ORANG waras tak pernah ingin meraih jabatan tinggi, kecuali dirinya siap melaksanakan amanah dengan sebenar benarnya. Untuk itu, yang kemudian dilekatkan di jiwanya sebagai bekal dalam pelaksanaan amanah, selain kejujuran juga diperkuat oleh dedikasi dan loyalitas. Hal ini dipadukan agar menjadi kekuatan yang membuatnya siap berkiprah untuk satu target yang dicapai, yaitu, membuat rakyat menjadi lebih sejahter.
Menyadari hal itu, sosok yang benar benar siap melaksanakan amanah tak membuat target : HARUS MEMPERKAYA DIRI SENDIRI, KELUARGA atau KELOMPOK. Mengapa? Karena dirinya ingin agar tingkat kewarasan yang melekat di dirinya sama sekali tak berubah, kecuali ke arah yang spesifik, yaitu, meningkatnya dedikasi dan loyalitas sebagai bekal untuk terus meningkatkan nilai nilai pengabdian yang membuat dirinya tak saja semakin dipercaya oleh rakyat. Tapi juga dijadikan tauladan.
Eeeeh busyeeeet dah... di zaman yang semakin bobrok seperti sekarang ini, memangnya ada sosok ideal yang di jiwanya hanya bermukim karakter malaikat ? Yaaa... ente jangan pesimis kayak gitchu dooonk. Optimislah. Percayalah, di tengah menggumpalnya keburukan, pasti ada secercah kebaikan. Di kumpulan kebrengsekan, selalu ada jiwa waras yang tak lekang meski diterjang oleh arus keburukan yang tak berhenti meluluh lantakkan moralitas.
Jadi ? Yaa... sebagai masyarakat kita harus selalu berharap agar muncul sosok yang paling diinginkan, sosok yang targetnya cuma bisa mensejahterakan rakyat sedangkan dirinya tak sanggup memperkaya diri sendiri lantaran amanah yang diemban, kelak harus dipertanggung jawabkan di hadapan Sang Khalik. Karena akhirnya dia tampil sebagai pemimpin yang ditetapkan oleh Sang Pencipta untuk membenahi berbagai hal bobrok yang membuat moral porak poranda, yang akhirnya tercipta bukan budaya sogok menyogok, pungli, korupsi dan budaya buruk lainnya. Tapi budaya jujur, budaya peduli pada keselamatan bangsa dan budaya saling tolong menolong pada sesama, bakal menggeliat di negeri ini.
Woooow... mana mungkin hal itu bisa terjadi cuuuiii....Ente kalo mimpi jangan di siang bolong donk.
Ingat yee cuiii... kemakdirodokan di negeri ini sudah begitu lama. Meski era sudah berganti, malah makin banyak koruptor yang ditangkap. Pendek kata, ogud malah yakin, revolusi mental yang selama ini cuma di iklankan, digembar gemborkan gak bakalan terwujud. Sebab, tanpa program yang jelas revolusi mental cuma bakalan jadi kata doang.
Bawaan Ente kok isinya cuma pesimis doang sih? Tanpa optimisme, gimana ente bisa berubah dan gimana mungkin bisa melihat Indonesia berubah?
Terserah ente aja deh cuiiii.. yang penting ogud tetap usaha, berdoa dan tetap menerapkan prilaku yang baik dan benar, yang dampaknya cuma kemaslahatan dan bukan kemudaratan.
Kayaknya, ente memang lebih baik berhenti berkicau deh. Oke ?
Nah...siapakah sosok pemimpin yang mulai tahun 2017 bisa benar benar mengubah Jakarta dan mengubah mentalitas pejabat di eksekutif, legislatif dan yudikatif, sehingga di area yang membuat KPK sering melaksanakan operasa tangkap tangan, tak ada lagi sosok koruptor yang paling gak disukai oleh masyarakat.
Kalau lihat dari data calon Gubernur yang sudah tampil ke permukaan, kayaknya gak boleh diharap. Soalnya, belum apa apa sudah pada rajin bekoar dan isi kata kata yang dirangkai jadi kalimat, bukan siap bertarung dan siap mengalahkan AHOK, eeeh, malah ngejelek jelekin pejabat yang masih bercokol sebagai DKI satu.
Mereka tak sadar, kalau menjelek jelekkan orang lain, sebenarnya gak beda dengan membuka atau memamerkan kejelekan diri sendiri. Dari mereka, tak satu pun yang bakal sukses meraih simpati dan empati massa. Mengapa? Karena gaya yang dipertontonkan oleh para calon yang bermunculan, malah membangun atau menciptakan polemik. Jauh dari yang diharapkan karena sama sekali tidak produktif, karena untuk menang dan kelak bisa jadi gubernur--menggantikan AHOK, haruslah seorang calon yang memiliki kemampuan dalam meraih simpati dan empati massa
salam black opal
Bersambung....
