DUA
Faktor lain yang juga sangat
diperhitungkan dan dijadikan renungan oleh Komeng, tak lain karena ia belum
yakin seratus prosen. Artinya, hati kecilnya masih bertanya, apakah ia sudah benar-benar jatuh cintrong atau justeru
kedekatannya dengan Nurlela hanya sebatas sebagai teman dan jika hal kedua
yang jadi kenyataan, sum pah, Komeng berani untuk mengatakan tidak berminat terjun
dan menyelam jauh lebih dalam ke dasar hatinya yang boleh jadi penuh cinta tapi
tak diketahui untuk siapa, selain utamanya untuk Sang Maha Kuasa.
Hanya,
bagaimana pun, Komeng tidak akan ber sikap munafik. Tidak mau pura-pura ogah
padahal kema uannya sangat gagah. Tidak ingin berlagak tidak butuh, padahal mau
secara menyeluruh dan benar-benar harus utuh.. Komeng malah mengakui, Nurlela
termasuk salah satu wanita yang sudah dicatat dan namanya diberi garis bawah
deng an sangat tebal. Diklasifikasikan sebagai sosok yang layak untuk dijajaki dengan hati dan keseriusan
yang selain harus teruji juga harus memiliki cinta terhadap wanita secara
mumpuni
Bisa
seperti itu, pertama, karena Nurlela sudah menu tupi aurat dan kayaknya,
dilakukan karena kesadaran dan bukan mengikuti trend atau nggak enak sama teman
atawa tetangga yang sudah berjilbab. Ke dua, Nurlela bukan tipikal cewek
materialistis, yang kalau sama cowok beduit berani bilang cinta si abang
pastinya manis, tapi bila dalam keadaan bokek, dia berani bilang : sekarang kok
modalnya cuma kumis? Ketiga, mengaku banyak teman cowok,
tapi belum satupun yang dianggap pacar.
Jadi, jika Komeng benar-benar sudah
merasa full berminat dan memang yakin ia sudah fall in love, tentu dia yang
punya peluang untuk mendekat dan memetik buah cinta yang seranum buah mangga di
kebunnya saat berbuah, Komeng akan memanfaatkan dengan sebaik-ba iknya agar
dapat memetik buah cinta yang ranumnya hanya disimpan di hati Nurlela.
Makanya,
waktu Jajang bertanya, apakah hubu ngannya dengan Nurlela sudah saling memberi
kedipan atau masih dalam lingkaran tanda tanya? Komeng cuma menjawab:
“Aku sendiri belum tahu, Jang “
“Saya serius nih, bang ?”
“Kamu pikir aku tidak serius? “
Sahut Komeng, yang tentu saja berusaha menyembunyikan perasaannya.
Bukan lantaran munafik. Tapi, ia
menganggap, perasaannya masih disimpan dalam ruang privasi yang ja ngankan
orang lain, dirinya sendiri belum mengetahui secara persis, bentuk, rupa, dan
isinya, meski nama gadis itu, sudah diagendakan dan diberi catatan khusus,
layak ditelusuri dengan serius dan kemantapan.
“
Yaa, syukur kalau yang abang katakan itu serius Berarti, abang, kan baru dekat secara
fisik doang. Sedang kan
secara batin, belum berketentuan. Iya, kan ?”
Kata Jajang, yang tak bisa menyembunyikan kegembiraan, karena diam-diam, ia
juga sudah membuat status sebagai pemburu cinta yang bersemayam di hati Nurlela
“Memangnya kamu naksir sama dia?”
Tanya Komeng. Bukan kepingin tahu. Tapi, hanya sebatas ingin mendengar jawaban
Jajang, karena selama ini ia tak tahu jika Jajang juga naksir berat sama
Nurlela
“Bang…saya ini lelaki tulen.
Nurlela, tak cuma ga dis orsinil. Tapi, juga cantik dan karena dia punya buah
cinta, tentu saja saya sangat berhasrat untuk memetiknya. Wajar, kan , bang, kalau saya kepingin
bersandar di pela buhan hatinya? “
“Memang, yang bilang nggak wajar
siapa?” Ujar Komeng, yang meski merasa kesal, tapi tetap menampilkan sikap wajar
“Tapi, saya benar-benar bersyukur,
bang. Sebab, yang baru saja abang katakan, membuat saya lega. Saya jadi berani
untuk maju terus pantang belok, bang “
“Kamu, kok, jadi kayak hansip yang
rindu latihan baris berbaris, sih, Jang. Kalau memang naksir dan yakin bisa
berhasil, yaa, silahkan maju. Mau pantang belok atau pantang nabrak, kan bukan arusan aku,
Jang “
“Syukur kalau abang mendukung habis.
Cuma, bagai mana pun, saya kan ,
sudah kenal sama abang. Jadi, apa salahnya jika saya menjunjung tinggi etika.
Bukankah sesama kawan, sangat tidak elok jika saling mendahului dan hanya kepingin saling
mengentuti? “
Komeng jadi salut sama Jajang, yang
tanpa ragu, berani blak blakan, mau berterus terang kalau ia naksir berat sama Nurlela. Hanya, di
balik itu, Komeng yang semula kesal sama Jajang, berbalik iba padanya. Mengapa?
Karena Komeng yakin, Nurlela tak akan tersentuh oleh semangat Jajang yang meskipun
sedemikian menggebu-gebu tapi sama sekali tak dilengkapi dengan peluru.
Bersambung.........
<form action="http://www.google.com" id="cse-search-box">
<div>
<input type="hidden" name="cx" value="partner-pub-3607605517643121:4014011693" />
<input type="hidden" name="ie" value="UTF-8" />
<input type="text" name="q" size="55" />
<input type="submit" name="sa" value="Search" />
</div>
</form>
<script type="text/javascript" src="http://www.google.com/jsapi"></script>
<script type="text/javascript">google.load("elements", "1", {packages: "transliteration"});</script>
<script type="text/javascript" src="http://www.google.com/cse/t13n?form=cse-search-box&t13n_langs=am%2Cel%2Cml%2Cpa%2Cta%2Cru%2Cmr%2Cgu%2Car%2Cte%2Cti%2Csa%2Cne%2Chi%2Cbn%2Cen%2Csr%2Cfa%2Ckn%2Cur"></script>
<script type="text/javascript" src="http://www.google.com/coop/cse/brand?form=cse-search-box&lang=en"></script>
<script type="text/javascript" src="http://www.google.com/cse/query_renderer.js"></script>
<div id="queries"></div>
<script src="http://www.google.com/cse/api/partner-pub-3607605517643121/cse/4014011693/queries/js?oe=UTF-8&callback=(new+PopularQueryRenderer(document.getElementById(%22queries%22))).render"></script>
0 Response to "MENUJU PELABUHAN CINTA 2"
Posting Komentar