oleh : Oesman Ratmadja
Oh iya, apakah status anda sudah benar benar jadi suami ? Tak apa jika malah sedang bersiap siap jadi seorang suami. Malah, lebih siip. Sebab, belum kadung mengalami konflik. Bukan berarti yang sudah berstatus sebagai suami dan malah kadung tidak bahagia, kehilangan peluang untuk mengembalikan kebahagiaan. Sebab, tips ini dimaksudkan untuk berbagi kebahagiaan. Jadi, mudah2an, setelah itu kita adalah sosok suami yang bahagia, tidak malah menderita karena alasan apapun.
1. MAINKAN PERAN
Seorang suami harus mampu dan mahir memainkan peran, Artinya, suami harus benar benar jadi imam. Bukankah imam itu pemimpin? Nah, harus benar benar tampil jadi pemimpin yang mampu memimpin. Jadi, sebelum nikah atau pasca pernikahan, Imam harus berkomunikasi dengan isteri dan dengan bijak dapat menjelaskan, bahwa sosok imam jika sikap dan tindakannya benar, tidak layak ditentang apalagi tidak digubris. Kecuali,tentu saja salah langkah atau salah kaprah.
Misalnya, tiap malam imam malah ke luar rumah, entah untuk main gapleh atau bincang dengan bapak bapak di lingkungan. Nah, makmum atau isteri patut menentang. Mengingatkan agar imam tak membuang waktu sia sia, menelantarkan isteri di rumah sedangkan imam malah asyik dengan kolega tanpa menghasilkan apa apa kecuali buang buang waktu.
Kecuali ke luar untuk alasan yang tepat, misalnya giliran dapat tugas siskamling, membantu tetangga yang pesta sunat.pernikahan, atau begadang karena ada kematian di lingkungan. Selain alasan tersebut, atau setiap malam hari keluar rumah untuk kepentingan pribadi (mengabaikan kepentingan isteri yang di malam hari butuh rasa aman dan kehangatan suasana di rumah ), makmum pun dilarang mendiamkan agar tak berkembang jadi kebiasaan buruk
Jika hal ini terjadi,maka dapat dipastikan, sosok suami yang tidak bisa jadi imam yang benar dan baik, tak akan mendapatkan kebahagiaan karena makmum pun, pada akhirnya tidak akan menghargai suami karena sebagai imam tak bisa memimpin. Tapi bila sebaliknya, mau jadi imam yang baik, laksanakan hal di bawah ini.
2. CIPTAKAN ATURAN
Agar perjalanan biduk rumah tangga selalu bisa dikayuh dengan benar, maka suami yang wajib memainkan peran sebagai imam, harus mengajak isteri untuk mendiskusikan masalah yang bakal dan pasti mereka hadapi. Nah, dalam kesempatan ini, suami harus dengan tegas menjelaskan kepada isteri, bahwa akan banyak masalah di perjalanan dan untuk mengantisipasinya, kedua belah pihak perlu menyiapkan solusi . Sehingga, saat masalah yang tak dikehendaki muncul, tak merasa kesulitan dalam mengatasi.
Konkritnya, suami harus mau, serius, berani dan sekaligus secara bijak menjelaskan, kalau imam sudah menyiapkan sejumlah peraturan yang ditetapkan dan harus dilaksanakan oleh sang isteri. Eh tak hanya oleh sang isteri, tapi juga oleh suami. Karena yang menciptakan aturan harus lebih patuh melaksanakan. Dan aturan yang dimaksud, sebagai berikut :
2.1. Atur Kelola Keuangan
Peraturan yang paling penting adalah soal mengatur soal keuangan. Mengapa? Karena saat pacaran, suami yang sebelum nikah sudah bekerja bebas menikmati dan menggunakan uang dari gaji yang diperolehnya. Setelah menikah, tentu saja tidak demikian. Sebab, uang suami juga menjadi uang isteri atau uang yang akan digunakan untuk kebutuhan bersama (jika sudah punya anak, juga untuk keperluan anak)
Nah, di tahap ini suami harus terbuka. Harus menjelaskan berapa jumlah uang yang dia dihasilkan setiap bulan atas statusnya (sebagai karyawan atau boss) Setelah isteri mengetahui penghasilan tetapnya, suami harus menegaskan kalau uang gaji yang diperoleh dari kantor akan diberikan seluruhnya kepada isteri, bukan untuk dipakai foya foya. Tapi justeru untuk dikelola dengan sebaik baiknya.
