MENUJU PELABUHAN CINTA (7)







Oleh : Oesman Ratmadja

TUJUH


         Dengan demikian, anak-anak tak hanya merasakan betapa diri mereka masih ada yang memperhatikan dan ba nyak yang berkenan membagi kasih sayang. Tapi, sekali gus mengerti dan memahami, keyatim-piatuan mereka, mengharuskan mereka kuat agar kapan dan dimana pun , mampu untuk menjadi manusia yang mandiri. Manusia yang kelak harus tumbuh dan berkembang menjadi manusia sejati.
        Manusia yang yakin, kian cinta dan hanya ingin beriba dah secara lahir batin, kepada Illahi Rabbi. Manu sia yang percaya, bahwa bimbingan Rasulnya yang berakhlak mulia, jika ditauladani dengan baik, dengan kesungguhan dan dengan niat ingin mencontoh dan sekali gus gemar mempraktekkan, tak bakal nyasar atau tersesat setiap kali memasuki rimba kehidupan yang begitu terjal dan garang.
          Mampukah Komeng mencerdaskan kecerdasan ha ti, pikiran, dan keinginan anak-anak yatim piatu yang seminggu sekali dibimbingnya?
          Inilah salah satu tantangan berat yang menurut Ko meng harus ia jawab dengan perbuatan dan bukan dengan angan-angan atau omong besar yang penuh bualan. Dan tantangan inilah yang membuat Komeng, lebih konsentra si ke hal yang dianggapnya lebih penting, timbang ia ha rus berkutat dengan keinginan pribadinya.
          Dan anak-anak yang tanpa orangtua dan keluarga, yang hidup hanya dari perhatian kasih sayang orang lain yang peduli pada mereka, kerapkali merisaukan Komeng. Ia risau karena kerap ingat dengan nasib dan duka mere ka. Untuk itu, ia selalu ingin berbagai dan memberi. Dan ia yakin, meski ia tak mendapatkan apapun dari yayasan, ia lebih banyak mendapatkan hal yang paling diinginkan.
         Sebab,  ia bisa mengabdi untuk kemanusiaan, dan berpeluang berbakti kepada sesama untuk meraih rid hoNYA.
          Dan, Komeng tak merasa menyesal jika ia masih belum fokus dan belum juga khusus memikirkan Nurlela.
Padahal, sudah tercatat dan digaris bawahinya. Padahal, ia sudah tahu, setelah Jajang gagal, Japra datang dan se bagai mak comblang, ia akan mengusahakan agar Nurlela bersedia menikah dengan mas Rebo.

          Duh, Nurlela. Kalau saja hati sudah merindu 
          Datangku padamu dengan Bismillah
          Pulangku dari hatimu mengucap Alhamdulillah

          Mengapa rindu di jiwa belum membara
          Meski hasrat kerap bertanya
          Jika kau awan jingga
          Yang menjadi pelangi jiwa
          Aku hanya kepingin membuatmu bahagia
          Dan membawamu larut sampai senja
          Memburu kasih sayang-NYA
          Sampai mata terpejam karena DIA
          Dan karena sama-sama mengangungkanNYA

          Duh.. Nurlela
          Ku tak tahu benarkah kumau
          Atau hanya sebatas ku tahu ku mau
          Tapi belum juga kutahu mauku sebenarnya
          Entah apa sebabnya
          Hanya, aku sadar
          Ingin mencinta dan dicinta
          


Bersambung………


0 Response to "MENUJU PELABUHAN CINTA (7)"