Oleh : Oesman Ratmadja
EMPAT PULUH SEMBILAN
.
Bagi Sumirah, yang terpenting ia
telah menjelaskan segalanya dan menyampaikan ama nah almarhum suaminya, Amanah
paling penting yang harus ia sampaikan
kepada Bondan, adalah target paling utama. Makanya setelah target dicapai,
semua terasa melegakan Tak ada lagi
beban. Selebihnya, benar-benar ia serahkan kepada Tuhan, Allah Yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang.
Dan keputusan serta kebijakan
apapun yang setelah itu akan ditentukan
oleh anak kan dung suaminya, yang oleh pak Sadewa ditempat kan sebagai
akhli waris paling utama dan untuk itu, Bondan berhak atas berbagai jenis
kekayaan milik pak Sadewa, Sumirah tak
akan berusaha untuk mempengaruhi Bondan, agar dia diperha tikan dan
anak-anaknya diberi bagian
Sumirah juga tak mau melakukan
pro tes atau hal apapun. Sebab, jika
hal itu ia laku kan, sama artinya ia bodoh. Mengapa? Jika ia protes,
untuk apa ia melaksanakan amanah dengan sebaik-baiknya. Jelas tidak lucu, jika
pasca penyampaian amanah, Sumirah malah protes karena merasa berhak atas
kekayaan pak Sadewa.
Timbang setelah itu ia protes, kan
jauh lebih baik amanah pak Sadewa ia selewengkan. Ia yakin, sangat mudah
memanipulasi surat-surat berharga yang kesemuanya sudah ia serahkan dan kini
sudah berada di tangan Bondan. Terlebih, saat ini, begitu banyak orang yang ber
sedia membantu siapa pun – asal bayarannya sesuai dengan permintaan, meski
harus melaku kan perbuatan yang melanggar hukum dunia dan hukum Allah
Tapi, buat apa jika malah
mencela kakan dan hanya membuat jiwa yang tenang jadi nestapa. Jadi kehilangan
magnit imani, yang selama ini melekat dengan begitu kuat dan dijaga
sebaik-baiknya agar tidak cacat.
Sumirah yang sudah merasa
sedemiki an plong, merebahkan dirinya di kasur. Ia tatap kedua anaknya yang sedang
pulas tertidur.
Bersambung………
0 Response to " BONDAN DAN TUKANG OJEG (49)"
Posting Komentar