PAK BELALANG tidak tahu, apakah dinamakan daerah Gunung Mas karena di sana kawasan gunungnya berlimpah emas atau emasnya berlimpah gunung atau malah hanya sebatas nama saja. Kalau lantaran memang gunung gunungnya luber sama emas, woooow ! Sungguh sangat hebat. Tak heran jika Bupatinya sanggup menyuap milyaran rupiah kepada Ketua MK karena wilayah emas bakal ada dalam kendalinya.
Hanya, sang Bupati tak menyangka jika ulahnya bermain mata dengan Ketua Mahkamah Konstitusi, bakal berakhir di balik jeruji. Dan, saat tertangkap KPK, yang malu tak hanya dirinya. Tapi, juga keluarga besarnya. Sebab, namanya tercoreng ke seluruh Indonesia. Nama baiknya langsung luntur, dan kariernya pun langsung mabur. Bukan karena nasi sudah jadi bubur jika peluang untuk kembali menjabat Bupati, langsung terkubur
Hanya, sang Bupati tak menyangka jika ulahnya bermain mata dengan Ketua Mahkamah Konstitusi, bakal berakhir di balik jeruji. Dan, saat tertangkap KPK, yang malu tak hanya dirinya. Tapi, juga keluarga besarnya. Sebab, namanya tercoreng ke seluruh Indonesia. Nama baiknya langsung luntur, dan kariernya pun langsung mabur. Bukan karena nasi sudah jadi bubur jika peluang untuk kembali menjabat Bupati, langsung terkubur
Hanya, yang bikin pak Belalang sangat sulit menepis rasa heran, tak lain karena kok berkait erat dengan Lebak. Padahal, Lebak berlokasi di propinsi Banten dan sangat tidak berkait erat dengan Gunung Mas. Memang, dalam hal kebangsaan, Gunung Mas dan Lebak tetap dalam buai dan pelukan NKRI. Hanya, apa kaitannya, kok, setelah Ketua MK ditangkap oleh KPK dalam perkara suap yang dilakukan oleh Bupati Gunung Mas, lantas yang disasar dan kemudian ikut ditangkap adalah seorang tersangka dari Lebak?
"Berarti, semua konflik Pilkada yang diadukan ke Mahkamah Konstitusi dan ditangani oleh sang Ketua MK yang tertangkap tangan KPK, bisa diduga berindikasi suap," kata pak RT , yang pantang manyun meski seorang warganya yang baru saja minta surat pengantar cuma sebatas mengucapkan terima kasih.
"Ah masa sih, indikasinya bisa seperti itu?" Tanya Pak Belalang yang sejak kecil nggak pernah kesetrum penyakit terheran heran, tapi setelah ketua MK tertangkap tangan oleh KPK, langsung digelayuti penyakit heran ples bingung
"Lhoo bisa saja," sahut pak RT, yang ikhlas jadi pejabat tanpa digaji dan nggak mungkin korupsi karena setelah sudah dua priode menjabar, DPR belum membuat undang undang Ketua RT boleh mengajukan anggaran pengeluaran dan belanja ke-RT-an, dan dapat peluang menerima DAK maupun DUK yang konon tak luput dari incaran para koruptor untuk dikorupsi.
"Soalnya," tambah pak RT. "Sangat tidak mungkin KPK bertindak gegabah. Terlebih, dalam penegakkan hukum, harus ada barang bukti dan fakta hukumnya juga harus jelas. Jadi, kalau merembet sampai ke Lebak, bisa diduga yang melakukan suap bukan dari Gunung Mas saja. Tapi, dari daerah mana saja yang pilkadanya diwarnai konflik dan akhirnya membawa masalah Pilkada ke MK."
"Kok Bisa begitu, yaa?" ujar pak Belalang, yang tak bisa berkata lain karena bagaimana pun dia merasa dirinya masih tetap bingung, karena fakta yang terungkap jelas meruntuhkan wibawa MK, yang dengan susah payah dibangun oleh para Ketua MK sebelum dijabat oleh AM yang tiba tiba saja dicokok oleh KPK
"Jangan malah bingung begitu dong, pak," tegur pak RT.
"Ingat... sistem pengangkatan pejabat penting, kan, harus melalui DPR. Jadi, saat fit and proper test dilaksanakan, bukan tidak mungkin calon pejabat sudah harus mengeluarkan banyak biaya. Nah, setelah menjabat, yang kemudian dipikirkan bukan lagi bagaimana bekerja dengan baik agar penegakkan hukum semakin bermagma. Tapi, bagaimana agar modalnya kembali dan dirinya semakin kaya raya. Jadi, enak sih selama tidak ketahuan, karena jumlah suap setidaknya berjumlah milyaran. Tapi, setelah tertangkap, wow... malu dan menderita batinnya itu yang tak tahan"
"Pantas salah seorang mantan Ketua MK mengusulkan agar ketua MK yang tertangkap tangan diganjar hukuman mati," ujar pak Belalang.
"Saya setuju dengan pendapat itu," sergah pak RT. "Sebab," lanjut pak RT dengan semangat kerja ikhlas tanpa menggerutu
" Yang bersangkutan sendiri pernah mengusulkan agar koruptor diganjar dengan potong tangan. Setidaknya, minimal yaa hukumannya sesuai dengan usulan yang bersangkutan. Cuma, masalahnya, tergantung para hakim di pengadilan Tipikor. Selama ini, kan vonis yang dijatuhkan ke para koruptor selalu ringan. Jadi, di sinilah titik permasalahannya. "
"Maksud pak RT apa, yaa?" Tanya pak Belalang
"Maksud saya... yaa ..." pak RT berhenti sejenak. Setelah larak lirik kiri dan kanan dan merasa aman, pak RT baru menlanjutkan kalimatnya.
Itu pun tidak disuarakan dengan gamblang. Tapi, agak setengah berbisik. Pak RT bilang, para hakim di pengadilan harus digembleng dengan penanaman moral hukum yang mumpuni. Jika tidak, sampai kiamat vonis untuk koruptor tetap saja lebih ringan dari sekarung kapas.
0 Response to "ANTARA GUNUNG MAS DAN LEBAK"
Posting Komentar