CAPRES SUDAH PILIH GANDENGAN

RAIHAN suara Golkar dalam pileg 2014 memang mengakar. Meski tak di urutan satu tapi tak diurutan tiga atau empat, tapi di bawah PDI-P atau ada diurutan kedua. Hanya, perjalanan Golkar yang sudah mengusung ARB sebagai Capres tak beda dengan Demokrat, yang sudah berbulan bulan menggelar konvensi, tapi di hari terakhir pendaftaran Capres-Wacapres, malah terlihat galau.

GALAU karena hingga hari terakhir perjalanan atau hari pertama pendaftaran, ARB yang jauh jauh hari sudah dicapreskan, tak menemukan gandengan alias tak berhasil meminang Wacapres. Pun Demokrat yang hasil konbensinya sudah diumumkan, tapi realisasinya seperti langsung diterjang badai.

Jika akhirnya Golkar malah merapat ke Gerindra yang hari ini menggelar deklarasi. tentu diiringi kekecewaan karena ARB tak mendapat pasangan dan kerelaannya seperti mau tak mau dilaksanakan, karena sepanjang sejarahnya, Golkar hanya berani berada dalam pemerintahan dan tak pernah berani menjadi oposisi seperti yang pernah dilakukan oleh PDI-P, sepanjang 2004-2009 dan 2009-2014. Selama Demokrat menjadi penguasa, PDI-P bersabar tanpa jabatan di pemerintahan.

Akankah Demokrat siap menggantikan PDI-P yang puasa kedudukan di pemerintahan? Jika dikaitkan dengan pernyataan Demokrat yang tak mendukung Prabowo Subianto dan Jokowi, maka bisa disimpulkan jika Demokrat sudah memposisikan diri sebagai oposisi.

Tentu beda dengan Golkar yang belum pernah berani berposisi sebagai oposisi. Tapi beda sikap atau malah tak beda, tak perlu dipersoalkan. Toh, Demokrat telah memegang tampuk kekuasaan selama dua priode dan selama berkuasa, di ujung langkahnya malah hanya sanggup meraih suara sekitar 10 koma sekian prosen. Boleh jadi disebabkan oleh prilaku kadernya yang berulah sehingga menjadi penghuni sel KPK

Tapi, lepas dari itu semua dan lepas dari apakah Golkar ikhlas atau malah merasa malu karena capresnya tak berhasil mendapatkan gandengan, dua capres lainnya, secara resmi mendeklarasikan diri sebagai calon capres dan wacapres bersama pasangan masing masing. Jokowi menggandeng Jusuf Kalla sedangkan Prabowo Subianto menggandeng Hatta Radjasa

Siapa yang akhirnya akan menduduki tahta di istana negara?

Menurut perkiraan saya, bukan Prabowo Subianto. Mengapa malah Jokowi yang akan meraih lebih banyak suara dan pada akhirnya akan menjadi Presiden menggantikan SBY?

Tak lain karena Prabowo telah salah memilih gandengan. Langkah blunder yang dilakukan Prabowo membuat kekuatannya tidak bertambah tapi justeru berkurang. Memang, jika dihitung dari partai yang berkoalisi, kekuatan poros Gerindra yang diperkuat Golkar, lebih unggul dari Poros Jokowi yang telah tepat memilih gandengan karena elektabilitas JK tetap menguat sebagai Wacapres sehingga pasangan ini jadi lebih solid di mata rakyat.

Hanya, lantaran kekuatan Capres dan Wacapres tidak lagi ditentukan oleh hasil pileg 2014, maka kesalahan Prabowo dalam memilih pasangan, membuat kubu Jokowi dan Jusuf Kalla, akan lebih mudah meraih suara lebih banyak dan menang dalam Pilpres 2014.

Namun, lain halnya jika Prabowo menggandeng Mahfud MD atau Dahlan Iskan dan tak lagi disandera oleh kepentingan para partner yang tentu saja tetap berharap mendapat jatah kursi menteri. .  


0 Response to "CAPRES SUDAH PILIH GANDENGAN"