Dalam kesempatan ini, suami maupun isteri harus merancang biaya kebutuhan biaya internal dan eksternal. Kedua pihak harus sepakat bahwa yang paling tidak bisa dihindarkan adalah biaya rekening listrik, biaya sampah dan keamanan dan biaya belanja dapur. Sedangkan biaya untuk suami yang setiap hari perlu uang transport atau bahan bakar, juga harus diklarifikasi. Dengan demikian, sudah bisa diketahui berapa biaya rutin yang harus disiapkan setiap bulan.
Jika pendapatan dikurangi dengan biaya pengeluaran masih banyak terdapat saldo atau masih tersisa, tentu saja akan leluasa untuk dialokasikan ke hal yang dianggap rasional karena memang dibutuhkan. Jadi bisa dialokasikan untuk :
- Tabungan rutin bulanan (termasuk arisan jika ikut kelompok arisan)
- Biaya tak terduga (untuk berobat jika mendadak sakit dan tak sempat berobat ke rumah sakit atas tanggungan perusahaan dan lain lain
- Biaya sosial
Sebaiknya disiapkan, karena sebagai mahluk sosial kita sangat dianjurkan untuk membantu saudara sendiri dan orang lain yang kesusahan. Jadi, yang perlu disepakati bukan saja jumlahnya. Tapi juga cara menggunakannya. Misalnya, jika membantu pihak dari isteri, sebaiknya pihak suami yang menyerahkan. jika untuk membantu pihak suami, agar isteri yang menyerahkan
Dengan demikian, imej di kedua belah pihak jadi positif. Sebab, dari keluarga isteri akan menilai suami dari putrinya baik dan suka memberi.Begitu pun keluarga dari pihak suami.
Kesepakatan mengatur keuangan dengan baik, selain untuk menghindari masalah soal keuangan (karena akan repot serius jika pengeluaran lebih besar dari pendapatan) juga untuk membangun kesolehan. Sebab, jika kedua pihak sepakat untuk rutin bersedekah, Insya Allah makin bertambah berkah.
2.2. Atur / Kelola Kebiasaan
Imam juga harus menjelaskan bahwa rumah tangga akan menuju sakinah jika sepakat untuk mengatur atau mengelola kebiasaan masing masing. Artinya, yang paling utama adalah secara terbuka menjelaskan, apa kebiasaan buruk yang dimiliki oleh masing masing pihak. Setelah saling terbuka, kedua belah pihak harus sepakat untuk mencoba dan berusaha mengubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik. Tentu dalam praktiknya, kedua belah pihak bersedia untuk saling ingat mengingatkan
Kebiasaan Baik Makan Di Rumah
1. Suami harus menentukan keinginan soal makan sehari hari, apakah harus makan di rumah menikmati masakan isteri atau justeru dalam hal ini, lebih baik dan lebih dipandang enak bila makan diluar (rumah makan) dengan risiko pengeluaran untuk biaya konsumsi keluarga jauh lebih besar timbang belanja dan mengolah makanan sendiri.
Jika yang disepakati lebih nikmat makan di rumah, tentu pilihan ini hauh lebih baik. Konsekwensinya isteri harus ikhlas memasak untuk makan mereka bersama. Semisal isteri tidak terdidik dalam hal masak, harus punya keinginan untuk bisa masak.
