oleh : Oesman Ratmadja
KELAK, di suatu waktu - entah hari Minggu entah Sabtu, setiap remaja putri yang menanjak dewasa statusnya bakalan berubah, menjadi seorang ibu. Menjadi wanita yang kebebasannya pasti selalu terganggu, karena saat hamil harus menjaga kandungannya dan setelah anaknya lahir harus menjaga, merawat bayi dan terus membimbingnya sampai dewasa.
Di satu waktu itu, seorang putri yang ketika di usia remaja tak membayangkan hal semacam itu, baru mengetahui betapa beratnya menjadi seorang ibu setelah benar benar menjadi ibu. Meski juga tahu di balik beratnya terkandung kemuliaan, namun juga banyak sosok ibu yang tak bersungguh sungguh dalam menjaga, mendidik dan membesarkan anak yang selama sembilan bulan mukim di dalam kandungan dan ketika melahirkan harus berjuang dengan maut karena bisa saja di saat melahirkan bayi yang dikandungnya, sang ajal datang menjemput
Tak sedikit jumlah ibu yang wafat saat melahirkan
Tak sedikit jumlah ibu yang gagal dalam mengentaskan putra / putrinya, sehingga setelah besar tidak menjadi dewasa tapi malah merusak baik nama keluarga. Betapa sedih dan sia sianya hidup, jika pasangan orangtua yang diamanahkan oleh TUHAN untuk menjaga, membesarkan dan mendidik anaknya agar menjadi sholeh dan sholehah, tak sanggup mencegah atau memperbaiki prilaku buruk anak anaknya, sehingga, anak yang mestinya dimotivasi untuk tumbuh menjadi anak yang sholeh dan sholehah, malah menjadi pemabuk, pecandu narkoba, preman, pelaku free sex dan hal buruk lainnya.
Juga tak sedikit yang ketika dewasa, anak putrinya malah menjadi pemuas seks para hidung belang.
Kenyataan yang makin memfenomena ini sungguh sangat memprihatinkan. Tak heran jika setiap tahunnya, jumlah pecandu narkoba meningkat. Begitu pun jumlah para pemabok. Malah, media elektronik pada Minggu, 25 Agustus, mengabarkan, sebanyak 14 (empat belas) orang pemabuk tewas akibat menenggak minuman keras oplosan, yang mereka beli di sebuah kios berlabel penjual jamu, dan si tukang jamu yang merangkap sebagai pengoplos minuman keras, ditangkap polisi dan ditetapkan sebagai tersangka.
Bukan berarti tak ada sosok ibu yang hebat.
Sosok ibu yang hebat, malah sedemikian banyak. Mereka tak saja mampu membesarkan anaknya. tapi juga sanggup melaksanakan amanah dari Sang Khalik. Dengan sabar, telaten dan selalu memanfaatkan waktu untuk mengawasi dan membimbing anaknya, ibu ibu yang tidak pernah berhasrat ngerumpi dengan para tetangga ini, mampu mengantar putra dan putrinya ke pintu gerbang kesholeh dan kesholehahan.
Betapa bahagianya, setiap ibu yang ikhlas mengurus rumah saat suami ke kantor dan anak anaknya berangkat ke sekolah. Betapa bahagianya, para ibu yang setelah anaknya pulang sekolah, tetap ikhlas tinggal di rumah, untuk tetap berkomunikasi dan mengawasi anak anaknya tanpa lupa melaksanakan tugasnya sebagai ibu rumah tangga, memasak, mencuci, mengepel dan membersihkan rumah.
Para ibu yang menyadari anak adalah amanah yang dititipkan ALLAH kepadanya untuk dirawat, dijaga dan dididik dengan pendekatan dan sentuhan nilai moral yang diajarkan oleh Islam, bukan tidak ingin seperti ibu lain yang justeru lebih suka ngerumpi saat suami ke kantor dan anak anaknya ke sekolah. Pun di malam hari, sebenarnya ingin seperti ibu lain yang malah lebih suka berada di luar rumah, tanpa peduli, ke mana dan dimanakah anaknya.
