MENUJU PELABUHAN CINTA (12)








oleh : Oesman Ratmadja


      MULANYA, Mas Rebo yang sengaja nunggu Japra di tepi jalan - tetap menyandarkan tubuhnya di mobil, karena meski dia melihat ada yang berlari sambil celingak celinguk Mas Rebo nggak menyangka kalau sosok yang terengah engah itu Japra. Setelah dekat, baru mas Rebo sadar jika yang berlari dengan nafas terengah engah adalah Japra.
      "Kamu kenapa? Kok kayak habis dikejar-kejar setan rentenir?" tanya Mas Rebo yang sudah tentu saja heran melihat kelakuan Japra
      "Aa....anu...mas. Mak....mak..sud anu saya... eh anu mas, sebenarnya anu...anuu..." Japra yang masih gugup tak bisa menjawab dengan kalimat sempurna.
      Melihat kondisi Japra yang bagi mas Rebo mencemaskan, dia segera membuka pintu mobil dan mengambil air mineral botol yang diletakkan di dashboard mobilnya. Tanpa ragu lagi, mas Rebo yang segera membuka tutup botol air mineral mengangsurkannya ke Japra.
      "Cepat kamu minum... setelah kamu tenang, silahkan jelaskan apa yang anu kamu dan kamu sebut anu saya itu," kata Mas Rebo sembari memperhatikan Japra yang setelah meraih botol air mineral mereguk isinya dengan cepat.
      " Nah...." kata Mas Rebo yang sudah melihat Japra mereguk banyak air mineral
      "Sekarang... silahkan kamu tarik nafas panjang... setelah tenang, tolong katakan apa yang terjadi sehingga kamu seperti habis dikejar kuntilanak .... dan akibat lari nafas kamu jadi terengah engah seperti itu," ujar Mas Rebo.
      Japra tak sempat berpikir apakah koruptor sudah diberantas habis oleh KPK atau masih tetap asyik menggerogoti uang negara. Sebab, yang dia lakukan adalah mengikuti saran mas Rebo. Setelah beberapa kali menarik nafas panjang, Japra mulai kelihatan tenang. Membuat mas Rebo tak sabar untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Japra.
     "Sekarang, kamu bisa, kan, menceritakan apa yang baru saja terjadi sama kamu?" Kata Mas Rebo yang mengharap Japra segera menjelaskan padanya sehingga ia muncul dengan nafas terengah engah.
     Meski kelincahannya tidak maksimal, Japra lantas menceritakan apa yang baru saja dialaminya. Awalnya, kata Japra, ia sudah menangkap sinyal bagus yang mengisyaratkan tentang keberhasilan, meski saat ia menjelaskan akan mengajak ke show room, tidak langsung pada Nurlela. Tapi, di hadapan ibunya. Hanya, sama sekali Japra tidak menduga jika sinyal yang diperoleh bukan sinyal keberhasilan. Melainkan sinyal yang mengalirkan emosi ibunya Nurlela untuk melempar sendal ke wajahnya
     "Untung saya sempat mengelak, mas. Kalau tidak, apa jadinya kalau mata saya jadi sasaran sendal yang dilempar dengan sangat emosi,:" ungkap Japra yang lantas segera meminta maaf dan memohon agar mas Rebo maklum karena upayanya menjalankan misi percomblangan tidak berhasil alias gagal.
     Mendengar kisah dari Japra, mas Rebo yang cukup lama menunggu Japra di tepi jalan, bukan kesal atau kecewa, malah tertawa terkekeh kekeh.
      "Lhooo mas... tolong jangan mentertawakan kegagalan saya," kata Japra dengan nada memelas
      "Hahahahaha... saya bukan mentertawakan kegagalan sampeyan. Saya justeru mentertawakan kehebatan dan semangat mas Japra yang begitu hebat dan dalam memperjuangkan cinta saya kepada Nurlela siap menanggung risiko," ujar Mas Rebo.
      "Tapi...tapi..saya sudah gagal, mas," Japra makin terlihat memelas karena ia sadar, kegagalannya membuat harapannya mendapatkan hadiah sebuah sepeda motor musnah ditelan sendal
       Mas Rebo yang lantas hentikan cekakakannya, dengan tetap senyum menepuk nepuk pundak Japra
      "Percayalah," ujar Mas Rebo yang ternyata malah memberi semangat pada Japra
      " Saya menganggap, yang baru saja sampeyan persembahkan kepada saya bukan kegagalan. Semua ini, harus kita anggap sebagai sukses yang tertunda,"
      "Ta..tapi mas," Japra malah jadi bingung.
      Mas Rebo yang masih sangat berharap Japra tetap memperjuangkan cintanya, malah memberi support kepada Japra yang di depannya memperlihatkan sikap pesimis
      " Dengar baik baik yaa... sampeyan itu, kan sudah berjuang dengan habat. Hanya, sebuah kehebatan memang belum tentu bisa seketika membuahkan hasil. Jadi, sampeyan justru harus makin yakin, bila terus bergerak dan tetap memompa semangat, yang namanya kegagalan itu hanya sukses yang sedang istirahat atau tertunda. Jadi, saya minta dengan hormat, lanjutkan perjuangan karena saya yakin, sampeyan bisa"
      Japra tercengang. Namun, sejenak kemudian mulai merasakan kalau apa yang dikatakan mas Rebo ada benarnya. Perjuangan memang harus dilakukan tanpa tersinggung atau keserimpet oleh kata menyerah



Bersambung......

0 Response to "MENUJU PELABUHAN CINTA (12)"