Hasil masakan dari seorang isteri yang tidak biasa memasak lalu berkei nginan memasak, tentu beda dengan isteri yang sudah ahli memasak, Mendapatkan hal ini, suami harus menghindari komentar yang tak mengenakan
Suami justeru harus menikmati dengan rasa syukur. Kalau pun tak tahan untuk berkomentar atas masakan isterinya yang dalam hal rasa kurang menggoyang lidah, komentar sang suami harus berusaha untuk menjaga perasaan isteri.
Jadi, lebih elok mengatakan, mudah mudahan esok atau lusa, hasil masa kan isteriku jauh lebih enak dan makin menerbitkan selera
Kebiasaan Baik Tidak Bertetangga
Bukan berarti menutup diri dari tetangga atau sama sekali tak mau kenal sama tetangga, terlebih menjauh dari tetangga. Sebab, semua keluarga wajib menjalin hubungan dengan para tetangga. Bahkan, harus saling menghargai dan saling menghormati. Bahkan, harus bersedia untuk saling tolong menolong
Hanya, cara bertetangga harus sesuai dengan adab yang diajarkan oleh agama. Sehingga, suami maupun isteri lebih dahulu terhindar dari kebiasaan buruk lingkungan dimana komunitas para tetangga, lebih banyak menghabiskan waktu tak berguna karena kegiatan ngerumpi dan hal tak berguna lainnya sudah menjadi ciri khas yang malah terus memfenomena
Begitupun di kalangan bapak bapak, yang dengan alasan harus guyub atau tidak enak jika tidak ikut komunitas, akhirnya setiap malam malah cuma meng habiskan waktu percuma, karena hanya digunakan untuk berbagai hal tak bermanfaat. Misalnya, ngegapleh dan lain lain.
Jadi, jelaskan kepada isteri, sebagai suami saya tak suka punya isteri yang cara bertetangganya tidak benar. Dengan demikian, tiap suami pulang dari kantor, tak saja mendapatkan isteri sudah di rumah. Tapi,juga mendapatkan sajian buatan isteri di atas meja. Kopi atau air putih misalnya. Pun begitu saat, berangkat ke kantor, karena sudah sepakat tidak makan di luar rumah, suami sudah disiapkan bekal untuk makan di kantor.
Konsekwensinya, tentu saja ada. Jika suami menghendaki seperti itu,isteri pun harus melakukan hal yang sama. Meminta suaminya tidak guyub dengan tetangga, kecuali untuk hal yang sangat positif. Bermanfaat untuk keluarga dan bermanfaat untuk tetangga dan lingkungan
Kebiasaan Baik Beribadah
Sebagai rasa syukur karena sudah dapat jodoh, imam harus menekankan, sebagai suami dirinya hanya kepingin punya isteri yang suka beribadah. Untuk keinginannya ini, sang imam tentu saja harus memberi tauladan. Artinya, dia harus tampil sebagai suami yang justeru lebih getol dari sang isteri dalam hal beribadah.
Mengapa? Karena sangat sulit dipercaya jika ada sebuah rumah tangga yang seisi rumah bisa berbahagia padahal mereka tak suka ibadah. Kalau pun ada, pasti kebahagiaan semu.kebahagiaan yang hanya secara lahir memang seperti bahagia, Tapi secara batin, justeru sangat tidak bahagia.
Nah, jika pengeluaran untuk biaya rumah tangga tidak lebih besar dari pendapatan, dan sisanya yang sudah dialokasikan untuk berbagai keperluan disepakati akan dikelola dengan sebaik baiknya, maka jika di luar penghasilan tetap ada penghasilan lain, bisa dialokasikan ke hal yang juga positif. Misalnya, digunakan untuk biaya rekreasi atau sesekali makan di luar bersama, sambil menikmati suasana di luar rumah sambil tetap mendiskusikan hal hal yang dialami di keseharian.
Di perjalanan mengayuh biduk rumah tangga, konsep yang sudah disepa kati dilaksanakan secara konsekwen oleh kedua belah pihak, dengan tetap saling asah saling asih dan saling asuh.
