oleh : Oesman Ratmadja
SEMAKIN banyak orang yang malah sudah merasa sangat malu dalam hal bertanya tapi tidak lagi punya malu dalam hal menghambur hawa nafsu untuk mendapatkan banyak harta demi meraih nikmat dunia. Apa akibatnya? Presiden partai pun akhirnya tersesat di KPK. Dan, setelah makin banyak yang malu bertanya dan akhirnya tersesat akan semakin banyak yang kayaknya malah sengaja melakukan hal yang sama, sehingga akhirnya nyasar dan merasa lebih suka menjadi penghuni sel milik KPK
Padahal, meski jauh lebih baik dan agak sedikit lebih nyaman dari penjara untuk non koruptor, yang namanya hidup di balik jeruji besi tetap saja tidak ada nyamannya. Bukan hanya kebebasan pribadi langsung hilang. Tapi, yang paling menyedihkan karena nama baik otomatis lenyap. Sebab, selalu diberitakan oleh media cetak dan elektronik, sebagai pesakitan dan rakyat sendiri yang memandang dengan nyinyir malah berharap agar setiap koruptor yang telah menyelewengkan amanah, di hukum seberat beratnya.
Hanya, hakim saja yang malah berani memvonis dengan hukuman ringan. Boleh jadi, ada sesuatu di balik ringannya hukuman. Tapi, semua yang terjadi di balik keputusan baru terungkap setelah naas, sebagaimana yang dialami oleh Akil Mochtar. Sebelumnya, meski sudah pernah ada isu dan namanya suka disebut sebut, tak ada yang bisa menindak.
Kita harus yakin, semua yang terjerat oleh KPK karena tanpa sadar, sebenarnya mereka sendiri yang sengaja merintis jalan menuju ke sel tahanan KPK. Disebut demikian, karena nafsu mendapatkan uang sebanyak banyaknya, membuat pribadi yang sebenarnya imannya sudah melorot, jadi langsung malas untuk berdialog dengan kebenaran.
Rasa malas itulah yang malah mendorong setiap pribadi untuk tidak mau lagi bertanya pada kebenaran. Padahal, jika malu bertanya disebut sebut bakal sesat di jalan, maka bila malu bertanya pada kebenaran digadang gadang bakal nyasar ke tahanan KPK. Kok bisa? Yaa, karena penyidik KPK siap mencokok siapa saja pejabat yang sudah diberi gaji besar, diberi fasilitas lengkap dan mewah tapi masih saja serakah dan jabatannya dimanfaatkan untuk melimpah luahkan harta dengan cara yang sangat melangkar hukum.
Jadi, penegak hukum yang akhirnya pindah alamat ke tahanan KPK bukan hanya Ketua MK non aktif. Bersamaan dengan itu saja, juga ada pengacara yang ikut nyasar dan sepertinya berkenan berumah tinggal di sel KPK, karena saat di grebek di rumahnya, penyidik KPK menemukan semilyar rupiah di rumah ibunya.
Wow... kalau uang sebesar itu dikatakan untuk membayar lawyer yang sama sekali belum punya nama, kayaknya makin jelas deh kalau juga ada kelompok manusia yang malu bertanya pada logika.Sebab, jika fee lawyer yang belum ngetop sampai semilyar, mahalnya keliwatan
Marilah kita bangun budaya betapa indahnya bila selalu bertanya pada kebenaran dan betapa harmonisnya bila selalu berkeinginan untuk selalu bertanya pada logika.
Mengapa? Jika selalu bertanya pada kebenaran, maka siapa yang bertanya akan dituntun untuk tidak khilaf , untuk tidak melakukan kesalahan, untuk tidak mengubah amanah jadi aminah, tidak suka ambil uang rakyat yang dikelola oleh negara, tidak suka memperjual belikan hukum dan keadilan. Pokoknya, iman akan cenderung menguat bila kebenaran selalu dijadikan pedoman, dan ketika hal itu berproses, TUHAN YANG MAHA KUASA pasti mencurahkan karunia dan berkah yang membuat hambanya tegar dan perkasa dalam membangun kebenaran.
Dan bertanyalah selalu pada logika, agar kita sadar apakah yang kita katakan dan kita ungkapkan hanya untuk membenarkan dan melindas kebenaran atau ingin menyuruh orang lain agar mengakui ketidak benaran sebagai kebenaran. Dan, saya percaya, sampai saat ini, istilah nggak ada maling yang mau ngaku, masih tetap berlaku.
Tapi, berlaku atau tidak istilah itu, janganlah MALU BERTANYA dan MENYEBABKAN ANDA NYASAR KE sel KPK
0 Response to "MALU BERTANYA NYASAR DI KPK"
Posting Komentar