ABU LAWAS bukan hanya meminta agar Nuning tidak dibawa pulang ke rumah mertuanya. Tapi sekaligus mengingatkan, kalau dirinya lebih berhak untuk mengurus dan mendidik Nuning dan dia yakin, suatu saat, entah kapan, prilaku Nuning bakalan berubah.
Tapi pak Dudung, dengan ngotot malah mengatakan, apapun yang dikatakan Abu Lawas, pak Dudung tidak percaya, karena buktinya, prilaku Nuning jauh lebih parah dari sebelumnya. Sebab, kata sang mertoku, saat masih gadis Nuning paling anti ngerumpi dan sering mengingatkan ibunya agar menjauh dari kebiasaan ngrumpi.
" Kalau sekarang anak saya malah seperti meningkatkan status jadi ratu rumpi, apa kata dunia jika masyarakat tahu putrinya pak Dudung begitu ahli di bidang rumpi. Ngerti kamu?" Tanya Pak Dudung
Mestinya, Abu Lawas menjawab sangat tidak mengerti. Tapi, demi stabilitas hubungan mertoku menantu, Abu Lawas menjawab dengan anggukan yang diapresiasi oleh pak Dudung sang menantu memahami apa yang dikatakan dan diinginkan.
Abu Lawas kepingin menyesali sikapnya yang akhirnya menjawab dengan anggukan, karena anggukan itulah yang membuat pak Dudung jadi leluasa membawa putrinya pulang. Bukan ke rumah Abu Lawas tapi ke rumah mertokunya. Sedangkan Abu Lawas langsung merasakan kalau dirinya tidak lagi memiliki keleluasaan untuk berduaan dengan Nuning, isterinya
Padahal, orang lain tak ada yang tahu dan jika pun tahu tak akan memahami mengapa Abu Lawas lebih suka membiarkan dirinya menjadi sosok suami yang lebih suka mendidik sekaligus berharap agar isterinya menjadi wanita sholehah, dan jika selama ini belum terlihat ada tanda tanda ke arah itu, Abu Lawas lebih ingin menjadi pria yang sabar, tawakkal namun tetap berusaha untuk mengarahkan Nuning sehingga satu saat, Nuning yang akan bangun lebih awal dari Abu Lawas.
Setelah membangunkan Abu Lawas untuk shalat Subuh, dia akan sibuk menjarang air dan menakar berapa banyak kopi dan gula yang akan dia masukkan ke gelas, sehingga dengan air panas yang sudah sangat masak setelah dijarang di atas kompor, Nuning dapat menyajikan segelas kopi yang kentalnya pas, dan rasa manis kopinya sesuai dengan selera Abu Lawas
Abu Lawas juga yakin, suatu saat, isterinya akan ada di rumah saat dia kembali dari mencari nafkah. Saat itu, Nuning tak hanya sudah siap dengan kopi atau teh panas untuknya. Tapi juga sangat siap untuk membukakan pakaian kerjanya dan menyiapkan pengganti untuk dipakai oleh Abu Lawas. Malah, boleh jadi sudah menyiapkan air panas agar digunakan oleh Abu Lawas untuk mandi sehingga sepulang kerja dirinya kembali segar bugar, karena apa yang dilakukan oleh Nuning adalah proses menyegarkan suami yang sudah berlelah lelah mencari nafkah untuk isterinya
Meski begitu, Abu Lawas juga sempat berfikir untuk tidak menyesali dengan apa yang baru saja terjadi dan dialami langsung olehnya. Setidaknya, jika memang Nuning harus pulang ke rumah orangtuanya, mertokunya tidak lantas melakukan hal yang aneh aneh. Sebab, Abu Lawas yakin, dia tidak ingin memutuskan hubungan suami isteri yang baru seumur jagung.
Dan saat keinginan untuk tidak menyesali sikapnya bermunculan, Abu Lawas dapat membayangkan betapa di pagi hari dirinya tak perlu repot repot membuat dua gelas minuman panas setelah Subuh, juga tak perlu bersusah payah menyiapkan sarapan untuk Nuning. Tanpa Nuning di rumah, esok pagi Abu Lawas bisa sarapan dengan telur ceplok atau dadar saja. Sedangkan jika ada Nuning, dia harus melengkapi sarapan dengan yang lain. Bahkan, harus siap diprotes oleh isterinya yang tak suka jika dua pagi berturut turut Abu Lawas menyajikan telur dadar atau ceplok
Berlanjut........
