MENDENGAR dering dari HPnya yang bulan silam baru lunas, seketika Misalkan terhenyak. Jantungnya berdegup kencang dan Misalkan jadi malah takut untuk mengangkatnya. Perlahan, Misalkan melihat ke layar hp. Pas tahu yang menghubungi ibunya, dan bukan Jikalauti, pacarnya, Misalkan yang barusan kuatir, langsung sumringah.
Tanpa buang waktu, Misalkan segera menyapa ibunda tercinta dengan salam. Dan, mendengar jawaban salam dari ibunya, Misalkan makin lega. Sebab, Misalkan dapat menyimpulkan keriangan suara ibunya, pertanda ibunda tercinta sedang hepi. Boleh jadi karena dua kakaknya, Andaikata dan Umpama sudah mudik, dan karena mereka pegawai negeri, pasti tak cuma sudah memberi hadiah pada ibunya. Tapi, juga memberi uang. Dan, Misalkan berencana akan minta dikirim uang karena dia akan mudik dan berlebaran di kampung halaman, bersama ibu tercinta dan saudaranya.
Setelah tegur sapa sejenak, Misalkan ingin bilang, " bu..tolong kirim uang agar saya bisa pulang ".
Namun, belum lagi Misalkan mengatakan hal yang dianggapnya sangat penting, dia mendengar suara ibunya yang jelas sangat sendu. Bukan senang duit atau senang duduk. Tapi, sedang duka.
" Nak... kalau kamu punya uang simpanan yang kamu peroleh dari menyimpan sebagian uang untuk biaya kuliahmu di Jakarta, tolong segera kirim ke rekening ibu. Soalnya, uang pensiun ayah yang baru saja ibu ambil, diambil orang waktu ibu berada diangkot. Kamu bisa kan, nak, memenuhi permintaan ibu, yang gara gara kehilangan uang, jangankan bisa beli baju baru. Untuk membeli bahan untuk membuat kue lebaran saja ibu tak mampu"
Eeeeh busyeeeet deh... gak mungkin, kan, Misalkan jadi tidak sedih?
Dia mendadak sedih. Mau minta dana buat biaya mudik, malah diminta kirim uang ke ibunda yang uangnya amblas dicopet maling brengsek yang di bulan ramadhan bukan beribadah malah nyopet uang pensiun ibunya. Misalkan, jadi kesulitan untuk menyahut
" Nak... kenapa kamu diam saja? Ibu bicara serius dan sangat berharap kamu bisa bantu ibu. Ibu yakin, waktu di sini saja kamu suka banget menyisihkan uang jajan untuk ditabung. Selama kuliah di jakarta, kamu pasti melakukan hal yang sama. Percayalah nak, lusa, kalau kakakmu datang ibu akan ganti dan sekaligus mengirim untuk biaya kamu pulang mudik "
Kalau saja Misalkan sudah duduk sebagai pejabat atau sudah bekerja dimana saja, gak mungkin mendengar kalimat seperti itu Misalkan bisa sedih. Malah, sebelum hal tersebut diungkapkan, dia sudah mengirim uang untuk ibunya. Saat ini ? Walaaaah walaaaah.. gimana ngejawabnya.
" Bu..." Sahut Misalkan yang akhirnya bisa membuka suara meski sebenarnya sulit baginya untuk menyahut apalagi menjelaskan, kalau selama setahun di Jakarta dirinya tak bisa menabung karena sudah punya pacar.
" Kalau saya punya uang, dari kemarin sudah beli pulsa dan menghubungi ibu, karena saya butuh biaya untuk pulang agar bisa berlebaran di kampung bersama ibu "
" Jadi kamu tidak melanjutkan hobimu menabung dari uang jajan seperti yang sudah kamu lakukan dengan baik saat di kampung?" Tanya ibunya.
" Bu..waktu di kampung, kan, saya tidak mikirinn soal makan karena di rumah ibu selalu menyiapkan makanan. Di sini, jangankan untuk makan, bu. Keperluan sehari hari selain untuk kuliah, kan harus saya tanggung dan uang bulanan yang ibu kirim untuk saya, gak pernah ada lebihnya bu. Lalu, bagaimana mungkin saya dapat memenuhi permintaan ibu. Mohon maaf, bu " Misalkan terpaksa menjelaskan apa adanya, dan sama sekali tak terpikat untuk mengatakan ada apanya.
"Kalau saja uang pensiun ayah tidak dicopet oleh mahluk tak berperi-keuangan, kamu pasti bisa mudik dan ibu bisa menyiapkan hidangan lebaran. Kali ini, ibu tak sedih jika kamu tidak bisa mudik, nak. Sudah dulu yaa nak. Ibu akan berdoa agar kedua kakakmu tiba secapatnya"
Misalkan yang sebenarnya kangen, terpaksa membiarkan ibunya menutup hpnya.
Dia tak ingin mencegahnya, karena tak ingin semakin sedih lantaran kemungkinan mudik, sangat tipis. Kecuali kedua kakaknya tiba secepatnya, dan berkenan memenuhi saran ibunya agar mengirim uang kepada adiknya yang sedang kuliah, untuk biaya mudik
Jika tidak ? Ayoo gimana?