Oh iya, apakah status anda sudah benar benar jadi suami ? Tak apa jika malah sedang bersiap siap jadi seorang suami. Malah, lebih siip. Sebab, belum kadung mengalami konflik. Bukan berarti yang sudah berstatus sebagai suami dan malah kadung tidak bahagia, kehilangan peluang untuk mengembalikan kebahagiaan. Sebab, tips ini dimaksudkan untuk berbagi kebahagiaan. Jadi, mudah2an, setelah itu kita adalah sosok suami yang bahagia, tidak malah menderita karena alasan apapun.
1. MAINKAN PERAN
Seorang suami harus mampu dan mahir memainkan peran, Artinya, suami harus benar benar jadi imam. Bukankah imam itu pemimpin? Nah, harus benar benar tampil jadi pemimpin yang mampu memimpin. Jadi, sebelum nikah atau pasca pernikahan, Imam harus berkomunikasi dengan isteri dan dengan bijak dapat menjelaskan, bahwa sosok imam jika sikap dan tindakannya benar, tidak layak ditentang apalagi tidak digubris. Kecuali,tentu saja salah langkah atau salah kaprah.
Misalnya, tiap malam imam malah ke luar rumah, entah untuk main gapleh atau bincang dengan bapak bapak di lingkungan. Nah, makmum atau isteri patut menentang. Mengingatkan agar imam tak membuang waktu sia sia, menelantarkan isteri di rumah sedangkan imam malah asyik dengan kolega tanpa menghasilkan apa apa kecuali buang buang waktu.
Kecuali ke luar untuk alasan yang tepat, misalnya giliran dapat tugas siskamling, membantu tetangga yang pesta sunat.pernikahan, atau begadang karena ada kematian di lingkungan. Selain alasan tersebut, atau setiap malam hari keluar rumah untuk kepentingan pribadi (mengabaikan kepentingan isteri yang di malam hari butuh rasa aman dan kehangatan suasana di rumah ), makmum pun dilarang mendiamkan agar tak berkembang jadi kebiasaan buruk
Jika hal ini terjadi,maka dapat dipastikan, sosok suami yang tidak bisa jadi imam yang benar dan baik, tak akan mendapatkan kebahagiaan karena makmum pun, pada akhirnya tidak akan menghargai suami karena sebagai imam tak bisa memimpin. Tapi bila sebaliknya, mau jadi imam yang baik, laksanakan hal di bawah ini.
2. CIPTAKAN ATURAN
Agar perjalanan biduk rumah tangga selalu bisa dikayuh dengan benar, maka suami yang wajib memainkan peran sebagai imam, harus mengajak isteri untuk mendiskusikan masalah yang bakal dan pasti mereka hadapi. Nah, dalam kesempatan ini, suami harus dengan tegas menjelaskan kepada isteri, bahwa akan banyak masalah di perjalanan dan untuk mengantisipasinya, kedua belah pihak perlu menyiapkan solusi . Sehingga, saat masalah yang tak dikehendaki muncul, tak merasa kesulitan dalam mengatasi.
Konkritnya, suami harus mau, serius, berani dan sekaligus secara bijak menjelaskan, kalau imam sudah menyiapkan sejumlah peraturan yang ditetapkan dan harus dilaksanakan oleh sang isteri. Eh tak hanya oleh sang isteri, tapi juga oleh suami. Karena yang menciptakan aturan harus lebih patuh melaksanakan. Dan aturan yang dimaksud, sebagai berikut :
2.1. Atur Kelola Keuangan
Peraturan yang paling penting adalah soal mengatur soal keuangan. Mengapa? Karena saat pacaran, suami yang sebelum nikah sudah bekerja bebas menikmati dan menggunakan uang dari gaji yang diperolehnya. Setelah menikah, tentu saja tidak demikian. Sebab, uang suami juga menjadi uang isteri atau uang yang akan digunakan untuk kebutuhan bersama (jika sudah punya anak, juga untuk keperluan anak)
Nah, di tahap ini suami harus terbuka. Harus menjelaskan berapa jumlah uang yang dia dihasilkan setiap bulan atas statusnya (sebagai karyawan atau boss) Setelah isteri mengetahui penghasilan tetapnya, suami harus menegaskan kalau uang gaji yang diperoleh dari kantor akan diberikan seluruhnya kepada isteri, bukan untuk dipakai foya foya. Tapi justeru untuk dikelola dengan sebaik baiknya.
