang. Tapi, yang dikupas bukan soal penampilan dan prilaku tersangka korupsi pasca diperiksa penyidik KPK.
Karena sedang mengupas masalah korupsi yang tetap saja meraja dan meratulela, maka yang lantas bisa disimpulkan cuma dua hal.
       PERTAMA, korupsi dalam bentuk apapun bisa terus terjadi karena sikap jujur sudah tidak melekat lagi di jiwa.
       KEDUA, koruptor yang baru saja tertangkap adalah sosok pejabat dan pengusaha yang sama sekali tak mengenal pepatah yang berbunyi: Sepandai pandainya tupai melompat akhirnya bakal jatuh ke tanah.
       Dari yang pertama, siapapun bisa mengatakan, bahwa pejabat dan pengusaha yang tidak mengenal kejujuran bukanlah sosok yang hebat. Sebab, mereka hanya berakrab akrab dengan hawa nafsu dan cuma berhasrat untuk memperkaya diri sendiri namun tak menyadari jika pada akhirnya ketidak jujuran pasti bakal mencelakakan dan merugikan diri sendiri.
      Kok bisa begitu siiih? Yaa bisa broo. Buktinya Sanusi digelandang KPK.
      Padahal doski anggota DPRD DKI Jakarta yang kangen sama jabatan yang mengsyikkan, yaitu Gubernur DKI Jakarta. Eeeeh belum tentu kerinduannya duduk di kursi Gubernur bisa direalisasi, malah sudah tertangkap tangan oleh petugas KPK yang memang sigap menangkap para koruptor.
      Doski adalah anggota dewan yang terhormat. Tapi kehormatannya langsung tercerabut, akibat lalai melaksanakan amanah dan sebagai wakil rakyat hanya berniat dan berpikir bagaimana caranya memperkaya diri sendiri.

      Kalau saja pejabat lain mau belajar dari berbagai peristiwa yang terjadi di gedung KPK, masyarakat tak akan punya kesempatan untuk mengatakan : KOK MASIH AJA SUKA KORUPSI

0 Response to "KOK MASIH AJA SUKA KORUPSI"