FENOMENA DUKUN DAN PENDIDIKAN



oleh: Oesman Ratmadja





         MAUNYA sih Komeng cuman mingkem. Kagak mau bekoar, kagak mau komentar atawa komentor. Baik soal gagalnya Ujian Nasional merambah tepat jadwal, maupun soal fenomena eyang Subur, yang jadi pusat perhatian masyarakat karena dikabarkan isterinya delapan. Sedang jumlah hari hanya tujuh. Lhaa...  kok bisa sih lebih dari tujuh.
            Lhaaa.. kok bisa juga sih jadwal ujian nasional gara gara soal ujian tak bisa didistribusikan tepat waktu dan tak seiring kemauan seperti yang sudah dijadwalkan. Apakah kedua hal yang juga fenomenal ini bisa terjadi atas kemauan manusia?
            Wadddduuuh... kalo dalam hal ini, Komeng malah yakin, semua terjadi karena kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan, memperlihatkan betapa sebagai Pemilik Alam dan Seluruh Isinya, Tuhan dengan begitu mudah mengungkap apa yang sebenarnya terjadi dan terjadinya hal ini karena sudah dirancang atau dengan sengaja dirancang oleh manusia.
           Bayangkan... Eyang Subur bukan artis. Karena bukan artis, dia belum pernah berlakon di depan kamera. Tapi dengan yang kerap berakting di depan kamera, dia terbilang sangat dekat. Kayaknya, bukan dia yang mendeat. Tapi artis yang mendekat. Karena artis selalu butuh popularitas. Terlebih, daya saing di dunia intertainment sangat super dahsyat
             Jadi, agar tetap ngetop, mereka mencari sosok seperti eyang Subur, yang kata Adi Bing Slamet membuka praktik perdukunan. Sementaa, Mendikbud malah akan mengumumkan percetakan teledor setelah pelaksanan ujian selesai.
                Meski jelas beda tapi fenomenal juga toh?
               Kasus Ujian nasional juga fenomenal meski antara dunia pendidikan dan dunia eyang Subur tak ada kaitan secuilpun. Kalau aspek pendidikan mendidik generasi penerus agar menjadi generasi yang handal, tapi setelah jadi artis malah suka, yakin,dan berharap kalau eyang Subur mampu melestarikan  popularitas para artis, yang sudah mulai mengecup hidup manis dan kalau sudah tak laku dalam waktu singkat, bisa bisa stress
                Anehnya, baik di bidang pendidikan maupun perdukunan, sama sama berhasil meraih nilai fenomenal belaka. Sedangkan tata nilainya, sama sekali tidak ada. Kemendikbud, seperti tak mau disalahkan dan dia lebih menjadikan percetakan sebagai kambing hitam. Malah, sama sekali tak kelihatan niat baik dalam bertanggung jawab. Jadi, meski ujian nasional gagal diseleggarakan serempak, Mendikbud tidak malu untuk tetap bertahan di posisinya. Padahal jelas, Kemendikbud telah lalai melaksanakan tugas menggelar ujian nasional
        Lalu, apakah eyang Subur sangat perlu undur diri dari jagad perdukunan setelah Adi BS dan kawan kawan bekoar  dan perlukah menceraikan sebagian isterinya karena menurut MUI (Majelis Ulama Indonesia) beristeri sampai delapan orang diharamkan, dan untuk itu harus segera diceraikan
         Tapi benarkah isteri isterinya tak mau diserahkan, sedangkan Kemendikbud tak nampak sebagai "penyelenggara ujian"nasional? Berhubung anak anak sudah minta diajak ke luar rumah, maka tak ada yang ingat kalau ada tulisan ini. Jadi lanjutannye sebaiknya emang di masukin kekotaknya lagi
         Lalu apa yang harus kita lakukan?

0 Response to "FENOMENA DUKUN DAN PENDIDIKAN"