Dalam kesempatan ini, suami maupun isteri harus merancang biaya kebutuhan biaya internal dan eksternal. Kedua pihak harus sepakat bahwa yang paling tidak bisa dihindarkan adalah biaya rekening listrik, biaya sampah dan keamanan dan biaya belanja dapur. Sedangkan biaya untuk suami yang setiap hari perlu uang transport atau bahan bakar, juga harus diklarifikasi. Dengan demikian, sudah bisa diketahui berapa biaya rutin yang harus disiapkan setiap bulan.
Jika pendapatan dikurangi dengan biaya pengeluaran masih banyak terdapat saldo atau masih tersisa, tentu saja akan leluasa untuk dialokasikan ke hal yang dianggap rasional karena memang dibutuhkan. Jadi bisa dialokasikan untuk :
- Tabungan rutin bulanan (termasuk arisan jika ikut kelompok arisan)
- Biaya tak terduga (untuk berobat jika mendadak sakit dan tak sempat berobat ke rumah sakit atas tanggungan perusahaan dan lain lain
- Biaya sosial
Sebaiknya disiapkan, karena sebagai mahluk sosial kita sangat dianjurkan untuk membantu saudara sendiri dan orang lain yang kesusahan. Jadi, yang perlu disepakati bukan saja jumlahnya. Tapi juga cara menggunakannya. Misalnya, jika membantu pihak dari isteri, sebaiknya pihak suami yang menyerahkan. jika untuk membantu pihak suami, agar isteri yang menyerahkan
Dengan demikian, imej di kedua belah pihak jadi positif. Sebab, dari keluarga isteri akan menilai suami dari putrinya baik dan suka memberi.Begitu pun keluarga dari pihak suami.
Kesepakatan mengatur keuangan dengan baik, selain untuk menghindari masalah soal keuangan (karena akan repot serius jika pengeluaran lebih besar dari pendapatan) juga untuk membangun kesolehan. Sebab, jika kedua pihak sepakat untuk rutin bersedekah, Insya Allah makin bertambah berkah.
2.2. Atur / Kelola Kebiasaan
Imam juga harus menjelaskan bahwa rumah tangga akan menuju sakinah jika sepakat untuk mengatur atau mengelola kebiasaan masing masing. Artinya, yang paling utama adalah secara terbuka menjelaskan, apa kebiasaan buruk yang dimiliki oleh masing masing pihak. Setelah saling terbuka, kedua belah pihak harus sepakat untuk mencoba dan berusaha mengubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik. Tentu dalam praktiknya, kedua belah pihak bersedia untuk saling ingat mengingatkan
Kebiasaan Baik Makan Di Rumah
1. Suami harus menentukan keinginan soal makan sehari hari, apakah harus makan di rumah menikmati masakan isteri atau justeru dalam hal ini, lebih baik dan lebih dipandang enak bila makan diluar (rumah makan) dengan risiko pengeluaran untuk biaya konsumsi keluarga jauh lebih besar timbang belanja dan mengolah makanan sendiri.
Jika yang disepakati lebih nikmat makan di rumah, tentu pilihan ini hauh lebih baik. Konsekwensinya isteri harus ikhlas memasak untuk makan mereka bersama. Semisal isteri tidak terdidik dalam hal masak, harus punya keinginan untuk bisa masak.
