BESAR PASAK DARI TIANG

oleh : Oesman Ratmadja




SENGAJA kasih judul Besar Pasak Dari Tiang. Kesannya supaya irit dan bukan pelit. Sebab, pepatah yang satu ini, lengkapnya berbunyi: Lebih Besar Pasak Daripada Tiang. Karena tidak suka yang panjang panjang yaa diperpendeklah. Tapi, buat siapa saja yang suka dengan yang panjang dan besar, harap maklum. Sebab, meski judulnya diperpendek, apresiasinya tetap besar dan panjang

Kalau arti pepatah yang satu ini, kayaknya lebih banyak yang tahu timbang yang tidak tahu. Sebab, secara logika, memang jadi tidak logika kalau pasaknya lebih besar dari tiang. Lagian, gimana bisa mantek ke tiang sedangkan pasaknya lebih geude alias lebih besar.

Memang sih, ada yang besar dan sekaligus panjang. Meski tanpa menggunakan alat, bisa mantek dengan sendirinya, dan ujungnya malah menciptakan riang. Apakah itu? Yang jelas kita sedang bahas soal pepatah. Jadi, nggak perlulah di patah patah apalagi dikaitkan dengan besar dan panjang. Jadi, meski pepatah yang satu ini memang menyebut kata BESAR, kita tak perlu mengaitkannya dengan panjang. Sebab, antara besar dan panjang itu, bedanya sangat jelas.

Tapi, menjelaskan arti pepatah dengan sejelas jelasnya, kayaknya lebih penting timbang menjelaskan mengapa banyak yang suka  dengan besar dan panjang. Mengapa? Karena ketika bakalan datang Idul Qurban, ulah pedagang nggak beda dengan suasana di jelang dan Idul Fitri. Penghuni pasar, bukan berfikir alangkah indahnya jika bisnis dikaitkan dengan ibadah, eeeeh, malah fokus ke bisnis dan melupakan kiat bisnis yang bernilai ibadah.

Gak heran kalau harga cabe bukan mulai tapi sudah beranjak naik. Begitu pun harga barang kebutuhan dapur. Brengseknya, harga kebutuhan pokok juga ikut dinaikkan. Bukan berarti pembeli melarang pedagang menaikkan harga. Sebab, hak pembeli harus mau terpaksa membeli barang yang harganya pasti naik, jika datang hari raya.

Di hari besar, konsumen harus menterjemahkan pepatah LEBIH BESAR PASAK DARI PADA TIANG. Mengapa? Karena jika tidak dipahami, perekonomian rumah tangga bisa babak belur. Agar tidak babak belur, akan lebih afdol, bila barang kebutuhan pokok yang harganya melonjak tidak dibeli. 

Mengapa? Sebab, di hari raya, tidak diwajibkan berfoya foya. Tidak makan ketupat, toh tetap sehat. Tidak makan ini dan itu, tapi tetap makan seperti sehari hari kita makan, akan jauh lebih baik timbang keuangan yang minim, hanya habis untuk dibelanjakan ke bahan pokok untuk hari raya.

Bukankah anak anak masih perlu ongkos ke sekolah, beli buku dan uang untuk jajannya?
Bukankah esok atau lusa, manusia tidak bisa berhenti makan dan alangkah nelangsanya jika setelah Idul Qurban, malah kehabisan uang karena digunakan untuk foya foya di Idul Adha.

Bukan berarti dilarang foya-foya. Foya foya justeru dianjurkan. Hanya, bukan foya foya yang menghabiskan uang tapi tak dapat apa apa. Jadi, marilah berfoya foya dan marilah mengeluarkan uang tapi mendapat ganjaran berupa pahala. Dan berfoya foya di jalan amaliah, benar benar menabung dan kelak menikmati ganjaran yang pasti diterima, karena Sang Khalik, selalu menepati janjinya

Itu sih, namanya beramal. dong. Memang. Alangkah hebatnya individu yang siap berfoya foya dalam amal. Sebab, yang dikeluarkan dengan ikhlas untuk orang-orang miskin, bukannya hilang malah dibalas oleh SANG KHALIK dengan jumlah berlipat ganda.Dan, yang penting lagi, dicatat sebagai amal baik dan kelak, amal yang dilakukan sepanjang hidup, dipastikan menjadi sahabat yang paling sejati karena jadi teman terbaik saat manusia kembali ke kampung akhirat

Bukankah suami atau isteri dan sanak saudara, saat kita wafat hanya mengantar ke makam dan setelah itu kembali ke rumah ? Tak satu pun dari sanak saudara atau sahabat sejati yang langsung dengan ikhlas ikut menemani kita di dalam kubur. Jadi, amal yang terus menerus kita lakukan dengan ikhlas, selain dibalas juga menjadi sahabat sejati yang paling sejati. Sang sahabat sejati, akan menemani kita sampai kiamat. Bahkan, siap menolong kita di hari kiamat.

Untuk belanja yang belinya dengan nafsu takut tidak kebagian dan hasilnya tak lain dari (maaf) kotoran, tak perlulah dilebih besarkan pasak daripada tiang. Artinya, belilah menurut kebutuhan dan sesuaikan dengan kondisi keuangan.

Ingat, janganlah membuat diri kita sendiri kelabakan karena uang  yang diperoleh dengan susah payah habis dengan begitu saja, dan jika akhirnya  lebih besar pasak daripada tiang, pasti yang kemudian terpikir cari pinjaman atau berutang.

Maka berhemat dalam belanja termasuk kecerdasan dan berfoya foya dalam beramal, jauh lebih cerdas karena artinya sama saja menabung untuk masa depan yang tidak di dunia. Tapi, di kampung halaman tercinta. Yaitu, kampung akhirat.Siapakah yang hendak dan bisa menolak jika panggilan pulang ke kampung akhirat akhirnya tiba?

Maka, mari kita siapkan bekal dengan beramal seikhlasnya dan juga rela dalam melakukannya.
Semoga kita terhindar dari Lebih Besar Pasak Daripada Tiang

0 Response to "BESAR PASAK DARI TIANG"