Hanya, sosok ibu yang benar benar menyadari dan memahami kalau dirinya adalah seorang ibu, tidak lagi berpikir bagaimana bisa menghabiskan waktu bersama ibu - ibu lain yang tidak menyadari dan tidak paham kalau dirinya adalah seorang ibu yang seharusnya benar benar menjadi sosok ibu. Sosok ibu yang menyadari dan memahami dirinya seorang ibu, sudah barang tentu hanya berfikir bagaimana caranya agar selalu bisa dan tidak jenuh untuk tetap bersungguh sungguh dalam mengemban tanggung jawabnya sebagai seorang ibu
Sosok ibu yang selalu bersungguh sungguh dalam menempatkan dirinya sebagai seorang ibu, lebih rela tidak bisa berhaha hihi dengan rekan ibu lainnya yang ngeluh atau kecewa bila suami tidak bisa membelikan rumah, tapi setelah punya rumah, hanya dijadikan tempat persinggahan untuk mandi, makan, dan tidur belaka.
Mengapa? Karena sosok ibu yang bersungguh sungguh dan ikhlas menjadi dan benar benar ingin berperan sebagai ibu, menempatkan rumah bukan sebagai tempat persinggahan. Tapi, sebagai rumahku-istanaku. Sebagai tempat mendidik dirinya dan keluarganya. Dikatakan seperti itu, karena saat suami ke kantor dan anak anak ke sekolah, rumah tak hanya dibersihkan dan ditata sedemikian rupa agar membuat penghuninya betah. Tapi, juga dijadikan tempat untuk memasak, makan bersama dan menjalin komunikasi intensif antara ayah, ibu dan anak.
Apa yang kemudian berbeda, tentu saja hasilnya. Dari sosok ibu yang sungguh sungguh jadi ibu dan hanya siap menjadi ibu dan isteri yang ikhlas melaksanakan amanah dan akhirnya sanggup melaksanakan perannya dengan baik, yang kemudian dihasilkan adalah anak anak sholeh dan sholehah dan suami yang senantiasa bersyukur pada ALLAH SWT, karena tak sia sia dia mempercayakan isterinya untuk menjaga dan mendidik anak, sementara, dirinya berjuang mencari nafkah untuk mewujudkan tanggung jawabnya sebagai seorang suami dan ayah.
Sebaliknya, dari para ibu yang tak paham jika dirinya adalah sosok ibu tapi pada praktiknya malah merasa begitu berat menjadi ibu, karena kegiatan rutin ibu sesungguhnya membuat dirinya kehilangan kebebasan untuk gaul, bersenang senang dan menikmati fungsinya sebagai isteri yang diberi nafkah oleh suami untuk memuaskan kepentingan pribadi, hanya mempersembahkan anak anak dengan prilaku yang paling tidak di harapkan.
Kalau saja setiap ibu berasungguh sungguh menjadi ibu, ikhlas melaksanakan tugas dari perannya sebagai ibu, ikhlas menunaikan kewajibannya sebagai isteri, boleh jadi, kita tak akan pernah melihat pemabuk, pecandu narkoba, preman-preman muda, ABG yang nangkring dan nongkrong di mall dan pusat perbelanjaan untuk memburu kepuasan dan mempersembahkan kepuasan pada para pria hidung belang yang dengan kemilau uang, lupa pada jati dirinya sebagai sosok ayah buat anak anak dan suami yang baik bagi isterinya.
Meski begitu, memang sangat sulit untuk menyeragamkan karakteristik manusia dan boleh jadi, kenyataan inilah yang membuat dunia menjadi ramai dan selalu hiruk pikuk, karena di mana ada kebaikan di sana pula menyembul yang namanya keburukan.
Setiap individu atau ibu, punya hak untuk menentukan apakah menjadi sosok ibu yang diharapkan atau sekedar jadi ibu yang malah malas ples tak peduli dengan membangun dan mengaplikasikam kebaikan.
0 Response to "MENGENAL DAN MEMAHAMI SOSOK IBU"
Posting Komentar