Tanpa buang waktu, Misalkan segera menyapa ibunda tercinta dengan salam. Dan, mendengar jawaban salam dari ibunya, Misalkan makin lega. Sebab, Misalkan dapat menyimpulkan keriangan suara ibunya, pertanda ibunda tercinta sedang hepi. Boleh jadi karena dua kakaknya, Andaikata dan Umpama sudah mudik, dan karena mereka pegawai negeri, pasti tak cuma sudah memberi hadiah pada ibunya. Tapi, juga memberi uang. Dan, Misalkan berencana akan minta dikirim uang karena dia akan mudik dan berlebaran di kampung halaman, bersama ibu tercinta dan saudaranya.
Setelah tegur sapa sejenak, Misalkan ingin bilang, " bu..tolong kirim uang agar saya bisa pulang ".
Namun, belum lagi Misalkan mengatakan hal yang dianggapnya sangat penting, dia mendengar suara ibunya yang jelas sangat sendu. Bukan senang duit atau senang duduk. Tapi, sedang duka.
" Nak... kalau kamu punya uang simpanan yang kamu peroleh dari menyimpan sebagian uang untuk biaya kuliahmu di Jakarta, tolong segera kirim ke rekening ibu. Soalnya, uang pensiun ayah yang baru saja ibu ambil, diambil orang waktu ibu berada diangkot. Kamu bisa kan, nak, memenuhi permintaan ibu, yang gara gara kehilangan uang, jangankan bisa beli baju baru. Untuk membeli bahan untuk membuat kue lebaran saja ibu tak mampu"
Eeeeh busyeeeet deh... gak mungkin, kan, Misalkan jadi tidak sedih?
Dia mendadak sedih. Mau minta dana buat biaya mudik, malah diminta kirim uang ke ibunda yang uangnya amblas dicopet maling brengsek yang di bulan ramadhan bukan beribadah malah nyopet uang pensiun ibunya. Misalkan, jadi kesulitan untuk menyahut
" Nak... kenapa kamu diam saja? Ibu bicara serius dan sangat berharap kamu bisa bantu ibu. Ibu yakin, waktu di sini saja kamu suka banget menyisihkan uang jajan untuk ditabung. Selama kuliah di jakarta, kamu pasti melakukan hal yang sama. Percayalah nak, lusa, kalau kakakmu datang ibu akan ganti dan sekaligus mengirim untuk biaya kamu pulang mudik "
Kalau saja Misalkan sudah duduk sebagai pejabat atau sudah bekerja dimana saja, gak mungkin mendengar kalimat seperti itu Misalkan bisa sedih. Malah, sebelum hal tersebut diungkapkan, dia sudah mengirim uang untuk ibunya. Saat ini ? Walaaaah walaaaah.. gimana ngejawabnya.
" Bu..." Sahut Misalkan yang akhirnya bisa membuka suara meski sebenarnya sulit baginya untuk menyahut apalagi menjelaskan, kalau selama setahun di Jakarta dirinya tak bisa menabung karena sudah punya pacar.
" Kalau saya punya uang, dari kemarin sudah beli pulsa dan menghubungi ibu, karena saya butuh biaya untuk pulang agar bisa berlebaran di kampung bersama ibu "
" Jadi kamu tidak melanjutkan hobimu menabung dari uang jajan seperti yang sudah kamu lakukan dengan baik saat di kampung?" Tanya ibunya.
" Bu..waktu di kampung, kan, saya tidak mikirinn soal makan karena di rumah ibu selalu menyiapkan makanan. Di sini, jangankan untuk makan, bu. Keperluan sehari hari selain untuk kuliah, kan harus saya tanggung dan uang bulanan yang ibu kirim untuk saya, gak pernah ada lebihnya bu. Lalu, bagaimana mungkin saya dapat memenuhi permintaan ibu. Mohon maaf, bu " Misalkan terpaksa menjelaskan apa adanya, dan sama sekali tak terpikat untuk mengatakan ada apanya.
"Kalau saja uang pensiun ayah tidak dicopet oleh mahluk tak berperi-keuangan, kamu pasti bisa mudik dan ibu bisa menyiapkan hidangan lebaran. Kali ini, ibu tak sedih jika kamu tidak bisa mudik, nak. Sudah dulu yaa nak. Ibu akan berdoa agar kedua kakakmu tiba secapatnya"
Misalkan yang sebenarnya kangen, terpaksa membiarkan ibunya menutup hpnya.
Dia tak ingin mencegahnya, karena tak ingin semakin sedih lantaran kemungkinan mudik, sangat tipis. Kecuali kedua kakaknya tiba secepatnya, dan berkenan memenuhi saran ibunya agar mengirim uang kepada adiknya yang sedang kuliah, untuk biaya mudik
Jika tidak ? Ayoo gimana?
0 Response to "MISALKAN NGGAK BISA MUDIK"
Posting Komentar