oleh : Oesman Ratmadja
WAJAR, jika penggemar sepakbola dengan nada kaget, mengatakan, " Tim sepakbola kita kalah ? Aaaah, itu sih biasa. Jangan dipikirin. Sebab, hobinya memang kalah "
Nyatanya, waktu lawan Liverpool emang nggak menang.
Begitu pun saat laga tanding menghadapi Arsenal. Kalah juga, kan?
Jadi, wajar aja pas menghadapi Chelsea ditekuk dengan angka mencolok 8-1.
Jadi, kalah itu memang sudah biasa, kan?
Makanya, tak perlu kaget, nggak usah heran dan jangan sesali kekalahan timnas. Sebab, dalam pertandingan apapun - khususnya sepakbola, kalah dan menang merupakan hal biasa. Jadi, nggak perlu bertanya dengan kalimat aneh. Misalnya, lantas, kapan timnas menang dalam pertandingan?
Pertanyaan di atas, menurut hemat saya, selain aneh juga sangat nyeleneh.
Aneh, karena kalau berharap menang sama artinya mimpi mampir ke tempat Gatot Kaca yang kalau mau ngopi nangkring di pojokan awan. Sambil ngopi, Gatot Kaca leluasa menghitung pesawat terbang yang melintas. Doski nggak bakalan usil, kecuali di pesawat ada Srikandi, yang sengaja mencarinya karena kangen. Nah, timbang mimpi seperti itu, kan lebih baik kita kembali ke realita. Balik ke dunia nyata dan bisa menarik nafas lega tanpa harus direcoki oleh kekalahan yang memang sudah dijadikan hobi.
Pokoknya, tak perlu bersikap keras kepala seperti tetangga saya, Mas Bejo.
. Mas Bejo adalah fans berat timnas. Beliau tak pernah siap menerima kenyataan bila ada yang mengatakan lagi lagi timnas kalah dari tim lawan.
Menurut Mas Bejo, yang dialami timnas bukan kekalahan. Tapi, mengalah. Timnas itu, kata Mas Bejo, selalu mengalah bukan berarti tidak bisa menang. Melainkan, tak pernah mau ngotot untuk menang. Jadi, yaa lebih baik mengalah.
Semua itu dilakukan karena masih menerapkan strategi agar para pengurus sepakbola di Indonesia, tidak terus menerus membangun dan mengembangkan budaya konflik. Saya yakin, kata Mas Bejo, kalau para pengurus sepakbola Indonesia sudah bisa mengedepankan arti penting memperjuangkan sepakbola untuk Indonesia, dan bukan memperjuangkan untuk kelompok, para pemain akan mengeluarkan kemampuan aslinya. Yaitu, kemampuan memenangkan pertandingan.
Kemampuan ke arah mudah meraih kemenangan, menurut Mas Bejo, sangat dimiliki oleh para pemain. Hanya, selama pengurus tetap mempertahankan manajemen konflik, selama itulah kemampuan yang mumpuni diistirahatkan. Yang kemudian dilakukan adalah mengalah dalam setiap pertandingan.
" Tapi, barusan saja kebobolan delapan gol dan hanya bisa membalas satu gol, mas?" ujar isteri mas Bejo, yang nggak mau nyediain kopi untuk suaminya lantaran mas Bejo berjanji agar isterinya tidak membuatkan kopi jika Chelsea yang menang.
" Yaa, kalau cuman delapan sih kecil. Jauh dari target. Kalau kebobolan sembilan gol, baru saya merasa sah untuk pusing. Sekarang, walau saya nggak dibikinin kopi, nggak mungkin saya ikhlas untuk stress. Sebab, begitulah memang teori yang diterapkan dalam mengalah saat bertanding," ujar mas Bejo, yang malas mematikan televisi meski pertandingan sudah usai.
Karena nggak mau berdebat dengan mas Bejo, sang isteri lantas meninggalkannya ke kamar.
Begitu melihat isterinya masuk ke dalam kamar, Bejo dengan tanpa ragu atau takut ketahuan sang isteri berujar : " Chelsea... Chelsea... dikau nakal, deh. Tega teganya kamu memasukkan delapan gol"
0 Response to "CHELSEA, DIKAU NAKAL DEH"
Posting Komentar