Oleh : Oesman Ratmadja
ENAM
Selain kepingin ketawa, Komeng
juga jadi kesal. Sebab, Japra,
temannya, demi meraih sukses untuk karir barunya sebagai mak comblang, malah
berencana dan rela datang ke dukun. Padahal, Komeng sudah sering kali menjelaskan. Mengingatkan, tempat terbaik untuk meminta, hanya Allah. Bukan dukun,
bukan presiden buka menteri atau peramal sakti yang mengaku bisa melihat dan
menge tahui segala sesuatu yang tersembunyi.
Tapi, Komeng tak bisa mencegah terlebih
menghalangi dengan cara yang ekstrem. Ia tahu, jika seseorang sudah
memposisikan dirinya sebagai sosok yang siap bekerja demi uang, tak akan bisa
dihadang. Sulit dibuat tersenyum sambil berpikir tenang. Terlebih, belum
sukses sudah membayangkan hasil yang akan diperolehnya,. Dan, Japra yang sudah
kerasukan hadiah dari mas Rebo, sebu ah motor baru, pasti sudah menyiapkan
semangatnya yang paling menggebu dan tak hentinya menderu.
“ Lu ikhlas, kan , kalo gue terima tawaran mas Rebo dan
lebih siap melaksanakan amanahnya timbang menolak kesempatan yang ada?” Tanya
Japra, yang kepaksa ngingetin Komeng, lantaran sudah diminta buat ngedoain tapi
malah kelihatan bengong dan bukannya cepat-cepat mendoakan
“Pra…kayaknye gue nggak punya alasan
buat nggak ikhlas, deh. Silahkan kalo memang menurut lu, yang mau lu kerjain
ini baik dan bermanfaat. Tapi, kalo malah madorat, lu jangan bilang gue kagak
ngingetin, ye”
“Meng…gue tuh cuman mau hadiahnye.
Motor baru, Meng. Motor baru. Kapan lagi gue dapet hadiah motor baru kalo
bukan dari kesempetan nyang dibuka seluas-luasnye ama mas Rebo?” Tandas Japra
Komeng tidak bisa ngomong apa-apa
lagi, selain nge-please-in kemauan dan tekad Japra yang kelihatannya memang
sudah sangat membaja. Dia yang nggak bisa melarang, gak mau menghalangi Japra, segera nyalamin Japra, dan mempersilahkan Japar
melaksanakan tugasnya.
Bukan berarti Komeng tidak menggaris
bawahi
Begitu Japra pamit dan lenyap dari
pandangannya, Komeng bergegas ambil air wudhu. Dengan ikhlas dia langsung
laksanakan shalat sunat dhuha. Komeng lantas berdo’a, agar yang dilakukan Japra
tidak membuahkan ha sil. Dan, Komeng yakin, Tuhan mendengar do’anya. Juga
yakin, Nurlela yang rajin ibadah dan sudah gemar beramaliah, tak akan tersentuh
oleh kesaktian mbah Jembrang Jembrong, yang kata Japra sangat pakar dalam ilmu
pellet memelet.
Setelah usai berusaha secara
batiniah, Komeng yang juga memohon agar Allah melindungi Nurlela dari kekuatan
sihir atau ilmu perdukunan yang sebenarnya tidak pernah bisa menang dan tidak
akan berhasil menga lahkan kekuatan hamba yang beriman, yang dilakukan Komeng
bukan menganalisa atau mengkuatirkan Nurlela, yang tengah diincar oleh Japra
agar hatinya yang ranum dengan aroma cinta, dipasrahkan buat mas Rebo
Komeng malah mengambil buku
berjudul Ke Surga Itu Gampang. Ia lebih perlu membaca, karena tak lama lagi
akan berangkat ke yayasan yatim piatu, untuk membimbing anak-anak di sana . Seminggu sekali,
setiap Sabtu siang, Komeng diberi amanah untuk memberi pela jaran Akhlak,
kepada anak-anak yatim piatu yang mukim di panti asuhan, milik yayasan Al
Ikhlas.
Komeng
lebih suka bertfikir tentang anak-anak yang hari ini dapat jatah bertemu
dengannya, timbang me mikirkan ulah dan apa yang akan dilakukan Japra ter hadap
Nurlela. Komeng sama sekali tak cemburu atau kuatir, jika apa yang dilakukan
Japra, malah membuahkan hasil.
Bukankah jika Nurlela tak ia dapatkan,
masih banyak wanita lain yang bisa ia pilih untuk dijadikan teman hi dup?
Wajah anak-anak di panti asuhan yang
sudah akrab dengan Komeng, seperti bermunculan di pelupuk matanya, saat ia
begitu serius melalap buku yang dibaca nya. Komeng tak ingin sekalipun mangkir
dari hadapan anak-anak yatim piatu, yang memang sangat membutuh kan bimbingan. Terlebih,
jatahnya datang dan mengajar di sana ,
hanya seminggu sekali.
Dan tiap Komeng berada di sana , bersama anak-anak
yatim piatu, yang sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang, ia tak hanya
merasa tenang, tentram dan bahagia. Tapi, sekaligus merasa bisa menikmati duka
nestapa mereka, yang sudah tak punya orangtua dan sangat membutuhkan orang lain
yang ikhlas membimbing, rela memberi dan arif dalam menumpahkan kasih sayang.
Bersambung………
0 Response to "MENUJU PELABUHAN CINTA (6)"
Posting Komentar