Tapi pak Dudung, dengan ngotot malah mengatakan, apapun yang dikatakan Abu Lawas, pak Dudung tidak percaya, karena buktinya, prilaku Nuning jauh lebih parah dari sebelumnya. Sebab, kata sang mertoku, saat masih gadis Nuning paling anti ngerumpi dan sering mengingatkan ibunya agar menjauh dari kebiasaan ngrumpi.
" Kalau sekarang anak saya malah seperti meningkatkan status jadi ratu rumpi, apa kata dunia jika masyarakat tahu putrinya pak Dudung begitu ahli di bidang rumpi. Ngerti kamu?" Tanya Pak Dudung
Mestinya, Abu Lawas menjawab sangat tidak mengerti. Tapi, demi stabilitas hubungan mertoku menantu, Abu Lawas menjawab dengan anggukan yang diapresiasi oleh pak Dudung sang menantu memahami apa yang dikatakan dan diinginkan.
Abu Lawas kepingin menyesali sikapnya yang akhirnya menjawab dengan anggukan, karena anggukan itulah yang membuat pak Dudung jadi leluasa membawa putrinya pulang. Bukan ke rumah Abu Lawas tapi ke rumah mertokunya. Sedangkan Abu Lawas langsung merasakan kalau dirinya tidak lagi memiliki keleluasaan untuk berduaan dengan Nuning, isterinya
Padahal, orang lain tak ada yang tahu dan jika pun tahu tak akan memahami mengapa Abu Lawas lebih suka membiarkan dirinya menjadi sosok suami yang lebih suka mendidik sekaligus berharap agar isterinya menjadi wanita sholehah, dan jika selama ini belum terlihat ada tanda tanda ke arah itu, Abu Lawas lebih ingin menjadi pria yang sabar, tawakkal namun tetap berusaha untuk mengarahkan Nuning sehingga satu saat, Nuning yang akan bangun lebih awal dari Abu Lawas.
Setelah membangunkan Abu Lawas untuk shalat Subuh, dia akan sibuk menjarang air dan menakar berapa banyak kopi dan gula yang akan dia masukkan ke gelas, sehingga dengan air panas yang sudah sangat masak setelah dijarang di atas kompor, Nuning dapat menyajikan segelas kopi yang kentalnya pas, dan rasa manis kopinya sesuai dengan selera Abu Lawas
Abu Lawas juga yakin, suatu saat, isterinya akan ada di rumah saat dia kembali dari mencari nafkah. Saat itu, Nuning tak hanya sudah siap dengan kopi atau teh panas untuknya. Tapi juga sangat siap untuk membukakan pakaian kerjanya dan menyiapkan pengganti untuk dipakai oleh Abu Lawas. Malah, boleh jadi sudah menyiapkan air panas agar digunakan oleh Abu Lawas untuk mandi sehingga sepulang kerja dirinya kembali segar bugar, karena apa yang dilakukan oleh Nuning adalah proses menyegarkan suami yang sudah berlelah lelah mencari nafkah untuk isterinya
Meski begitu, Abu Lawas juga sempat berfikir untuk tidak menyesali dengan apa yang baru saja terjadi dan dialami langsung olehnya. Setidaknya, jika memang Nuning harus pulang ke rumah orangtuanya, mertokunya tidak lantas melakukan hal yang aneh aneh. Sebab, Abu Lawas yakin, dia tidak ingin memutuskan hubungan suami isteri yang baru seumur jagung.
Dan saat keinginan untuk tidak menyesali sikapnya bermunculan, Abu Lawas dapat membayangkan betapa di pagi hari dirinya tak perlu repot repot membuat dua gelas minuman panas setelah Subuh, juga tak perlu bersusah payah menyiapkan sarapan untuk Nuning. Tanpa Nuning di rumah, esok pagi Abu Lawas bisa sarapan dengan telur ceplok atau dadar saja. Sedangkan jika ada Nuning, dia harus melengkapi sarapan dengan yang lain. Bahkan, harus siap diprotes oleh isterinya yang tak suka jika dua pagi berturut turut Abu Lawas menyajikan telur dadar atau ceplok
Berlanjut........
0 Response to "BOKINKU BUKAN BOKINMU (2)"
Posting Komentar