Bayangkan, sedangkan isteri saya malah sebaliknya. Malah tak bermimpi kesehariannya diasisteni oleh asrumtang yang menurutnya bukan jaminan memperlancar aktivitasnya di rumah, tapi malah bisa menimbulkan masalah.
Coba mas bayangin, apa saya malah harus diam, menahan sabar dan tidak perlu menegur. jika saat diperlukan sang asisten malah asyik masyuk mengutak atik HP dan bukan sibuk dengan tugas utamanya sebagai asisten rumah tangga
Coba mas bayangin, apa saya malah harus diam, menahan sabar dan tidak perlu menegur. jika saat diperlukan sang asisten malah asyik masyuk mengutak atik HP dan bukan sibuk dengan tugas utamanya sebagai asisten rumah tangga
Aku tak menjawab. Namun sangat mendukung pendapatnya, yang kuyakini akan dilakukan jika hal itu terjadi di rumah kami. Dan, jika itu terjadi aku tak akan turut campur karena isteriku biasanya bisa mengatasi masalah.
Namun aku tak tega jika istriku begitu banyak menangani pekerjaan di rumah. Namun tak ada keinginan untuk membu atnya rela mencari asisten rumah tangga.
Aku pun tak berani melakukan tinjauan lebih jauh. Mengapa? Karena jika aku berandai andai bagaimana kalau nanti kecapean dan sakit, isteriku pasti akan menjawab. Akan menjelaskan dengan
panjang lebar dan uraiannya logis, maka aku tak akan bernafsu menyanggahnya. Isteriku selalu punya alasan untuk mencapai target utamanya, meringankan beban suaminya.
Apa yang kerap diperlihatkan oleh istriku, tak saja jarang dipertontonkan oleh isteri kakakku, juga isteri adikku. Itu sebabnya mereka sering kali meminta advia dariku, namun ujung ujungnya malah membuatku kesal. Soalnya, dari sekian banyak advis yang kusampaikan, tak satu pun yang dieksekusi.
Akibatnya, yaa jelas ambyar.
Pasti ambyar karena dua perempuan yang yelahenjadi kakak dan adik iparku, mengua sai kendali rumah tangga.
Bersambang, eh, bersambung....
0 Response to "ADA BULAN BANYAK BINTANG (4)"
Posting Komentar