Oleh : Oesman Ratmadja
EMPAT PULUH DELAPAN
Sumirah yang di saat bersamaan
sedang menatap ke arah Bondan, sangat tak menyangka jika perkataannya membuat
Bondan menoleh se ketika dengan tatapan yang membuatnya terpera ngah. Meski
Sumirah tahu, di dalamnya tak ada muatan maksud apapun – terlebih nakal, tetap membuat
Sumirah tak luput dari rasa kikuk. Ma salahnya, tatapan itu. Ooh, mak. Mengingatkan
Sumirah pada almarhum pak Sadewa, suaminya, yang juga ayah kandung Bondan.
Untung Sumirah yang menyadari
situasi tak ingin momen yang paling
diharapkan beru bah menjadi hal yang tak diinginkan, berusaha untuk menjinakkan
hatinya, agar dirinya tak ber prasangka. Juga tidak mengapresiasinya dengan
keliru. Jika hal itu yang terjadi, Sumirah kuatir ia akan kehilangan peluang
yang paling di tunggu.
Meski awalnya kendala terasa menyulit kan dan membuat
Sumirah harus bersikap hati-hati, agar yang sudah direncanakan tidak beranta
kan, ujung-ujungnya, yang kemudian dirasakan Sumirah adalah kemudahan.
Sumirah akhirnya mendapat peluang
dan ia bisa menjelaskan berbagai hal
yang perlu dije laskan. Sumirah yang leluasa mengungkap per masalahan -- yang
boleh jadi membuat Bondan merasa pengap karena sejauh ini Bondan tak tahu apa
yang sebenarnya terjadi dan mengapa hal yang menimpa keluarga mereka, bisa
terjadi, me narik nafas lega .
Pada akhirnya, Sumirah benar-benar
me rasakan betapa indahnya nikmat berdoa dan sela lu bersyukur pada Sang
Khalik. Sumirah, kini sudah merasa lega dan ia bisa pasrah, karena te lah
menyampaikan hal yang sebelumnya tak hanya tidak diketahui oleh Bondan. Tapi,
juga hal lain yang tak sekedar untuk diketahui. Bon dan justeru harus
mengapresiasi dengan sebaik baiknya. Bahkan, dengan kebijakan, kearifan dan
kedewasaan berfikir, bersikap dan bertindak.
Dan, sejak segalanya diungkapkan,
Su mirah hanya tinggal menunggu reaksi dan sekali gus apresiasi dari Bondan.
Jika dari aspek perka winan ayahnya dengan dua wanita lain, dijadikan alasan kuat
oleh Bondan untuk bersikap dan ber tindak tegas karena alasan itulah yang
membuat diri nya menderita, dan atas penderitaannya selama ini, Bondan lantas
ingin membalas sakit hatinya, tak seorang pun yang berhak mencegah Bondan untuk
mengambil keputusan dalam bentuk apapun, meski dampaknya sangat tidak
mengenakkan bagi Sumirah
Jika pun sebaliknya – dalam arti
Bondan melupakan masa silam, dan akhirnya ia mengap resiasi soal warisan pak
Sadewa yang semua dikhususkan untuknya dan untuk itu, Bondan yang diwasiatkan
sebagai pemilik seluruh harta kekayaan ayah kandungnya yang bernama pak Sadewa, dia ingin menjadi penerima warisan
yang dapat bersikap arif dan bijak dalam mengambil keputusan, bukan berarti
Sumirah merasakan hal sebaliknya.
Bersambung….
<script>
(function(i,s,o,g,r,a,m){i['GoogleAnalyticsObject']=r;i[r]=i[r]||function(){
(i[r].q=i[r].q||[]).push(arguments)},i[r].l=1*new Date();a=s.createElement(o),
m=s.getElementsByTagName(o)[0];a.async=1;a.src=g;m.parentNode.insertBefore(a,m)
})(window,document,'script','//www.google-analytics.com/analytics.js','ga');
ga('create', 'UA-42090194-1', 'sirajapantun.com');
ga('send', 'pageview');
</script>
<script>
(function(i,s,o,g,r,a,m){i['GoogleAnalyticsObject']=r;i[r]=i[r]||function(){
(i[r].q=i[r].q||[]).push(arguments)},i[r].l=1*new Date();a=s.createElement(o),
m=s.getElementsByTagName(o)[0];a.async=1;a.src=g;m.parentNode.insertBefore(a,m)
})(window,document,'script','//www.google-analytics.com/analytics.js','ga');
ga('create', 'UA-42090194-1', 'sirajapantun.com');
ga('send', 'pageview');
</script>
0 Response to "BONDAN DAN TUKANG OJEK (48)"
Posting Komentar