IPAH gregetan. Malah beranjak ke kesal. Pasalnya,
Arman yang keliatannya mempertimbangkan, mikirnya kekiwatan lama. Padahal,
menurut IPAH, kalau setuju, kan tinggal bilang oke. Jika sebaliknya, tidak setuju,
jangan bilang tidak oke. Tapi, maaf yaa mungkin lain kali baru saya bisa. Jika
sekarang, kan saya harus berangkat kerja atau harus ikut ujian di kampus
“
Nah,,apa susahnya, kan?”
Itu
kata IPAH, lhoo. Batinnya bilang kayak gitu, gak lain lantaran baru kali
ini IPAH mendadak merasa kepincut sama
seorang cowok yang kalau kebetulan bermata elang dan kalau pun bermata kampret
IPAH belum tentu tidak suka. Soalnya, Arman
punya kelebihan lain, yaitu, memiliki kepedulian yang tinggi. Kayaknya,
Arman yang kesenggol oleh IPAH, bukan pamerkan sebal malah bergegas
menolongnya. Lantas, Arman bergegas ingin meninggalkannya.
Keinginan
segera meninggalkan IPAH setelah menolong mengambil belanjaan yang serserakan
ke tanah, lebih kuat timbang memanfaatkan momen itu untuk segera berkenalan dan
kemudian merayu IPAH. Itu sebabnya IPAH
berusaha untuk meraih simpati atau empati Arman. Dan jika Arman berkenan, IPAH
tak saja bakal memperkenalkan pada ibunya, tapi sekaligus mengakuinya sebagai
pacar yang kelak akan menjadi teman
hidup yang membahagiakan.
IPAH
yang tak sabar menunggu jawaban, akhirnya terhenyak.Pasalnya, Arman malah
meninggalkan IPAH tanpa sepatah kata. IPAH yang kaget tak bisa mengucap apapun,
kecuali memutar tubuhnya agar bisa melihat sosok ARMAN yang baru saja melintas
dan karena larinya begitu cepat, membuat
IPAH pun harus memutar tubuh dengan cepat, sehingga dapat melihat ke mana Arman
pergi
IPAH
mengira Arman bakal langsung naik ke
sebuah angkot yang bersamaan dengan leluasanya
IPAH memandang sosok Arman, dia melihat angkot itu menepi dan berhenti.
Sepertinya sopir sengaja nberhenti karena akan mengambil Arman sebagai
penumpang barunya. Nyatanya, angkot hanya menurunkan penumpang dan Arman
menghampiri seorang ibu tua yang nampaknya kesulitan untuk menyebrang ke
sebrang jalan.
Melihat
apa yang jelas nampak dalam pandangannya, IPAH yang sebenarnya sempat menduga
Arman akan meninggalkan dirinya tanpa pesan apalagi kesan, ternganga. Sekejap
kemudian, IPAH terpesona mengingat yang dilihat nyata olehnya sangat di luar
dugaan namun langsung membuahkan kesan yang boleh jadi bakal sulit dilupakan.
IPAH
yakin, apa yang baru saja dilakukan oleh Arman tak akan ada yang tertarik untuk
melakutau kan hal yang sama. Buktinya, ada beberapa lelaki yang kayaknya sebaya
dengan Arman, namun yang kemudian menolong ibu tua itu menyebrang, justeru
Arman. Padahal, saat itu Arman tengah berdiri di depannya dan sedang
mempertimbangkan tawaran IPAH untuk mampir ke rumahnya.
Nyatanya,
justru Arman yang bertindak cepat dan dengan kepedulian yang melekat di
jiwanya, Arman menuntun ibu itu menyebrang dan sepertinya setelah disebrangkan
si ibu berterima kasih pada Arman. Baru kemudian dia melenggang, meninggalkan
Arman yang beberapa saat memperhatikan langkahnya, dan tak lama Arman berpaling.
IPAH
yakin, Arman mencari cari keberadaan dirinya. Keyakinan itulah yang membuat
IPAH spontan beranjak, Dia seperti tak punya hasrat untuk segera kembali ke
rumah dengan belanjaannya, karena saat itu hasrat IPAH hanya ingin mendengar
jawaban Arman yang dia undang ke rumah.
Bersambung
0 Response to "CINTA TANPA AGUNAN (2)"
Posting Komentar