Menyadari hal itu, sosok yang benar benar siap melaksanakan amanah tak membuat target : HARUS MEMPERKAYA DIRI SENDIRI, KELUARGA atau KELOMPOK. Mengapa? Karena dirinya ingin agar tingkat kewarasan yang melekat di dirinya sama sekali tak berubah, kecuali ke arah yang spesifik, yaitu, meningkatnya dedikasi dan loyalitas sebagai bekal untuk terus meningkatkan nilai nilai pengabdian yang membuat dirinya tak saja semakin dipercaya oleh rakyat. Tapi juga dijadikan tauladan.
Eeeeh busyeeeet dah... di zaman yang semakin bobrok seperti sekarang ini, memangnya ada sosok ideal yang di jiwanya hanya bermukim karakter malaikat ? Yaaa... ente jangan pesimis kayak gitchu dooonk. Optimislah. Percayalah, di tengah menggumpalnya keburukan, pasti ada secercah kebaikan. Di kumpulan kebrengsekan, selalu ada jiwa waras yang tak lekang meski diterjang oleh arus keburukan yang tak berhenti meluluh lantakkan moralitas.
Jadi ? Yaa... sebagai masyarakat kita harus selalu berharap agar muncul sosok yang paling diinginkan, sosok yang targetnya cuma bisa mensejahterakan rakyat sedangkan dirinya tak sanggup memperkaya diri sendiri lantaran amanah yang diemban, kelak harus dipertanggung jawabkan di hadapan Sang Khalik. Karena akhirnya dia tampil sebagai pemimpin yang ditetapkan oleh Sang Pencipta untuk membenahi berbagai hal bobrok yang membuat moral porak poranda, yang akhirnya tercipta bukan budaya sogok menyogok, pungli, korupsi dan budaya buruk lainnya. Tapi budaya jujur, budaya peduli pada keselamatan bangsa dan budaya saling tolong menolong pada sesama, bakal menggeliat di negeri ini.
Woooow... mana mungkin hal itu bisa terjadi cuuuiii....Ente kalo mimpi jangan di siang bolong donk.
Ingat yee cuiii... kemakdirodokan di negeri ini sudah begitu lama. Meski era sudah berganti, malah makin banyak koruptor yang ditangkap. Pendek kata, ogud malah yakin, revolusi mental yang selama ini cuma di iklankan, digembar gemborkan gak bakalan terwujud. Sebab, tanpa program yang jelas revolusi mental cuma bakalan jadi kata doang.
Bawaan Ente kok isinya cuma pesimis doang sih? Tanpa optimisme, gimana ente bisa berubah dan gimana mungkin bisa melihat Indonesia berubah?
Terserah ente aja deh cuiiii.. yang penting ogud tetap usaha, berdoa dan tetap menerapkan prilaku yang baik dan benar, yang dampaknya cuma kemaslahatan dan bukan kemudaratan.
Kayaknya, ente memang lebih baik berhenti berkicau deh. Oke ?
Nah...siapakah sosok pemimpin yang mulai tahun 2017 bisa benar benar mengubah Jakarta dan mengubah mentalitas pejabat di eksekutif, legislatif dan yudikatif, sehingga di area yang membuat KPK sering melaksanakan operasa tangkap tangan, tak ada lagi sosok koruptor yang paling gak disukai oleh masyarakat.
Kalau lihat dari data calon Gubernur yang sudah tampil ke permukaan, kayaknya gak boleh diharap. Soalnya, belum apa apa sudah pada rajin bekoar dan isi kata kata yang dirangkai jadi kalimat, bukan siap bertarung dan siap mengalahkan AHOK, eeeh, malah ngejelek jelekin pejabat yang masih bercokol sebagai DKI satu.
Mereka tak sadar, kalau menjelek jelekkan orang lain, sebenarnya gak beda dengan membuka atau memamerkan kejelekan diri sendiri. Dari mereka, tak satu pun yang bakal sukses meraih simpati dan empati massa. Mengapa? Karena gaya yang dipertontonkan oleh para calon yang bermunculan, malah membangun atau menciptakan polemik. Jauh dari yang diharapkan karena sama sekali tidak produktif, karena untuk menang dan kelak bisa jadi gubernur--menggantikan AHOK, haruslah seorang calon yang memiliki kemampuan dalam meraih simpati dan empati massa
salam black opal
Bersambung....
0 Response to "MERAIH SIMPATI DAN EMPATI MASSA"
Posting Komentar