TOBAT NGERUMPI

oleh : Oesman Ratmadja

Bagian Satu


  BIASANYA, bu EVI KENES selalu nomor satu. Tiap pagi, selalu datang lebih dahulu dan selama ini  tak pernah ngeluh, tak pernah ngaku jemu menunggu, meski rekan rekan ngerumpinya nggak pernah mau mengalahkan bu EVI , yang selalu punya bahan rumpian dan selalu punya cara untuk bikin betah ibu lainnya , sehingga mereka tak pernah menyalahkan bu Evi, meski sadar di rumah masing masing gak terawat dengan baik karena waktunya habis untuk nangkring di pos rumpi, yang bermarkas di depan rumah  bu Yadi.
  Tapi kenapa di pagi atau hari ini, bu Evi gak cuma terlambat tapi malah nggak datang ke pos tempat mereka ngumpul untuk melaksanakan tugas membudayakan rumpian? Tak hanya bu Yadi yang terheran heran. Ibu lainnya pun , selain heran juga pusing karena tanpa bu EVI sama artinya tanpa kehebohan dan tak ada hal yang selalu menyenangkan, karena tanpa bu EVI, mereka cuma bisa kumpul tapi tak merasa bisa bersenang senang.

 " Jangan jangan dia sakit," kata bu Mirna yang heran dan pusing karena berkali kali ngontak hp bu Evi, selalu dapat informasi hpnya tidak aktif .
 " Sakit?" Tanya bu Indah yang juga bingung ples pusing.
 " Nggak mungkin tuh orang sakit. Sebab, biang ngerumpi tuh biasanya selalu sehat karena energi rumpi yang bertahta didirinya menjauhkannya dari penyakit," tambah bu Indah.
 " Gimana kalau kita datang ke rumahnya," ujar bu Herman yang biasanya gak punya ide mendadak punya gagasan.
  Alhasil mereka sepakat berangkat ke rumah bu Evi karena gagasan bu Herman dianggap sebagai ide paling oke.

   Setiba di rumah bu EVI, bingung dan pusing mereka memang hilang. Bukan berarti benar-benar lenyap. Sebab, kini mereka serempak kaget setelah bu EVI yang segar bugar menjelaskan dirinya sengaja absen karena sudah tobat ngerumpi

  " Lo bilang gak takut sama dosa ngerumpi? Eh, barusan lo malah bilang tobat ngerumpi. Apa gue  nggak salah dengar?" Kata Bu Yadi

" Gue sih kaget lantaran gak nyangka kalo lo, kok mau maunye tobat padahal umur lo belum empat puluh tahun," bu Indah gak mau ketinggalan.

"Iyaa Vi. Lagian kan lo sendiri pernah bilang, tobat tuh kalo dah tua. Eh hari ini lo malah bilang dah tobat dari ngerumpi. Kesambet setan di mana lo semalam?" Bu Herman gak tinggal diam.

" Lhooo kalian gimana juga sih? Gue yang mau tobat kenapa kalian yang jadi repot," akhirnya Bu Evi bersuara.

" Ingat yaa... jangan halang halangi niat orang yang mau tobat. Sebab, gue gak ngelarang kalo kalian mau terus eksis di dunia rumpi. Gue juga gak bakal ngelarang kalau kalian terinspirasi buat ngikutin jejak gue. Sebab, mau tobat sekarang atau nanti, itu terserah kalian. Cuma ingat, gue tuh cuma takut sebelum tobat malah diduluin oleh kematian. Jadi, terserah kalian aja, mau duluan tobat apa mau duluan disapa maut"

Kata kata yang meluncur dari mulut bu Evi yang biasanya penuh aroma rumpi, tentu saja membuat rekan rekannya ternganga.

" Lo sadar Vi sama apa yang baru saja lo omongin? " sergah bu Yadi

" Kemarin sih belum. Tapi setelah semalam suami gue tau isterinya biang rumpi, dia kasih gue dua pilihan. Kalau segera tobat Tuhan pasti menerima tobat hambanya rumah tangga gue bakal tetap awet, tapi kalau gue milih lebih baik eksis ngerumpi, pagi tadi gue pasti udeh dipuangin ke rumah orangtua gue. Jadi, lebih baik gue milih tobat dong. Iya kan...iyaa kan?" Ujar bu Evi.

" Oooh jadi lu tobat lantaran takut dicere laki lo?" Sergah bu Indah sembari mencibir.
" Evi..Evi," sambung bu Indah. " Tobat tuh meski ikhlas. Meski datang dari kesadaran yang menjiwa. Kalo terpaksa, malah bakalan jadi repot Vi "

"Reeeepot... gue nggak ngerti maksud lo "

Bersambung....






0 Response to "TOBAT NGERUMPI "