MENUJU PELABUHAN CINTA (17)







oleh : Oesman Ratmadja



SEBENARNYA, Komeng sama sekali  nggak  merasa memotivasi Japra. Cuma, Japra yang memang lagi butuh seseorang yang memotivasi dirinya, menganggap Komeng tak sebates the best friend yang nggak ada duanye. Tapi juga teman terbaik yang sabar dan bijak

Nah bayangin aja, meski tahu banyak yang kepengen merapat ke pelabuhan cinta seorang cewek kece dan Komeng punya kans besar buat  menyandarkan kapal cintanya di sana, yang namanya Komeng bukannye cemburu atawa nunjukin kesal, eeeh... malah mempersilahkan Japra nyomblangin cintanya mas Rebo

Kedua, meski tahu dirinya nekad memperjuangkan cinta mas Rebo agar sang dara cantik menghidupkan lampu hijau, yang namanya Komeng, bukan nyukurin karena Japra sudah dua kali kesamber naas, malah memberi semangat yang hebat. Membuat semangat Japra yang setelah dilempar sepatu bot langsung melorot, setelah berkonsultasi gratis dengan Komeng, yang melorot hanya tinggal celana kolornya. Sedangkan semangatnya, kembali memuai.

Saking semangatnya, kopi dicangkir yang mulanya rada dicuekin karena Japra kuatir rasanya tetap asin, langsung diseruput habis sampai ke hitam hitam kopinya. Saat reguk kopi buatan kedua, Japra gak peduli apakah rasanya asin atawa manis. Tapi, setelah tahu dan menikmati asyiknya kopi manis buatan Komeng, tanpa merasa mokal sedikitpun, Japra yang sudah punya semangat baru minta kopi maning.

"Lo datang kesini mau ngopi pake nambah apa mau diskusi soal nasib lo, sih?" Komeng berbalik heran

"Meng... semangat gue udeh kembali menggebu. Nah, sebelum semangat yang menggebu ini gue curahkan buat memperjuangkan cintanya mas Rebo yang siap ngasih gue sebuah sepeda motor, apa salahnya kalo gue curahkan ke kopi terlebih dahulu. Gue yakin, nasehat lo mengandung banyak pahala. Dan, kopi buatan lo yang gue nikmati dengan semangat menggebu, pasti jadi ibadah yang bisa lo jadikan bekal buat ke surga," ujar Japra

Mendengar alasan dan melihat kondisi Japra yang sudah kembali tegar dan sepertinya siap maju ke medan asmara untuk bertempur di areal cinta, Komeng jadi nggak punya alasan buat nolak permintaan Japra, yang sebenarnya nyebelin tapi di dalamnya mengandung hikmah. Yaa, menurut Komeng, ada hikmah karena sebenarnya dia yakin, Japra akan kembali gagal karena dia berjuang bersama pamrih.

Demi cinta orang lain, dia rela memperjuangkannya. Tapi demi masa depannya, dia malas belajar dan menuntut ilmu cuma pekerjaan yang bikin ribet dan musingin otak. Sekarang, baru Japra merasakan, betapa sulit meraih manfaat jika di saat sekolah, peluang menuntut ilmu disia siakan.

Padahal, waktu sekolah Japra termasuk sosok murid yang sangat rajin. Pertama, rajin bolos. Saking rajinnya, Japra cuma masuk di hari Senin. Selebihnya, nangkring dimana dia mau nongkrong yang penting bisa menghabiskan waktu, dan saat pulang ke rumah memang tepat waktu. Tapi, sama sekali gak tahu ilmu karena pelajaran demi pelajaran tak pernah diikuti.

Kedua, Japra rajin ngebohongin nyokap ples bokapnya. Dia rajin minta uang untuk beli anu dan itu, padahal jangankan beli buku, beli seragam aja dia ogah. Gak heran kalau akhirnya Japra sangat disayang oleh para guru. Buktinya, para guru sepakat untuk tidak memberi kesempatan pada Japra untuk melupakan sekolah. Dua tahun berturut turut statusnya disamakan. Karena nggak naik kelas terus, akhirnya Japra memutuskan untuk berhenti sekolah.

Bapak dan ibu guru hanya memberi saran agar kalau Japra pindah ke sekolah lain, mengubah rajin bolos dan rajin cipoanya dirubah menjadi rajin belajar dan rajin ibadah.   



Bersambung.....

0 Response to "MENUJU PELABUHAN CINTA (17)"