BARANG BAU HARGANYA SELANGIT

oleh : Oesman Ratmadja






         PARA tetangge bu Marni selalu berpikir positif. Mangkanye, nggak pernah nuding tante Marni sebagai sosok yang sombong. Mereka percaya, kalau bu Marni nyang di Rt sekian Rw segitu dikenal paling tajir, nggak suka sama pete. Apalagi jengkol.
         "Soalnya," kilah bu Marni, " Baunya itu, lhoo, yang bikin saya jadi langsung kepingin muntah. Lagi pula, apa sih susahnya untuk tidak makan pete apalagi jengkol. Toh, tanpa makan kedua benda yang baunya selangit itu, kita tidak mati. Tidak rugi" Kata Bu Marni yang sesungguhnya sangat senang kalau para tetangga memanggilnya Tante Marni
        Makanya, para tetangga yang selama ini tahu kalau doski nggak suka pete dan nggak senang jengkol, saat memasak dua jenis makanan khas Indonesia yang rasanya disuka tapi baunya dibenci dan dijadikan bahan seloroh, lebih memilih untuk tidak menawarkan apalagi mengantar makanan yang di dalamnya ada pete dan jengkol. Terlebih, jika khusus masakan khas pete dan jengkol.
        Hanya, sama sekali tak ada yang menyangka jika di saat arisan erte, bu Marni yang sua royal jika dipanggil tante Marni, justeru ngegerutu hebat dan membuat ibu ibu lain terperanjat. Pasalnya, gerutuan bu Marni yang sangat identik dengan menumpahkan kesal, justeru bukan soal ulah suaminya yang kerap pulang malam. Tapi, dia menggerutu hebat soal pete dan jengkol yang belakangan harganya naik, melambung sampai ke langit.
        " Kalau saja saya punya akses untuk bisa masuk langsung ke istana dan ketemu sama Presiden, pasti sudah saya laporkan dan meminta agar bapak presiden menindak para tengkulak yang menjual pete dan jengkol dengan harga yang mencekek leher." ujar bu Marni
       " Presiden pasti tahu kalau kedua jenis komoditi itu, meski bukan sebagai bahan pokok, namun sangat disukai oleh masyarakat Indonesia," tambahnya.
      "Lhoo, kok bu Marni begitu sewot, sih? Kan setahu kita bu Marni nggak suka sama pete apalagi yang namanya jengkol," sahut bu Hanafi, yang merasa bingung karena bu Marni, ngegerutu soal harga pete dan jengkol yang melambung
      "Siapa yang bilang saya tidak suka jengkol sama pete?" Sergah bu Marni dengan raut wajah berpoles emosi.
      Tentu saja ibu ibu terpana. Mereka Kaget. Tak menyangka bisa  mendengar ucapan bu Marni yang menurut mereka malah kontradiktif. Setelah beberapa saat sepi padahal nggak ada setan yang mampir apalagi lewat, bu Hanafi yang orangnya gak suka basa basi, kembali bersuara.
      "Seingat saya, bu Marni sendiri deh, yang bilang kayak gitu?"
      "Apa? " Sergah bu Marni
      "Saya sendiri yang bilang kalau saya tidak suka sama pete dan jengkol. Bu... dengar yaa, nggak mungkin saya memfitnah diri saya sendiri. Sebab, sampai kapan pun, kalau di rumah saya selalu nyetok jengkol. Sampai sampai, saya beli kulkas satu pintu, dan khusus saya gunakan sebagai tempat menyimpan jengkol"
     Ibu ibu makin bingung.
     Sebab gara gara harga jengkol dan pete melambung tinggi, bu Marni yang sangat mereka ketahui pernah - bahkan sering, mengatakan tidak suka makan jengkol nggak doyan pete, saat arisan, tak hanya ngegerutu soal harganya yang meroket. Tapi juga mengaku, kalau dia penggemar berat kedua komoditi yang saat ini tengah dibicarakan karena harganya berlipat lipat dari harga beras termahal
     "Ingat yaa ibu ibu, mulai hari ini jangan ada lagi yang mengatakan apalagi menyangka saya sebagai anak bangsa yang tidak suka sama pete dan jengkol. Sebab, meski di lingkungan erte kita saya dikenal sebagai warga paling tajir, saya tak akan pernah jadi orang sombong. Tak akan pernah melupakan pete ples jengkol."
     Ibu ibu yang pusing juga mendengar gerutuan bu Marni, serempak bersuara
     "Ooooooooooo.... kirain bu Marni anti makan jengkol dan nggak suka sama pete"
     Dibegitukan oleh ibu ibu, bu Marni sama sekali tidak marah. Sebab, kekesalannya tercurah pada jengkol dan pete. Bukan karena aroma baunya yang menyengat. Tapi, kok bisa, barang bau harganya bisa sampai ke langit

0 Response to "BARANG BAU HARGANYA SELANGIT"