KEPALSUAN selalu menerobos ke permukaan dan boleh jadi sebagai penyeimbang sehingga yang orisinil selalu diuji apakah keorsinilannya tidak oleng atau malah berubah menjadi palsu atau memang lebih suka menjadi sosok tokoh yang terlanjur suka dan berkarakter palsu.
Kepalsuan, memang tak akan berakhir kecuali dunia berakhir dan tentu saja jiwa jiwa yang palsu hanya bisa menyesali perbuatannya ketika melanglang hidup di dunia, namun sesal dan permintaannya untuk kembali ke dunia agar bisa mengaplikasikan keorsinilan, bakalan sia-sia. Dan bukan Sang Maha Pencipta yang menjebloskannya ke tempat penyiksaan, melainkan kepalsuannya itulah yang membuatnya tidak bisa menikmati indahnya surga.
Bukankah Allah Subhanallah Ta'ala telah menjelaskan dan lewat Al Qur'an, sedemikian gamblang bahwa siapa yang menebar kebaikan bakal diganjar dengan kebaikan sedangkan yang menebar keburukan bakal menuai keburukan dan untuk perbuatan buruk, hanya jadi sesal panjang yang sama sekali tak berguna.
Vaksin yang dipalsukan dan akhirnya terungkap oleh pihak berwajib, sesungguhnya tidaklah mengejutkan. Sebab, pemalsuan tak hanya dikemas untuk vaksin. Tapi juga obat-obatan, alat kosmetik dan berbagai produk lain. Semua dilakukan oleh mereka yang kehilangan moral akibat hasrat tak terkendali.
Padahal, untuk menjadi kaya raya tak ada larangan. Tapi dengan cara yang buruk, meski awalnya merasa sukses dan dapat mengeruk banyak keuntungan, tapi pada akhirnya setiap keburukan tidaklah kekal. Soal terungkapnya perbuatan buruk itu, hanya menunggu waktu. Sebab, tak ada keburukan yang abadi. Artinya, setelah berhasil memalsukan dan menikmati keuntungan, akhirnya bakal terendus dan tertangkap juga.
Jika kejahatan pemalsuan vaksin sudah terungkap, maka wajar jika masyarakat bereaksi. Bukan saja karena selama ini telah diperdaya dengan seenaknya, tapi reaksi masyarakat menyeruak lantaran timbul kekhawatiran terhadap nasib anak -anak yang sudah terlanjur divaksin, dan hasrat memberi vaksin pada anak-anak, dilakukan karena agar anak anak bisa tumbuh kembang dengan baik, sesuai dengan yang diharapkan.
Nah, kalau ternyata yang dimasukkan ke dalam tubuh bocah ternyata vaksin palsu, bagaimana mungkin masyarakat tidak bereaksi?
Meski kita semua tahu arti penting sebuah rumah sakit, namun jika rumah sakit disalah gunakan oleh ahli medis untuk menebar vaksin palsu demi memenuhi hasratnya mengeruk keuntungan, layakkah rumah sakit yang sengaja menggunakan vaksin palsu tetap dibiarkan beroperasi?
Sepertinya, tidak. Mengapa? Untuk apa sebuah rumah sakit dibangun dan dioperasikan, jika digunakan untuk tujuan yang merugikan masyarakat. Jadi, selain izinnya harus dicabut, mereka yang terlibat pun, setelah dijadikan tersangka harus dijatuhi hukuman berat. Sebab, yang dilaksanakan oleh mereka bukan untuk membangun kesehatan para bocah agar menjadi generasi penerus yang sehat, cerdas, dan bertanggung jawab . Tapi justeru secara terencana membahayakan kesehatan para bocah yang dianjurkan untuk divaksin, namun vaksin yang digunakan justeru vaksin palsu.
Jika kenyataan jsuteru seperti ini, mungkinkah masyarakat tidak marah?
Tentu maunya marah. Hanya, semoga masyarakat dapat meredam amarah dengan bijak dan berkenan menyelesaikan masalah ini sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Dan, setidaknya, pemerintah harus memberi kontribusi atas kerugian yang diderita oleh masyarakat yag putra dan putrinya telah jadi korban vaksin palsu.