Hasil masakan dari seorang isteri yang tidak biasa memasak lalu berkei nginan memasak, tentu beda dengan isteri yang sudah ahli memasak, Mendapatkan hal ini, suami harus menghindari komentar yang tak mengenakan
Suami justeru harus menikmati dengan rasa syukur. Kalau pun tak tahan untuk berkomentar atas masakan isterinya yang dalam hal rasa kurang menggoyang lidah, komentar sang suami harus berusaha untuk menjaga perasaan isteri.
Jadi, lebih elok mengatakan, mudah mudahan esok atau lusa, hasil masa kan isteriku jauh lebih enak dan makin menerbitkan selera
Kebiasaan Baik Tidak Bertetangga
Bukan berarti menutup diri dari tetangga atau sama sekali tak mau kenal sama tetangga, terlebih menjauh dari tetangga. Sebab, semua keluarga wajib menjalin hubungan dengan para tetangga. Bahkan, harus saling menghargai dan saling menghormati. Bahkan, harus bersedia untuk saling tolong menolong
Hanya, cara bertetangga harus sesuai dengan adab yang diajarkan oleh agama. Sehingga, suami maupun isteri lebih dahulu terhindar dari kebiasaan buruk lingkungan dimana komunitas para tetangga, lebih banyak menghabiskan waktu tak berguna karena kegiatan ngerumpi dan hal tak berguna lainnya sudah menjadi ciri khas yang malah terus memfenomena
Begitupun di kalangan bapak bapak, yang dengan alasan harus guyub atau tidak enak jika tidak ikut komunitas, akhirnya setiap malam malah cuma meng habiskan waktu percuma, karena hanya digunakan untuk berbagai hal tak bermanfaat. Misalnya, ngegapleh dan lain lain.
Jadi, jelaskan kepada isteri, sebagai suami saya tak suka punya isteri yang cara bertetangganya tidak benar. Dengan demikian, tiap suami pulang dari kantor, tak saja mendapatkan isteri sudah di rumah. Tapi,juga mendapatkan sajian buatan isteri di atas meja. Kopi atau air putih misalnya. Pun begitu saat, berangkat ke kantor, karena sudah sepakat tidak makan di luar rumah, suami sudah disiapkan bekal untuk makan di kantor.
Konsekwensinya, tentu saja ada. Jika suami menghendaki seperti itu,isteri pun harus melakukan hal yang sama. Meminta suaminya tidak guyub dengan tetangga, kecuali untuk hal yang sangat positif. Bermanfaat untuk keluarga dan bermanfaat untuk tetangga dan lingkungan
Kebiasaan Baik Beribadah
Sebagai rasa syukur karena sudah dapat jodoh, imam harus menekankan, sebagai suami dirinya hanya kepingin punya isteri yang suka beribadah. Untuk keinginannya ini, sang imam tentu saja harus memberi tauladan. Artinya, dia harus tampil sebagai suami yang justeru lebih getol dari sang isteri dalam hal beribadah.
Mengapa? Karena sangat sulit dipercaya jika ada sebuah rumah tangga yang seisi rumah bisa berbahagia padahal mereka tak suka ibadah. Kalau pun ada, pasti kebahagiaan semu.kebahagiaan yang hanya secara lahir memang seperti bahagia, Tapi secara batin, justeru sangat tidak bahagia.
Nah, jika pengeluaran untuk biaya rumah tangga tidak lebih besar dari pendapatan, dan sisanya yang sudah dialokasikan untuk berbagai keperluan disepakati akan dikelola dengan sebaik baiknya, maka jika di luar penghasilan tetap ada penghasilan lain, bisa dialokasikan ke hal yang juga positif. Misalnya, digunakan untuk biaya rekreasi atau sesekali makan di luar bersama, sambil menikmati suasana di luar rumah sambil tetap mendiskusikan hal hal yang dialami di keseharian.
Di perjalanan mengayuh biduk rumah tangga, konsep yang sudah disepa kati dilaksanakan secara konsekwen oleh kedua belah pihak, dengan tetap saling asah saling asih dan saling asuh.
0 Response to "TIPS : MENJADI SUAMI ISTRI BAHAGIA"
Posting Komentar