MENUJU PELABUHAN CINTA (14)

oleh : Oesman Ratmadja


      SEBENARNYA, Komeng bukan cuman kepingin doang. Tapi sudah benar benar kepingin ngakak. Sengakak ngakaknya. Kalau perlu, sampai dirinya tersedak. Hanya, Komeng bukan si raja tega. Juga bukan cowok yang kepingin nari jaipong atau salsa di atas penderitaan orang lain. Terlebih, Komeng termasuk cowok yang masih punya tabungan kepedulian di bank hati nurani.
     Jadi, setelah mendengar curhat Japra, yang hari ini merasa menjadi anak muda paling sengsara di dunia, Komeng cuma menanggapi dengan senyum. Brengseknya, baru melepas senyum, si Japra kayak sudah tersinggung. Hmmm... untung saja Komeng tidak ngakak.
    " Lu senyum lantaran senang, kan ngeliat gue menderita," tanya Japra yang kayaknya sensi banget, sebab membuat Komeng jadi serba salah lantaran awalnya kepingin ngakak, eh, saat tersenyum Japra malah merasa tersungging.
    " Eh, Japra.. gue tuh tersenyum bukan lantaran lo baru aje bilang dua hari lalu dilempar pakai sendal dan tadi di lempar pakai sepatu. Gue tuh cuma mau bilang, berjuang tuh harus tak kenal lelah dan pantang menyerah. Baru dilempar pakai sepatu aja sudah grogi, bagaimana kamu bisa memahami bahwa kegagalan adalah sukses yang tertunda," ujar Komeng yang berharap rekannya tak sensi, karena Komeng kuatir kalau Japra kesal dan ngotot, dirinya malah kepingin menghajar Komeng
    " Lhoo pendapat lo kok sama sih dengan apa yang dikatakan Mas Rebo. Waktu gue cerita dilempar sendal, dia juga tetap kasih support dan bilang, bukan gagal tapi sukses yang tertunda," kata Japra
    " Naah, itu tandanya gue sama mas Rebo, sama. Masing masing suka baca buku yang banyak manfaat. Kalo elo, pasti kebanyakan baca dan ngecak kode togel," sahut Komeng
   " Tapi Meng... gue kok malah yakin kalau gue sudah gagal dan nggak akan bisa melaksanakan tugas sebagai mak comblank, yang harus menyatukan dua hati yang punya cinta" keluh Japra
   Komeng tak menyahut. Sebab, dia langsung ngeloyor ke belakang. Membuat Japra yang kepingin ngelanjutin curhat, mengingatkan agar dirinya tidak ditinggalkan.
   " Meng.. Komeng... lo mau ke mana? Tega ya lo ninggalin teman yang sedang dirundung malang"
   Komeng yang untung saja belum menghilang, berbalik ke arah Japra.
   " Eh, kutu gajah... gue tuh mau ke belakang, niat gue mau nyeduh air lantas bikin kopi kentel. Lo nggak mau ngopi apa mau ngopi? kalau mau ngopi, lo tunggu sebentar. kalau masih kepengen ngomong, buat sementara waktu, ngomong aja dulu sama kursi atau taplak meja. Oke ?" Ujar Komeng yang lantas ngeloyor ke dapur.
   Mau tak mau Japra harus rela kehilangan Komeng. Toh, hanya beberapa saat. Jadi, Japra nggak merasa kuatir, karena kalau Komeng pergi jauh dan makan waktu lama, dia akan kesulitan mencari solusi, mengingat perjuangannya harus terus dilanjutkan dan kalau sampai gagal, bukan tak mungkin mas Rebo narik motornya lagi. Kalau lantas ditarik karena dinilai gagal, berarti motor seken yang sudah dua hari di pakai Japra, mau gak mau harus dikembalikan ke Mas Rebo
   "Terus gue mau ngojek pakai apa?"
    Japra jadi pusing. Cuma, yang kemudian dilakukan bukan cari solusi dengan berpikir keras, eh malah cuma garuk garuk kepala. padahal, kepalanya sedang tidak gatal dan para kutu yang biasa nangkring di kepala Japra juga sedang mudik lebaran dan belum mau kembali ke Jakarta karena takut angin topan.




Bersambung.........

0 Response to "MENUJU PELABUHAN CINTA (14)"