Apakah riwayat vaksin palsu akan tetap menyeruak ke berbagai rumah sakit dan kembali mamakan korban anak anak yang harus diimunisasi? Semoga riwayat vaksin palsu hanya sampai di sini
Kepalsuan, memang tak akan berakhir kecuali dunia berakhir dan tentu saja jiwa jiwa yang palsu hanya bisa menyesali perbuatannya ketika melanglang hidup di dunia, namun sesal dan permintaannya untuk kembali ke dunia agar bisa mengaplikasikan keorsinilan, bakalan sia-sia. Dan bukan Sang Maha Pencipta yang menjebloskannya ke tempat penyiksaan, melainkan kepalsuannya itulah yang membuatnya tidak bisa menikmati indahnya surga.
Bukankah Allah Subhanallah Ta'ala telah menjelaskan dan lewat Al Qur'an, sedemikian gamblang bahwa siapa yang menebar kebaikan bakal diganjar dengan kebaikan sedangkan yang menebar keburukan bakal menuai keburukan dan untuk perbuatan buruk, hanya jadi sesal panjang yang sama sekali tak berguna.
Vaksin yang dipalsukan dan akhirnya terungkap oleh pihak berwajib, sesungguhnya tidaklah mengejutkan. Sebab, pemalsuan tak hanya dikemas untuk vaksin. Tapi juga obat-obatan, alat kosmetik dan berbagai produk lain. Semua dilakukan oleh mereka yang kehilangan moral akibat hasrat tak terkendali.
Padahal, untuk menjadi kaya raya tak ada larangan. Tapi dengan cara yang buruk, meski awalnya merasa sukses dan dapat mengeruk banyak keuntungan, tapi pada akhirnya setiap keburukan tidaklah kekal. Soal terungkapnya perbuatan buruk itu, hanya menunggu waktu. Sebab, tak ada keburukan yang abadi. Artinya, setelah berhasil memalsukan dan menikmati keuntungan, akhirnya bakal terendus dan tertangkap juga.
Jika kejahatan pemalsuan vaksin sudah terungkap, maka wajar jika masyarakat bereaksi. Bukan saja karena selama ini telah diperdaya dengan seenaknya, tapi reaksi masyarakat menyeruak lantaran timbul kekhawatiran terhadap nasib anak -anak yang sudah terlanjur divaksin, dan hasrat memberi vaksin pada anak-anak, dilakukan karena agar anak anak bisa tumbuh kembang dengan baik, sesuai dengan yang diharapkan.
Nah, kalau ternyata yang dimasukkan ke dalam tubuh bocah ternyata vaksin palsu, bagaimana mungkin masyarakat tidak bereaksi?
Meski kita semua tahu arti penting sebuah rumah sakit, namun jika rumah sakit disalah gunakan oleh ahli medis untuk menebar vaksin palsu demi memenuhi hasratnya mengeruk keuntungan, layakkah rumah sakit yang sengaja menggunakan vaksin palsu tetap dibiarkan beroperasi?
Sepertinya, tidak. Mengapa? Untuk apa sebuah rumah sakit dibangun dan dioperasikan, jika digunakan untuk tujuan yang merugikan masyarakat. Jadi, selain izinnya harus dicabut, mereka yang terlibat pun, setelah dijadikan tersangka harus dijatuhi hukuman berat. Sebab, yang dilaksanakan oleh mereka bukan untuk membangun kesehatan para bocah agar menjadi generasi penerus yang sehat, cerdas, dan bertanggung jawab . Tapi justeru secara terencana membahayakan kesehatan para bocah yang dianjurkan untuk divaksin, namun vaksin yang digunakan justeru vaksin palsu.
Jika kenyataan jsuteru seperti ini, mungkinkah masyarakat tidak marah?
Tentu maunya marah. Hanya, semoga masyarakat dapat meredam amarah dengan bijak dan berkenan menyelesaikan masalah ini sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Dan, setidaknya, pemerintah harus memberi kontribusi atas kerugian yang diderita oleh masyarakat yag putra dan putrinya telah jadi korban vaksin palsu.
Apakah riwayat vaksin palsu akan tetap menyeruak ke berbagai rumah sakit dan kembali mamakan korban anak anak yang harus diimunisasi? Semoga riwayat vaksin palsu hanya sampai di sini
0 Response to "VAKSIN PALSU, RIWAYATMU KINI"
Posting Komentar